Aurora, merupakan gadis cantik yang berusia 21th, dia dijual oleh Ayah kandungnya sendiri untuk menutupi kerugian perusahaanya, akibat hasutan dari ibu dan anak tirinya.
Kevin Alexander, Ceo tampan dan kaya raya, rela membayar Mahal Aurora dari Ayahnya karena ingin memilikinya.
Kevin mengikat Aurora dengan pernikahan tanpa cinta dan sebagai pelampiasan nafsunya saja.
Akankah Aurora bisa lepas dari jerat Ceo bastard itu atau justru mencintainya?
Yuk simak kelanjutan ceritanya......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Setelah melakukan kegiatan panas mereka, Aurora tidur meringkuk dengan posisi membelakangi Kevin.
Kevin memeluk Aurora, sambil sesekali mengecup bahu polos wanita itu, yang tidak tertutup selimut.
"Kenapa anda melakukan ini kepadaku hiks..hiksss" tanya Aurora, sambil menangis meremas selimutnya.
"Melakukan apa? bukankah sudah kewajibanmu sebagai istri untuk melayani suaminya. ingat! aku sudah membayar ayahmu sebesar tiga puluh milliar" ucap Kevin sambil melepaskan pelukannya dari tubuh Aurora.
Mata Aurora terasa perih, air matanya terus mengalir deras, membasahi pipinya yang pucat. Kevin berdiri tegak, matanya dingin menyaksikan kepedihan yang dialami Aurora. Aurora terisak, tubuhnya terguncang oleh setiap tangis yang terdengar begitu menyayat hati.
"Tapi bukan seperti ini caranya, tuan. tidak semuanya bisa dibeli dengan uang!" teriaknya dengan suara serak, penuh luka.
Kevin hanya menghela napas, tidak ada empati yang terpancar dari wajahnya. "Itu hanya teori, Aurora. Di dunia nyata, segalanya butuh uang," jawabnya datar, seraya mengenakan kemejanya dan berjalan keluar dari kamar, meninggalkan Aurora yang masih terisak dalam kesendirian dan kekecewaan yang mendalam.
Sebelum itu dia berkata, "Tidurlah, dan jangan kau sesekali memikiran sesuatu yang tak berguna." ucap Kevin.
Setelah melihat Kevin keluar, Aurora langsung menangis histeris, tangisannya terdengar pilu dan putus asa.
"Sekarang hidupku benar-benar sudah hancur hiks... hikss. Bu, kenapa ibu tidak mengajak Rora, Rora sudah tidak kuat hidup di dunia ini hiks...hikss" lirih Aurora.
Wanita itu terus menangis hingga ia terlelap karena kelelahan.
Setelah satu jam, Kevin masuk ke ruangan itu, ia melihat sang istri yang sudah terlelap. Kevin melangkahkan kakinya mendekati ranjang, dia menaruh paper bag di atas nakas.
Dengan tatapan intens dia melihat wajah Aurora. Bibir tipis, alis tebal, dan hidung begitu mancung, terlihat begitu cantik di mata Kevin.
Kevin menyibakkan rambut Aurora yang menutupi sebagian wajah wanita itu. Ia melihat sedikit jejak air mata yang masih basah di pipi istrinya.
"Maaf, aku tidak tahu seberat apa kehidupanmu, tapi tiap kali aku menatap sorot matamu, aku selalu melihat sorot mata yang terlihat banyak beban dan kesedihan di matamu. Apa yang sebenarnya keluargamu lakukan? kenapa kamu terlihat menderita" tanya Kevin seolah berbicara dengan patung yang tak bisa menyahuti dirinya.
Kevin berani berbicara seperti ini saat Aurora sedang tertidur, jika Aurora dalam keadaan sadar, pria itu tidak akan berani.
Kevin terus menatap wajah Aurora sambil sesekali mengucap pipi halus wanita itu.
"Eughhh" lenguh Aurora, ia merasa terganggu dengan kegiatan Kevin di wajahnya. Kevin segera menarik tangannya dari wajahnya
Secara perlahan, Aurora membuka matanya yang masih terasa lengket. Ia terkejut melihat Kevin yang sedang menatap ke arahnya.
"Ada apa tuan" tanya Aurora dengan suara seraknya khas bangun tidur.
"Bangunlah, kita akan makan siang terlebih dahulu" ucap Kevin langsung melangkah meninggalkan Aurora.
Aurora mengangguk, dengan pelan dis beranjak dari tempat tidur, tubuhnya terasas remuk akibat ulah suaminya tadi.
"Aww.." desis Vio yang merasakan sakit dibagian bawah tubuhnya.
Dia memutar kembali memorinya mengingat kejadian tadi, Suaminya begitu brutal menggagahi tubuh nya.
Dengan langkah tertatih Aurora mencoba bangkit dari ranjang, dia berjalan sambil tangan nya bertumpu pada dinding. Ia terus melangkah memasuki kamar mandi yang ada di ruangan itu.
