NovelToon NovelToon
Malam Pertama Untuk Istriku

Malam Pertama Untuk Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Penyesalan Suami / Menikah dengan Musuhku / Trauma masa lalu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mamicel Cio

Reyhan menikahi Miranda, wanita yang dulu menghancurkan hidupnya, entah secara langsung atau tidak. Reyhan menikahinya bukan karena cinta, tetapi karena ingin membalas dendam dengan cara yang paling menyakitkan.

Kini, Miranda telah menjadi istrinya, terikat dalam pernikahan yang tidak pernah ia inginkan.

Malam pertama mereka seharusnya menjadi awal dari penderitaan Mira, awal dari pembalasan yang selama ini ia rencanakan.

Mira tidak pernah mengira pernikahannya akan berubah menjadi neraka. Reyhan bukan hanya suami yang dingin, dia adalah pria yang penuh kebencian, seseorang yang ingin menghancurkannya perlahan. Tapi di balik kata-kata tajam dan tatapan penuh amarah, ada sesuatu dalam diri Reyhan yang Mira tidak mengerti.

Semakin mereka terjebak dalam pernikahan ini, semakin besar rahasia yang terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamicel Cio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Akan Menyerah

Mata Reyhan menyipit, menatap pria di depannya yang masih terlihat ketakutan. Pria itu duduk di sofa kamar hotel dengan tangan gemetar.

Kemejanya kusut, dan jelas terlihat bahwa dia tidak menyangka akan berakhir dalam situasi seperti ini.

"Katakan lagi, siapa yang menyuruhmu?" suara Reyhan dingin dan penuh ancaman.

Pria itu menelan ludah. "Saya... saya tidak tahu namanya, tapi ciri-cirinya sesuai dengan—"

"Rena?" potong Reyhan, suaranya tajam.

Pria itu mengangguk cepat. "Ya, dia tinggi, rambutnya sebahu, berpenampilan elegan. Dia bilang hanya ingin memberikan sedikit pelajaran pada seorang wanita. Saya tidak tahu kalau ini akan berakhir seperti tadi, saya hanya disuruh masuk ke kamar mandi bersamanya..."

Reyhan mengepalkan tinjunya. Rahangnya mengeras, pikirannya langsung tertuju pada Rena, sekretarisnya, sahabatnya sejak kecil.

Tapi kenapa?

Apa alasan Rena sampai tega mencelakai Mira seperti ini?

"Kamu tidak bilang hal ini pada siapa pun, mengerti?" Reyhan bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah jendela kamar, menatap ke luar dengan mata gelap.

Pria itu buru-buru mengangguk. "Ya, ya! Saya tidak akan mengatakan apa pun!"

Tanpa berkata lagi, Reyhan memberi isyarat agar pria itu segera pergi. Begitu pintu tertutup, dia menghembuskan napas panjang, mencoba meredam emosinya.

Di sisi lain, Rena sedang duduk di kantor Reyhan dengan ekspresi santai. Ia menyilangkan kaki dengan anggun, menyesap kopi yang ada di tangannya. Senyum kecil terukir di bibirnya saat mengingat kejadian tadi malam.

"Seharusnya itu cukup membuat Mira tahu diri," gumamnya sendiri.

Rena tidak tahan lagi. Ia sudah terlalu lama melihat Reyhan menyakiti Mira dengan berbagai cara, tapi anehnya, wanita itu selalu kembali.

Mira selalu bertahan, seakan menyerap setiap luka yang diberikan Reyhan tanpa sedikit pun melawan. Dan hanya ada satu perempuan yang akan menemani Reyhan, yaitu Rena, bukan Mira.

Dan itu membuat Rena marah.

Bagi Reyhan, hanya ada satu orang di dunia ini yang berhak menyakiti Mira dan itu adalah Reyhan.

Bukan orang lain.

Bukan pria asing yang dipaksa masuk ke kamar mandi bersamanya.

Rena menggigit bibirnya, merasa kesal. Rencananya tadi malam hampir berjalan sempurna, sampai seseorang menggagalkannya.

Ia ingin Reyhan melihat Mira dalam keadaan tercoreng, dalam keadaan paling rendah, sehingga Reyhan sendiri yang akan menendangnya keluar dari hidupnya.

Tapi sebaliknya, Reyhan justru membawa Mira pergi dengan penuh kemarahan dan itu berarti rencana Rena tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Ia harus memikirkan cara lain.

Satu hal yang pasti, Mira tidak boleh menang.

Tidak boleh.

Mata Mira perlahan terbuka. Langit-langit kamar yang masih terasa asing menyambut pandangannya. Cahaya matahari menerobos masuk dari celah tirai, membuat kepalanya semakin berdenyut.

"Ahh,"

Ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba memahami apa yang terjadi. Tubuhnya terasa sedikit berat, dan ada sesuatu yang menghangatkannya.

Mira menoleh, menemukan sebuah jas berwarna hitam tersampir di tubuhnya.

Aroma itu…

Aroma yang familiar, maskulin, sedikit tajam, namun selalu membuatnya nyaman.

Reyhan.

Mira mendekap jas itu erat-erat, membenamkan wajahnya di kainnya yang masih mengandung aroma suaminya. Hatinya bergetar, antara lega dan kebingungan.

Ia mencoba mengingat kejadian semalam.

Pesta kantor… ia datang untuk mengejutkan Reyhan, ingin menunjukkan bahwa dirinya pantas berada di sisinya. Ia ingat bagaimana orang-orang menatapnya penuh kekaguman, bagaimana dia menikmati setiap pujian yang datang.

Tapi kemudian…

Mira mengernyit, potongan-potongan kejadian semalam mulai kembali menghampiri ingatannya.

