Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.
Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.
Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Aku gendutan. Semenjak punya badan dua aku makan terus!"
Adrian tidak ingin pikiran-pikiran buruk menghampiri kepala Melissa, ia takut mood tidak bagus datang sehingga membuat perasaan tidak karuan. Untuk menghindari itu, Adrian memeluknya dari belakang, ia cium berkali-kali pelipis Melissa berusaha menyingkirkan pikiran buruknya.
"Semakin berisi semakin cantik!"
Melissa menghela napas, seakan jengah. Walaupun didengarnya agak langka, tetapi ucapan Adrian diketahui hanya untuk menenangkan saja. "Gak usah gombal, aku tau kamu merasa bersalah!"
Ini yang selalu ditakuti Adrian saat memuji Melissa. Perempuan itu selalu menganggap sikapnya karena perasaan bersalah, meski kenyataannya apa yang ia katakan adalah sebuah kejujuran yang jarang sekali diungkapkannya.
"Aku yakin setelah lahiran nanti, badanmu kembali seperti gadis!"
Melissa menyandarkan kepalanya di dada pria itu, Adrian sendiri pun masih berada di posisi seperti tadi, yaitu mendekap dari belakang.
"Kata dokter kandungannya aman, baik, dan sehat. Apa kamu senang?" Melissa memejamkan matanya, merasakan usapan lembut dari tangan berurat itu membelai perutnya.
"Sangat-sangat senang. Terima kasih. Tolong jaga sampai dia benar-benar melihat kita nanti!"
Saat itu Adrian terbuai dengan posisinya. Kaki mereka mulai bergerak seirama menikmati sensasi pelukan itu. Lalu demikian, Adrian bergerak membalikan badan Melissa, menghadap ke arahnya agar mereka saling memandang.
Mata yang saling bertemu itu seolah saling memahami perasaan masing-masing. Adrian memandangi perempuan yang telah ia hamili dengan tangan membingkai wajahnya.
"Mas ...."
Tanpa persetujuan, Melissa diberikan kecupan yang cukup lama di bibirnya. Tanpa terasa semakin lama, semakin ia rasakan sesuatu. Dengan cara ini mereka seakan menyalurkan perasaan masing-masing.
"Melissa, berikan aku pelayanan malam ini, aku janji akan memperlakukanmu dengan lembut!"
Adrian seketika berkecil hati, yang ia lihat dari respon Melissa tampak seperti sebuah penolakan. Tidak ada anggukkan, tidak juga ada gelengan, tetapi ia menyimpulkan apa yang dipintanya barusan adalah sebuah kenekatan.
Pria itu menjauh, menyingkir dari posisinya, berniat ingin masuk ke kamar. Harapannya pupus, ia menganggap Melissa masih mengalami trauma berat kala itu.
"Mas!"
Akan tetapi, betapa terkejutnya saat perempuan hamil tersebut tiba-tiba berjinjit untuk menggapai bibirnya. Saat itu untuk pertama kalinya Melissa mencium laki-laki dengan dilakukannya duluan.
Perasaan berkecamuk antara ia atau tidak yang membuatnya dilema. Hatinya terus menghela, tetapi raganya seakan ingin.
Namun yang mengalah adalah jiwa karena ego itu terhempas oleh hasrat.
"Melissa?"
"Janji pelan-pelan?"
Seketika senyum Adrian begitu lebar menanggapi. Ia membalas ciuman perempuan itu dengan tidak sabaran. Tak menyangka jika ternyata permintaannya dikehendaki.Adrian menggendong Melissa, ia rebahkan tubuhnya di atas ranjang. Sepanjang itu, tautan bibir mereka tak terlepas.
Terjadilah sesuatu kesalahan yang dianggap nikmat. Bercinta tanpa adanya hubungan status dan hanya beralasan anak, memang jarang dilakukan banyak orang, tetapi dari sekian banyaknya kehidupan ada yang seperti itu. Contohnya mereka. Melissa yang menentang kuat tidak ingin disetubuhi, nyatanya wanita itu tergoda oleh ketampanan sang duda.
Di tengah hiruk pikuk kehidupan yang tengah dijalani, Melissa memanfaatkan apa yang terjadi, meski awalnya ini adalah sebuah hal yang selalu ia sesali.
"Sebut namaku Melissa, cengkram bahuku, dan tegur aku jika aku kasar!" Saat itu Adrian tengah mengambil posisi yang aman untuk ibu hamil.
Entah perasaannya yang salah atau memang hasrat yang mengendalikan, keduanya tidak sadar jika apa yang mereka lakukan adalah hal yang tidak sewajarnya.
"Lepaskan saja suaramu!"