Dia mengisi bak mandi dengan air hangat, dan menuangkan sedikit sabut dan aroma theraphy. Aurora akan berendam sebentar untuk meredakan rasa sakit di bagian tubuhnya.
Tiga puluh menit berlalu, Aurora keluar dari kamar mandi dengan memakai bathrobe.
Ia melihat paper bag yang ada di atas nakas, di raihnya paper bag itu dan di lihat isinya, ternyata pakaian wanita yang ia yakini untuk dirinya.
Aurora melepas bathrobe yang ia kenakan, setelah itu memakai baju ganti yang sudah di siapkan oleh Kevin. Aurora memunguti pakaiannya yang berserakan dilantai dan memasukkan kedalam paper bag tersebut.
Ceklek...
Aurora keluar dari ruangan itu, dia melihat Kevin yang masih fokus dengan laptopnya.
Kevin menoleh, ia melihat istrinya yang sudah rapih dengan pakaiannya.
Tak lama Haikal masuk ke dalam ruangan Kevin, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Tuan, anda ingin makan siang di sini atau di luar" tanya Haikal.
"Kita aka makan siang di luar" jawab Kevin sambil merapihkan beberapa berkas dan mematikan laptopnya.
"Ayo" ajak Kevin setelah selesai merapihkan semuanya.
Aurora mengangguk, mengikuti langkah suaminya dari belakang. Mereka bertiga keluar dari ruangan Kevin.
"Berjalanlah disampingku, kau bukan asisten ku, mengerti!" ucap Axel dengan suara baritonnya.
Aurora mengangguk paham dan segera menuruti titah suaminya.
"Sebenarnya kau itu menganggapku sebagai apa tuan" tanya Aurora dalam hati, ia merasa bingung dengan sikap Kevin yang sering berubah ubah.
Haikal membukakan pintu untuk keduanya. Bagi dia, Aurora adalah Nyonya bosnya yang harus di hormati.
Mereka memasuki mobil, setelah itu Haikal menutupnya, dia mengitari mobil dan membuka pintu samping kemudi. setelah duduk, barulah dia menginjak pedal gas dengan kecepatan sedang menuju ke restoran.
Haikal melirik ke arah spion melihat atasannya yang saling diam tanpa terlibat obrolan sama sekali.
"Berasa bawa patung yang di kasih nyawa, kenapa aku mempunyai bos yang begitu bodoh, sudah tau ada wanita cantik masih aja di anggurin" gerutu Haikal dalam hati.
"Perhatikan jalanmu Kal, Jika sampai kita celaka, aku akan membuang ke kutub utara" ancam Kevin.
Glukk.
Haikal menelan ludah nya kasar, ia bergidik ngeri melihat mata Kevij yang menatapnya tajam dari spion.
Tak terasa mobil mereka tiba di depan restoran mewah.Haikal keluar dari mobil terlebih dahulu, dan membukakan pintu untuk Kevin.
Sementara Aurora memilih membuka pintunya sendiri, ia tidak mau merepotkan asisten suaminya itu, dia merasa dirinya hanya orang biasa yang tak perlu di hormati dengan sedemikian rupa.
Mereka berjalan berdua masuk ke dalam restoran, dengan di ikuti Haikal yang selalu setia mendampingi Kevin.
Mereka memilih duduk di tempat biasa berbaur dengan oran lain, Kevin tidak mau di ruang Vip.
"Pesanlah makanan yang kamu suka" Ucap Kevin sambil memberikan buku menu kepada istrinya.
"Cih, sok berhatian" cibir Aurora dalam hati.
Aurora memesan beef steak dan orange jus. Kevin pun mengikutinya.
Sedangkan di sudut lain restoran itu terlihat dua pasangan suami istri paruh baya dan Anak perempuanya. Mereka adalah Bimo beserta anak dan istrinya.
Aurora yang melihatnya pun langsung mengepalkan tangannya. Dia pikir ayahnya itu akan menyesal ternyata salah, ayahnya justru bersenang senang menikmati uang dari hasil menjual dirinya.
"Kamu kenapa" tanya Kevin yang melihat wajah Aurora memerah karena marah.
Karena tidak mendapatkan jawaban dasi istrinya, dia pun mengikuti arah pandang Aurora.
"Kamu melihat keluargamu? mereka terlihat baik-baik saja, tidak perduli dengan keadaanmu." cibir Kevin semakin membuat hati Aurora sesak.
Aurora mendongakkan wajahnya ke atas menghalau air matanya yang hendak jatuh. Ia tidak mau menangis di hadapan Kevin.
Dari kejauhan Sora melihat ke arah meja Aurora dan Kevin, dia memberitahu orang tuanya. "Ma bukankah itu kak Rora dan tuan Kevin" tunjuk Sora ke arah Aurora.
Aurora melengoskan wajahnya, pura-pura tidak melihat Sora, dia merasa kecewa dengan sikap Ayahnya itu.
sabar dikit lagi ketika Kevin menyadari perasaannya padamu semua akan baik baik saja..