Rasa pusing yang tiba-tiba menyerang.

Kakinya yang lemas saat berjalan ke kamar mandi.

Dan lalu… seseorang masuk ke dalamnya.

Mira menegang. Ingatan itu datang lebih jelas. Ia ingat seseorang membuka pintu, langkah berat mendekatinya, lalu… gelap.

Mata Mira membelalak.

Apa yang terjadi setelah itu?

Tangannya mencengkeram jas Reyhan lebih erat. Jika ia bangun dengan ini menyelimuti tubuhnya, itu berarti Reyhan ada di sana semalam. Tapi… bagaimana ia bisa keluar dari kamar mandi?

Jantungnya berdegup lebih cepat saat memikirkan kemungkinan buruk.

Apa sesuatu terjadi padanya?

Tidak, tidak mungkin.

Jika sesuatu benar-benar terjadi, Reyhan tidak akan menyelimuti tubuhnya dengan jasnya. Reyhan bukan tipe pria yang peduli pada wanita yang sudah ia anggap musuh, bukan?

Lalu kenapa?

Kenapa suaminya ada di sana? Kenapa suaminya… menyelamatkannya?

Mira menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia harus mencari tahu. Ia harus menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang berputar di kepalanya.

Dan satu-satunya orang yang bisa memberikan jawaban itu adalah…

Reyhan.

Mira buru-buru bangkit dari tempat tidur, masih dengan kepala yang sedikit berdenyut. Ia meremas jas hitam di tangannya, aroma Reyhan yang masih melekat membuat dadanya semakin sesak.

Tanpa berpikir panjang, ia mengenakan gaun sederhana, merapikan rambutnya seadanya, lalu segera keluar dari kamar.

Ia harus menemukan Reyhan.

Pikirannya melayang pada tatapan tajam suaminya, bagaimana pria itu selalu bersikap dingin padanya. Tapi semalam… Reyhan menyelamatkannya.

Tapi kenapa?

Kenapa Reyhan pergi begitu saja? Tanpa sepatah kata pun untuknya?

Mira merogoh ponselnya, berharap menemukan pesan atau panggilan tak terjawab. Namun, tidak ada apa pun.

Seharusnya ia tahu. Reyhan memang tidak pernah berubah.

Dengan langkah mantap, Mira keluar dari rumah. Ia tak akan membiarkan suaminya menghindarinya kali ini.

Reyhan pasti ada di kantornya.

Sesampainya di gedung Pratama Corp, Mira berjalan cepat melewati lobi. Staf kantor yang melihatnya tampak terkejut, mungkin tak menyangka istri sang CEO datang tanpa pemberitahuan.

Rasa penasaran mereka semakin bertambah saat Mira tidak memperdulikan siapa pun dan langsung menuju lift.

Begitu sampai di lantai tertinggi, tempat ruang kerja Reyhan berada, Mira melangkah dengan tegas ke depan pintu besar itu.

Namun, baru saja ia ingin mengetuk, suara seorang wanita terdengar dari dalam.

"Rey, kamu kelihatan lelah. Apa kamu butuh sesuatu?"

Mira langsung mengenali suara itu.

Rena.

Jantungnya berdegup kencang. Ia menggigit bibir, lalu tanpa pikir panjang, ia mendorong pintu itu.

Di dalam, Reyhan duduk di belakang mejanya dengan wajah tanpa ekspresi, sementara Rena berdiri di dekatnya dengan segelas kopi di tangan.

Tatapan mereka beralih padanya.

Mata Reyhan menyipit, sementara Rena memasang senyum penuh kemenangan.

"Mira? Apa yang kamu lakukan di sini?" suara Reyhan datar, seakan tak peduli dengan kedatangannya.

Mira mengangkat dagunya, menatap suaminya dengan penuh tekad.

"Aku ingin bicara denganmu."

Rena tersenyum sinis, lalu menoleh ke Reyhan. "Aku rasa kau sedang sibuk, Rey. Mungkin sebaiknya Mira menunggu di luar."

Mira menahan amarahnya. Ia sudah cukup dengan sikap Rena yang selalu berusaha menjatuhkannya.

Namun sebelum ia sempat membalas, Reyhan meletakkan gelasnya di meja dengan bunyi dentingan halus.

"Kamu sudah bicara sekarang. Apa yang ingin kamu katakan?" Tatapannya dingin.

Mira mengepalkan tangannya.

"Aku ingin tahu… kenapa kamu menyelamatkanku semalam?" tanyanya langsung.

Ruangan itu seketika menjadi sunyi.

Rena melirik ke arah Reyhan, lalu tersenyum tipis. "Oh… jadi Reyhan yang menyelamatkanmu? Aku pikir kamu yang sengaja membuat drama agar diperhatikan."

Mira mengabaikan Rena, fokusnya hanya pada suaminya.

Reyhan menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi.

"Aku hanya tak ingin ada skandal yang mencoreng nama keluargaku, jangan salah paham, Mira. Aku tak melakukannya karena peduli padamu." jawabnya akhirnya, suaranya terdengar dingin dan tajam.

Dada Mira terasa sesak mendengar jawaban itu.

Jadi hanya itu alasan Reyhan?

Bukan karena ia benar-benar ingin menolongnya?

Mira tersenyum pahit. "Aku mengerti…"

Ia menatap Reyhan sekali lagi sebelum berbalik pergi.

Tapi sebelum ia benar-benar keluar dari ruangan, ia berbisik pelan, cukup keras untuk didengar Reyhan.

"Aku tidak akan menyerah padamu."

Lalu ia melangkah keluar, meninggalkan suaminya yang masih terpaku di tempatnya.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!