MOHON MAAF, MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN, DAN TANDA BACA YANG MASIH AMBURADUL 🙏
Dulu. demi bisa mendekati lelaki yang ia cintai, Emira nekat mengubah identitas nya, jati dirinya, bahkan penampilannya, yang sungguh jauh berbeda dengan dirinya yang asli, namun lelaki yang ia suka tiba tiba menghilang, tanpa kabar, dan tanpa jejak, seperti di telan bumi.
Mereka kembali bertemu, perdebatan tak penting mewarnai hari hari mereka sebagai dokter residen.
Tapi malam reuni itu merubah segalanya, di pagi hari mereka terbangun didalam sebuah kamar hotel, tanpa apapun selain selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
BAB 21
Sore kembali menyapa, hari ini Emira patut bersyukur, karena belum bertemu situasi darurat yang mengharuskannya berlari kesana kemari, Emira benar benar hanya membuntuti Arjuna kemanapun ia bertugas, bahkan tadi ia sempat disuguhi pemandangan bagaimana lincahnya jari jari Arjuna kala melakukan operasi usus buntu, tangan Arjuna terlihat terampil memainkan pisau bedah serta cekatan ketika mengikat simpul benang kala mengakhiri aksinya, wajah nya yang serius membuat kadar ketampanannya melonjak berlipat lipat kali, sungguh jauh berbeda dengan Arjuna yang jutek dan mode menjengkelkan.
Beruntung pagi tadi sebelum memulai hari, Emira sempat mempelajari data dan status pasien, jadi dengan mudah Emira mampuengkmbangi Juna serta menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh beberapa profesor dan dokter yang bertugas di rumah sakit hari ini, ternyata hal itu tak luput dari perhatian Juna, rasa penasarannya semakin membumbung, hingga ia harus banyak menekan sabar, karena untuk mencari tahu data data Emira tidaklah mudah, karena sistem database rumah sakit pasti sudah dilindungi dengan ketat, agar data data pasien atau petugas medis, tak sembarangan bocor ke ruang publik.
Drrrt
Drrrt
Drrrt
Reza Calling
"Iya Za?"
"Aku di lobi depan, keluarlah."
"Bentar, aku baru selesai ganti pakaian." Pungkas Emira, mematikan panggilan ponselnya.
Emira mempercepat aktivitasnya, "Feb… aku duluan yah, udah di tunggu."
"Eh ciyeee… siapa, pacar?"
Emira hanya menyunggingkan senyum tanpa menjawab pertanyaan Febiola, "yaaa… jangan senyum senyum ga jelas gitu, aku penasaran woooiii…"
"Kalo gitu, selamat penasaran, byeee" Emira berjalan cepat meninggalkan Febiola yang masih dengan mode penasarannya.
Bruk!!
Tanpa sengaja Emira menabrak Juna yang juga baru keluar dari ruang ganti, "eh maaf, gak se…" Ucap Emira ketika menyadari kesalahannya. " … ngaja" Lanjutnya kala melihat siapa korban tabrak nya.
"Hati hati, kalo jalan pake mata dong." Tegur Juna kembali ke mode menyebalkan bin mengesalkan.
Emira harus kembali mengeluarkan mode waras nya ketika menghadapi sikap juna.
"Ya maaf, aku jalannya pake kaki, mana tahu kalo siti jalan pake mata," Jawaban Emira semakin songong, menghadapi orang songong, ia pun harus lebih songong.
"Kamu…" Desis Juna kesal.
"Aku? Kenapa? Aku cantik? Udah dari lahir tuh, gak usah sok jual mahal gitu, dah lah aku pulang dulu,"
"Eh mau kemana, aku belum selesai?"
Emira Kembali membalik tubuhnya, "pulang, biar gak makin…" Jawab Emira dengan membuat garis miring menggunakan jari telunjuk di keningnya.
"Kamu pikir aku gila?" Sembur Juna yang tak terima dengan kode yang dilemparkan Emira
"Aku gak bilang gitu loh yaaa… kamu sendiri yang bilang." Jawab Emira santai.
"Shh**It." Arjuna mengumpat pelan, lagi lagi ia salah bicara, itu artinya ia juga salah langkah, "jangan lupa, urusan parkir kita." Lagi lagi Juna mengingatkan hal konyol, membuat Emira jadi berpikir, apa memang lelaki ini hobi mengurusi hal hal receh begini.