Melihat Melissa menahan-nahan untuk tidak melenguh, akhirnya suara lolongan cantik itu keluar dan terdengar indah di telinga pria yang sedang menggagahinya. Jika dulu adalah jeritan yang menyiksa, maka kali ini Melissa menjerit untuk menikmati.
Malam itu terjadi dan berlangsung lama, saat di mana semua orang tertidur pulas, tetapi mereka justr terjaga.
"Terima kasih Melissa, terima kasih. Aku mencintaimu!"
Sayang sekali saat Adrian mengucapkan itu setelah menyudahinya, Melissa sudah tertidur karena kelelahan.
***
Di keesokan pagi. Akibat kecerobohan dua insan yang masih tertidur pulas di ranjang, kini Sasa syok saat melihat mereka. Pasalnya pintu tidak dikunci.
"Oh astaga!" Pelan-pelan pembantu itu keluar lagi dari kamar. Beruntung mereka tidak terganggu saat ia masuk. Sasa pun abrit-abritan lari ke dapur.
"Huh, huh, huh! Aku butuh air !"
"Masih pagi sudah lihat hantu ?" Yani menyodorkan air kepada Sasa.
"Aku lihat itu, Mbak!"
"Apa?"
"Aaaaaak kok bisa si, astaga!
Berarti mereka semalam aaaaaak aduh!"
Bukannya menjelaskan Sasa justru heboh sendiri sampai akhirnya ditoyor oleh Yani. Ketua pelayan itu agaknya sudah terlalu sewot. "Dijelasin dulu, baru tantrum. Kayak belut kesetrum kamu!"
"Itu Mbak, aku lihat di dalam kamar bapak sama Melissa anu gak pakai baju!"
"Yaaa terus kenapa?"
"Berarti mereka habis itu-ituan, Mbak!"
Sasa melihat Yani seperti berpikir. "Aku rasa mereka sudah saling jatuh cinta. Kemungkinan perjanjian sudah tidak berlaku, baiklah kita syukuri kalau begitu!"
"Iya juga ya, Mbak. Sumpah aku sampai kaget, soalnya bapak lagi pegang gunung hehe!"
Sekali lagi Yani menoyor kepala Sasa. "Tidak usah diperjelas. Mesum!"
"Mereka sedang apa, Mbak?"
Tiba-tiba Sasa membuat ekspresi judes tatkala melihat pembantu yang jarang bergabung kini langsung nimbrung dengan mereka. "Apa mereka bercinta?"
"Ihh, kamu masih kecil.
Ikut-ikutan aja!" cetus Sasa.
"Aku bahkan lebih tua dari usia nona Melissa, Mbak!" balas Melia.
"Yaa tetap aja bagi kami kamu masih kecil, belum pantas. Lagian mau tau aja si!" Dari sini kita dapat melihat ketidaksukaan Sasa terhadap anak itu.
"Oh, baiklah!"
"Kembali ke tugas ya, Melia.
Hindari babu satu ini, dia suka bergunjing, tidak bagus untukmu," ucap Yani.
"Ihh!" Sasa kesal.
Melia seketika menjauh, setelah mendengar ucapan mereka.
***
Sementara itu di kamar yang menjadi saksi aksi bercinta semalam. Kini, keduanya masih terasa enggan untuk beranjak.Melissa sudah terbangun dari tadi, tetapi Adrian tampaknya masih sangat mengantuk. Saat itu Melissa merasa nyaman dengan posisinya, meski tidak ada baju apapun yang menutupi mereka, hanya tebalnya selimut yang membalut keduanya.
"Hmm, dia kok ganteng ya?"
Seperti yang kita lihat, perempuan itu tengah didekap oleh pria yang menggaulinya semalam. Kini, Melissa sedang menikmati pemandangan di pagi hari. Satu hal yang baru ia sadari, ternyata pria yang akan menjadi ayah anaknya itu memiliki paras yang tampan.
"Hei, good morning!" Adrian menggeliat sebentar, ia terbangun karena terusik oleh tangan Melissa yang terus menoel-noel hidung mancungnya.
"Pagi!" Seketika Melissa berekspresi biasa, tidak menunjukkan apa yang tadi ia lakukan.
"Apa ada yang sakit?" tanya Adrian. Setelah melakukan pergempuran yang cukup panjang, Adrian takut sekali ada yang dirasa oleh wanita hamilnya.
"Hmm, enggak!"
Cup.
Ia merasakan morning kiss yang diberikan Adrian, saat itu Melissa jadi salah tingkah.
"Lepas, Mas. Aku mau bangun!"
"Nanti saja!"
"Mas... badan aku udah lengket, gerah, mau mandi!"
"Sebelum mandi, satu kali lagi boleh?"
"Apa?!"
Bersambung ~