Enzio Alexander Pratama, pria 28 tahun dengan kekayaan dan status yang membuat iri banyak orang, ternyata menyimpan rahasia kelam—ia impoten.
Sebuah kecelakaan tragis di masa lalu merampas kehidupan normalnya, dan kini, tuntutan kedua orangtuanya untuk segera menikah membuat lelaki itu semakin tertekan.
Di tengah kebencian Enzio terhadap gadis-gadis miskin yang dianggapnya kampungan, muncul lah sosok Anna seorang anak pelayan yang berpenampilan dekil, ceroboh, dan jauh dari kata elegan.
Namun, kehadirannya yang tak terduga berhasil menggoyahkan tembok dingin yang dibangun Enzio apalagi setelah tahu kalau Anna adalah bagian dari masa lalunya dulu.
Bahkan, Anna adalah satu-satunya yang mampu membangkitkan gairah yang lama hilang dalam dirinya.
Apakah ini hanya kebetulan, atau takdir tengah memainkan perannya? Ketika ego, harga diri, dan cinta bertabrakan, mampukah Enzio menerima kenyataan bahwa cinta sejati sering kali datang dari tempat yang tak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. TigaPuluh
“Argh!” Enzio memekik keras.
Seorang pria paruh baya yang berwibawa dengan rahang kokoh serta jambang tipis di dagunya tiba-tiba menarik telinga Enzio dengan cukup keras.
“Siapa kamu, hah? Berani sekali mengajak Anna menikah?!” bentaknya dengan suara lantang.
Enzio sontak terkejut. Ia menoleh dengan ekspresi penuh kebingungan, tidak mengenali sosok yang tiba-tiba memperlakukannya dengan begitu kasar.
“Tunggu sebentar! Siapa kamu?!” protesnya sambil berusaha melepaskan cengkraman di telinganya. “Lepaskan aku! Ini menyakitkan!”
Pria tersebut justru semakin menguatkan genggamannya. “Kamu malah balik bertanya? Dasar pemuda kurang ajar! Kamu pikir aku akan diam saja ketika ada pria asing hendak membawa Anna?!”
Enzio semakin kesal. Seumur hidupnya, belum pernah ada seorang pun yang berani memperlakukannya seperti ini. Apalagi di depan Anna pria ini menjewernya? Sungguh sangat memalukan sekali.
“Pak, aku benar-benar tidak tahu siapa kamu, tapi aku ini tunangan Anna! Aku tidak akan membiarkan siapapun merebut Anna dariku!” seru Enzio dengan penuh keyakinan.
Anna yang berdiri tidak jauh dari mereka hanya bisa menutup matanya dan menghela nafas panjang. Anna baru menyadari kesalahannya. Ia lupa memberitahu Enzio bahwa ayahnya, Pras, baru saja kembali setelah bertahun-tahun tidak ada disisinya.
Mata pria paruh baya itu menyipit. “Apa katamu? Tunangan?”
“Ya!” Enzio menegakkan bahunya. “Aku mencintai Anna, dan aku tidak peduli siapapun yang berusaha menghalangi kami!”
Pras menatap pemuda di hadapannya dengan ekspresi semakin tajam. “Kamu berani berbicara seperti itu kepadaku?!”
Tanpa aba-aba, ia memukul kepala Enzio dengan cukup keras. Bukan pukulan yang menyakitkan, melainkan lebih kepada teguran keras seperti seorang ayah menegur anaknya.
“Astaga!” Enzio mengelus kepalanya yang terasa berdenyut. “Apa-apaan ini?!”
“Kamu terlalu berani anak muda!” Pras menggeram. “Bagaimana bisa kamu berbicara seenaknya di hadapanku tanpa mengetahui siapa aku?!”
Enzio semakin tidak terima. “Aku tidak peduli siapa kamu! Kamu ini pria tua barbar yang main pukul sembarangan!”
Anna membelalakkan mata. Ia segera melangkah maju dan berdiri di antara keduanya sebelum keadaan semakin tidak terkendali.
“Enzio jaga bicaramu!” bisik Anna pelan.
“Memangnya kenapa? Dia memang pria tua tukang pukul dan jewer sembarangan kan?” ucap Enzio sambil melirik tajam Pras.
“Aku lupa memberitahumu sesuatu,” ucapnya dengan nada pelan namun jelas.
“Memberitahu apa?” Enzio masih sibuk mengusap kepalanya.
Anna menarik napas panjang, lalu menoleh ke arah pria paruh baya tersebut. “Dia ini ayahku.”
