Pertemuan di suatu peristiwa yang cukup menegangkan. membuat sang pria yang ditolong jatuh hati pada penolongnya.
Aland Rey Dewantara menklaim bahwa Sera Swan adalab miliknya.
Hai.. readers..
Karya pertama ku dan pengalaman pertamaku..
Semoga suka ya. mau tes duku nih ombaknya.. hehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunavery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26 : Aku Kecewa
Aland masih menunggu Sera di luar resto. Dirinya berada di dalam mobil miliknya dengan mata tertuju pada pintu keluar Resto.
Dirinya menyuruh Bianca untuk pulang sendiri setelah menyelesaikan urusannya. Hingga pukul 10 malam tidak ada tanda tanda kemunculan Sera.
Dirinya harus segera menyelesaikan kesalahpahaman ini. Aland menyalahkan dirinya tidak memberitahu Sera permasalahannya.
***
Siang tadi setelah menerima telpon dari Mamanya, Aland segera pulang kerumahnya. Pikirannya berkecamuk setelah Min Ah mengatakan orang tua Bianca meminta pertanggung jawaban pada Aland.
Aland segera melaju dengan kecepatan tinggi hingga tiba dan satpam segera membukakan pintu untuk tuan mudanya.
Tanpa basa basi Aland masuk dan terlihat kedua orang tua Bianca dan orang tuanya sudah duduk di ruang tamu. Bianca hanya menunduk sedangkan semuanya menatap ke arah Aland terutama Dion yang biasanya sibuk saat ini duduk dan menatap tajam kepadanya.
Aland melepaskan kancing jasnya dan melonggarkan dasi miliknya. Bianca masih menunduk tak berani menatap siapapun.
“Apa yang telah kamu perbuat kepada Bianca? Apa kamu pernah papa didik jadi orang yang tidak bertanggung jawab?” ucap Dion dengan penuh tekanan.
Aland mengerutkan keningnya lalu menatap Bianca yang hanya diam.
“Bianca hamil dan mengatakan kamu yang melakukannya” akhirnya suara lembut Min Ah yang menjelaskannya.
“Hamil? Omong kosong! Jangan kamu mengada ngada..” Aland kini bicara kepada Bianca.
“Saya mau kamu bertanggung jawab pada Bianca. Bukankah kamu menyukai bianca dari dulu...” Frengki papa dari Bianca kini menatap sengit pada Aland.
Semalam Frengki menemukan hasil testpack pada meja rias Bianca saat akan menanyakan perihal dirinya tidak bekerja lagi.
Aland tertawa dengan sarkas, “Iya sebelum dirinya menolakku dan pergi bersama pria lain. Aku tidak akan bertanggung jawab atas apa yang tidak aku lakukan.” Tegas Aland menolak.
PLAKKK
“Paa...” Min Ah menahan tubuh Dion untuk tidak melakukan hal lebih dari ini. Tamparan cukup keras dia layangkan pada Aland.
“Jangan membuat malu kamu. Apa yang akan terjadi jika wartawan tau?” Marah Dion.
Aland menatap Dion sambil tersenyum tipis lalu berdiri. Dion hanya mementingkan reputasinya.
“Aku memang dididik untuk jadi pria bertanggung jawab tapi tidak dengan dia. Karena memang bukan aku yang melakukannya. Bianca cepat katakan siapa pelakunya.” Aland kini mendekati Bianca yang sedang di rangkul Sila ibunya.
“Al. Please..” lirihnya sambil menangis.
“Tentukan tanggal pernikahannya sebelum perut Bianca membesar dan akan mencoreng namaku di dunia politik.” Ucap Dion serius.
“Tidak akan ada pernikahan antara aku dan Bianca. Yang ada hanya aku dan Sera Swan. Lebih baik aku keluar dari sini..” Aland memikirkan kemungkinan jika Sera tau.
Langkah Aland terhenti karena dirinya di hadang oleh para bodyguard sang papa.
“Kamu saya kurung di kamar sampai kamu mau menikah dengan Bianca. Jika sampai kamu masih menolak aku akan mengirimmu ke luar negeri dan menyerahkan perusahaanmu pada sepupu mu Reynald.”
Aland menatap ke Dion marah, “ Tidak boleh ada siapapun yang menjadi CEO di perusahaanku..” setelah mengatakan itu Aland memilih masuk ke dalam kamarnya dan mengabaikan panggilan Min Ah. Kepalanya terasa pening akibat kejadian ini.
