Gwen si buruk rupa merasa putus asa dengan jalan hidupnya saat dia ingin mengakhiri semuanya justru Gwen dipertemukan dengan boss mafia.
Gwen menjadi gadis buruk rupa kesayangan boss mafia dan berusaha menuntut balas pada orang yang menindasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Minta Tanggung Jawab
"Ish, sejak kapan dia kemari?" gerutu Gwen yang berusaha menjauhkan tubuhnya.
Tapi dia kalah cepat karena tiba-tiba tangan besar Trevor menahannya.
"Mau kemana? Kau telah membangunkan sesuatu!" ucap Trevor dengan nada berat, khas bangun tidur.
Semenjak Gwen membangunkan miliknya, empunya juga ikut terbangun. Dan dia tidak akan membiarkan Gwen lepas kali ini.
"Gawat!" pekik Gwen dalam hatinya. Dia berusaha lepas tapi Trevor malah mengukungnya.
Kini tubuh Trevor sudah berada di atas Gwen dengan kedua tangan Gwen yang dicekal oleh kedua tangan Trevor.
Keduanya saling bertatapan cukup lama, tatapan mereka terkunci. Tapi buru-buru keduanya langsung sadar.
"Lepaskan! Aku sudah memperingatkanmu, jangan lakukan hal ini padaku lagi!" ketus Gwen.
Trevor terus memandangi wajah Gwen, dia pasti sudah gila karena dia semakin suka Gwen yang selalu menolaknya seperti itu.
"Trey!!" teriak Gwen dengan sekuat tenaga mendorong lelaki bertato itu.
Gwen bergegas turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya. Dia pergi ke dapur dan mencari air dingin di kulkas, dia ingin mendinginkan kepalanya.
"Aku harus ekstra sabar menghadapi mafia kelewat percaya diri itu!" gerutu Gwen sambil melihat bahan-bahan makanan di kulkas. Ternyata kulkas masih kosong. "Lebih baik aku membuat mie instan saja!"
Gadis itu membuat mie instan, awalnya Gwen hanya ingin membuat satu bungkus tapi karena ada Trevor, dia menambah satu bungkus lagi.
Saat mie instan sudah siap bertepatan dengan Trevor yang menyusul Gwen ke dapur.
"Aku membuatkanmu mie instan tapi setelah selesai makan, kembalilah ke markas!" ucap Gwen berusaha bersikap tegas.
Trevor tidak menanggapi, lelaki itu ikut duduk di samping Gwen untuk memakan mie instan buatan gadisnya.
"Ambilkan saos pedas itu," pinta Trevor melirik saos yang berada dekat dengan Gwen.
Gwen mengambil saos lalu membuka tutup botolnya kemudian dia menuangkan saos itu ke dalam mangkok Trevor.
"Cukup?" tanya Gwen yang sudah menuangkan saosnya.
"Aku rasa cukup!" jawab Trevor sambil mengulum senyumnya. Entah kenapa dia suka momen berdua seperti ini dengan Gwen padahal mereka hanya makan mie instan. Tapi bagi Trevor hal itu sangat menyenangkan.
"Trey, kau harus menyisakan telur setengah matangnya. Makan saat detik-detik terakhir," ucap Gwen yang mulutnya penuh dengan makanan.
"Kenapa harus begitu?" tanya Trevor keheranan.
"Biar ada sensasinya," jawab Gwen.
Trevor menurut saja, dia menyisakan telur setengah matangnya. Kemudian dengan jahil Gwen menusuk telur itu sampai cairan kuningnya keluar.
"Coba makan sekarang!" pinta Gwen kesenangan.
"Jadi kau suka cairan kental begini? aku juga punya," ucap Trevor dengan mode mesum maksimal. "Tapi warnanya putih!"
"Apa itu?" tanya Gwen yang tidak mengerti.
Trevor meraih tangan Gwen kemudian dia letakkan di bagian celananya yang sesak sedari tadi. "Kau membangunkannya jadi kau harus tanggung jawab!"
"A--apa?" Gwen mulai mengerti arah pembicaraan Trevor, dia jadi mengingat film dewasa yang dia tonton. "Jadi naga saktinya mau menyembur? Aku tidak mau!"
Gwen menjauhkan tangannya tapi Trevor tidak membiarkannya lepas. Justru Trevor semakin menekan tangan Gwen yang membuat gadis itu panik.
"Ke--kenapa semakin mengembang? tanganku sampai tidak muat!" Gwen sampai merinding.
"Ini karena dia tidak sabar untuk menyembur dan kau harus bertanggung jawab, Gwen!" ucap Trevor yang harus mengeluarkan semburan itu setelah sekian lama mengendap.
"Tidak mau!" tolak Gwen semakin panik. Dengan tehnik yang dia pelajari, Gwen mencoba memutar tangan Trevor yang membelenggu tangannya. Kemudian setelah berhasil lepas gadis itu berlari mencoba menyelamatkan diri.
"Larilah! Aku akan terus mengejarmu sampai bisa menyemburmu!" seru Trevor yang sudah mabuk perawan.