"Iya…" Jawab Emira jutek, "unfaedah banget, receh kalo cuma urusan parkir, aku bisa dapat tempat lebih nyaman jika aku mau." Jawab Emira, semakin menumbuhkan teka teki baru dalam benak Arjuna.
Emira berlalu, meninggalkan Juna yang tengah kesal sendiri dengan ucapan dan tingkah konyolnya.
Tepat ketika pintu lift terbuka, Gadisya Melangkah keluar, "eeehh… hampir saja." Ujarnya karena hampir bertabrakan dengan adik iparnya tersebut.
"Eh maaf kak, buru buru."
"Mau kemana?"
"Udah di tunggu Reza, salam buat si gembul sang kepala suku." Seru Emira, karena mendadak ia merindukan bocah gembul bermata biru, si musuh bebuyutannya sejak orog.
"Eh dia juga nanyain kamu loh."
"Oh iya?"
Gadisya menjawab dengan anggukan.
"Oke weekend aku samperin dia, byee kak." Emira mencium pipi kakak iparnya sebelum menekan tombol pintu lift.
Gadisya hanya tersenyum melihat tingkah Emira.
Kemudian kembali berjalan, tujuannya adalah mendatangi ruangan suaminya.
"Sore dok…" Sapa Juna.
"Eh… ada om doktel." Sapa Gadisya menirukan gaya bicara Bee, tak lupa dengan senyum ayu yang selalu memikat para kaum ibu yang menjadi pasiennya.
Mau tak mau Juna terkekeh, membayangkan enam bocah yang pernah berniat menjodohkannya dengan aunty mereka.
"Kenapa? Kok bengong?."
"Nggak dok, lagi memikirkan banyak hal,"
Gadisya manggut manggut. "Oh iya, gimana hari pertama dokter baru itu?"
Pikiran Arjuna kembali membayangkan wajah cantik yang hari ini membuntutinya kemanapun, "mmm… untuk seseorang yang terlambat memulai, dia cukup bagus dok."
"Aaaahhh sayang sekali kalau predikatnya cukup bagus, padahal dia lebih hebat daripada apa yang kamu lihat?" Pancing Gadisya.
"Oh iya? Yang Saya lihat tidak demikian dok."
Gadisya hanya menaikkan kedua bahunya, serta memiringkan alis mata dan kepalanya.
"Apa dokter mengenal Emira?"
"Iya."
"Seberapa dekat, hingga dokter Kevin sendiri yang memintaku mendampinginya?"
Gadisya mengulum senyumnya, 'wah wah rupanya anak muda ini mulai penasaran, kerjain aaahh.' monolog Gadisya.
"Cukup dekat, bahkan sangat dekat, dia bukan gadis sembarangan loh, kenapa? Kamu pasti mulai kepo yaaahh …" Tebak Gadisya asal.
Arjuna diam, "eh… itu…mmm…anu…" Ia tergagap, bingung juga hendak mendefinisikan perasaannya, bingung, penasaran, sekaligus jengkel dengan sikap tengilnya.
"Hahahaha… dok awas loh, kepo itu salah satu gejala awal jatuh cinta…" Bisik Gadisya di pundak Juna dengan jarak yang aman.
Kemudian Gadisya melambai meninggalkan Juna yang lagi lagi diam membisu.
Jatuh cinta??
Pada Emira??
Gadis tengil menjengkelkan itu?
Apa mungkin??
'Heh Juna b*go, dia cantik jangan lupa.'
Tiba tiba kalimat itu muncul dengan sendirinya, secara tidak langsung ia mulai terganggu dengan gadis cantik bernama Emira tersebut.
Arjuna menggaruk kepalanya yang tak gatal, bingung dengan otaknya yang mulai oleng, biasa menganggap gadis cantik itu bodoh dan menyusahkan, kini berhadapan dengan gadis cantik songong, tapi cukup lumayan di hari pertamanya menjadi dokter residen, Juna kembali melangkah dengan pandangan kosong memasuki lift yang pintunya sudah terbuka, berkali kali ia membenturkan keningnya ke dinding kontak besi tersebut.
Jatuh cinta
Jatuh cinta
Jatuh cinta
Kalimat itu terus menggaung di kepala Juna.
Mungkinkah
Sudah lama ia tak merasakannya
Terakhir ia merasakan hal itu ketika diam diam mencuri ciuman seorang gadis.
.
.
.
Nah looohhh, gejala awal tuh, gejala lanjutan apa Jun??
😅😂🤓🤓
❤❤❤
thor...bikin Mira cemburu...