Dikamarnya Aland melepaskan Jas nya dengan kasar. Untuk saat ini di ingin Sera tidak mengetahuinya sebelum tau yang sebenarnya.
Sedangkan di ruang tamu Bianca akhirnya berbicara. “Om boleh saya meminta waktu bicara dengan Aland?” tanya Bianca pelan.
“Pergilah nak. Bicarakan baik baik dengan Aland.” Jawab Min Ah.
“Mama Papa bisa pulang duluan aku nanti akan naik taksi”
Bianca segera menuju kamar Aland. Aland yang saat itu sedang berdiri di balkon kamar melihat Bianca yang masuk ke kamarnya.
“Al...” panggil Bianca pelan.
“Jika kamu masih berani memaksa bertanggung jawab sebaiknya keluar dari sini.”
“Apakah benar kamu sudah tak memiliki perasaan apapun padaku?” Bianca berdiri tepat di belakang Aland.
“Ya dan aku sudah memiliki kekasih hati dan akan segera menikahinya. Kumohon kamu jujur dan mengatakan semuanya.” Pinta Aland yang kini berhadapan pada Bianca.
Bianca terlihat sedih karena tatapan mata memuja milik Aland dulu kepadanya sudah hilang. Dirinya menyesal karena memilih yang lain dibandingkan Aland. Namun bagaimana nasib dirinya. Tentu bayinya ini membutuhkan sosok seorang ayah.
“Apakah Davin yang melakukannya?” tanya Aland menelisik.
“Aku akan mengatakannya tapi tolong penuhi permintaan aku sekali saja.”
“Katakan!”
Aland dan Bianca pun keluar dari rumah tanpa penjagaan. Dion mencoba mempercayai anaknya itu dan mereka keluar untuk makan malam berdua.
Aland berharap Sera tak menunggunya dan memilih untuk tidur. Namun saat dirinya sedang menunggu makan tersengar seseorang menyebut nama Sera dan matanya tertuju pada sang kekasih yang kini menatapnya dengan tersenyum sarkas.
Namun bukan itu yang membuatnya kesal, bukan karena dirinya ketahuan berdua dengan Bianca namun seorang pria merangkul Sera dan mengajaknya pergi. Aland bermaksud untuk mengejarnya namun Bianca menahannya.
“Bukan Davin pelakunya tetapi Geo teman lama kita di sekolah. Aku melakukan hal bodoh hingga terjebak olehnya dan terbangun di apartemennya sebulan lalu.” Jelas Bianca pelan.
“Lalu kenapa kamu tidak menghubunginya? Apa pria itu menjadi pengecut setelah tau kamu hamil?”
Bianca menggeleng, “Aku takut papa marah Al. Yang papa tau kita masih dekat dan tadi Papa yang mengajakku untuk langsung kerumahmu tanpa mendengar penjelasan dariku dulu.”
“Biancaaa....” geramnya sambil mengacak rambutnya menahan kesal.
“Bantu aku tolong. Aku akan menjelaskan pada papa dan om Dion yag sebenarnya tapi tolong bantu aku utuk membuat Geo bertanggung jawab. Please.” Bianca menyerah untuk memaksa Aland. Namun hanya kepada Aland dia bisa meminta bantuan.
*****
Aland yang masih menunggu pun melihat Resto itu mulai tutup dan sekelompok tamu yang tak lain adalah kelompok Sera keluar dengan tertawa riang.
Aland melihat Sera berpisah dengan lainnya lalu keluar dan menyusul.
“Sera tunggu!” Panggil Aland. Namun Sera tetap menuju mobilnya dan membuka pintu.
Aland menarik tangan Sera lalu menutup kembali pintu mobil Sera dan membuat gadisnya itu menatap dirinya.
“Bukankah sudah aku ingatkan untuk tidak mengkhianatiku Al?” dingin dan tajam nada yang keluar dari mulut Sera. Tatapan yang sulit diartikan terpancar di wajah gadisnya itu.
“Beri aku kesempatan untuk menjelaskan.” Aland menggenggam erat tangan Sera. Berharap Sera mau mendengarkannya.
“Tidak untuk sekarang! Aku kecewa denganmu Al.”
Sera menghempaskan tangan Aland lalu segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Aland.
seharusnya,
"Berhenti disana atau kami tembak?"
kamu harus tau arti sinopsis dan prolog. dan itu pengenalan tokoh lebih baik dibedakan bab lainnya, biar enggak campur begini.