Hening.
Seakan waktu berhenti sejenak. Bahkan burung yang hinggap di pohon pun seolah ikut menahan napas.
Ekspresi Enzio langsung membeku. Mata yang semula penuh amarah kini berubah menjadi keterkejutan. Ia menoleh perlahan ke arah Pras, yang kini menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan.
Mampus! Ayah Anna? Habislah Enzio!
“Jadi, anda adalah ayahnya Anna?” suara Enzio terdengar hampir berbisik.
“Ya!” jawab Pras singkat namun penuh penekanan.
Dalam sekejap, Enzio langsung menegakkan tubuhnya, berusaha memperbaiki sikap. Ia tersenyum canggung, lalu membungkuk dengan kaku seperti seorang siswa yang tertangkap basah sedang melanggar peraturan sekolah.
“Eh… eh… Selamat datang kembali, Ayah Mertua! Wah, Anda tampak sehat dan bugar! Saya kira Anda masih pamannya Anna, ternyata Ayahnya! Sungguh luar biasa! Jambang tipis Anda itu benar-benar menambah kewibawaan!” Enzio jadi salah tingkah dan gugup. Sementara Anna geleng-geleng kepala.
Pras menyipitkan mata. “Tadi kamu memanggilku pria tua barbar, bukan?”
“Tidak! Tidak mungkin!” Enzio mengibaskan tangannya dengan cepat. “Mungkin hanya kesalahpahaman semata, Ayah! Saya benar-benar menghormati Anda!”
Pras melipat tangan di dada, masih menatap Enzio dengan penuh penilaian. “Jadi, kamu yang berani melamar putriku?”
Enzio meneguk ludah, merasa terperangkap. “Ya, Ayah…”
“Dan kamu siap menghadapi ujian dariku?”
Enzio menegang. “Ujian?”
Pras menepuk pundaknya dengan cukup keras, membuat Enzio sedikit terhuyung. “Ya. Aku baru kembali dari… tempat peristirahatan sementara.”
Enzio menelan ludah. “Tempat peristirahatan sementara?”
Anna berbisik di sampingnya, “Ayah baru saja keluar dari penjara.”
Mata Enzio membesar seketika. “P-penjara?”
Sial! Enzio lupa kalau Pras emang ada dipenjara karena ulah Laras. Tapi Enzio tidak tahu jika Pras sudah ada di sini lebih dulu sebelum dirinya.
Pras mengangguk dengan santai. “Ya. Aku dipenjara karena terlalu protektif terhadap putriku. Jadi, siapapun yang mencoba menyakitinya aku tidak akan ragu untuk mengambil tindakan.”
Keringat dingin mulai mengalir di pelipis Enzio. Ia melirik Anna dengan ekspresi panik, berharap gadis itu akan menenangkannya dan membelanya. Namun, yang ia dapatkan hanyalah anggukan kecil dari Anna, seakan mengatakan bahwa ia memang harus siap menerima ujian ini.
Pras tersenyum tipis. Baiklah, kita mulai dengan makan malam nanti. Aku ingin melihat bagaimana sikapmu di meja makan. Jika ada satu kesalahan kecil saja maka–”
Pras mengangkat tangannya, membuat gestur seolah akan menampar kepala Enzio lagi.
“Saya akan sangat sopan, Ayah Mertua! Saya tidak akan melakukan kesalahan sedikitpun!” jawab Enzio cepat, tubuhnya semakin kaku.
Pras mengangguk dengan puas. “Bagus. Aku tidak sabar untuk melihat apakah kamu benar-benar pantas menjadi suami putriku atau tidak!” tegasnya.
Setelah berkata demikian, ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan tenang, meninggalkan Enzio yang masih berdiri dengan wajah pucat.
Anna menepuk bahunya sambil tersenyum. “Selamat datang di keluargaku, calon suami,” ejeknya.
Enzio menarik napas panjang, masih belum sepenuhnya sadar dengan apa yang baru saja terjadi.
“Rasanya, aku baru saja menghadapi ujian dari bos mafia,” gumamnya lemas.
Anna tertawa kecil, sementara Enzio masih mencoba memahami kenyataan bahwa perjuangannya untuk mendapatkan restu ternyata jauh lebih sulit daripada yang ia bayangkan.
“Aku pikir ujian untuk mendapatkanmu akan sangat mudah, tapi nyatanya sesulit ini,” geram Enzio dalam hati.
🤣🤣🤣 Gimana-gimana?