📢ATTENTION!! Disini banyak adegan relate kehidupan anak jaman now. All about free (kelanjutan malah baper)👄
Hot Summer Boyz yang diperankan oleh anggota group THE BOYZ : Hyunjae, Juyeon, Younghoon, Sangyeon, Sunwoo, Eric, Juhaknyeon, Jacob, Kevin, Changmin (Q), Chanhee (New) tentang sebelas cowok tampan yang sedang berlibur ke sebuah pulau tropis dan bertemu dengan gadis bernama Nikita serta dua sahabatnya, Echa dan Yesha.
Kehadiran para gadis ini yang nantinya bakal memicu cinta segitiga, momen manis, dan dinamika yang tak terduga.
⚠️Ini pengalaman musim panas yang tidak bisa kamu abaikan. HOT SUMMER BOYZ menunggu DEOBI! Let’s dive in!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sara Budi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 30 Pulang
Jam dinding menunjukkan pukul lima pagi. Langit di luar masih gelap, hanya ada suara deburan ombak yang sesekali terdengar dari kejauhan. Nikita mendorong kopernya keluar kamar dengan langkah pelan, berusaha nggak membangunkan siapa pun. Tujuannya jelas yaitu dermaga pelabuhan. Dia sudah memutuskan semalam, liburan ini cukup sampai di sini.
Saat sampai di ruang tamu, dia terdiam. Ada Yesha di sana, duduk di sofa sambil menggenggam koper besar. Matanya terlihat lelah seperti orang tidak tidur semalaman. Meski loyo, Nikita membaca dari bola mata Yesha ada keteguhan yang nggak biasa di wajahnya.
"Yes? Ngapain lo di sini pagi-pagi?" Nikita bertanya, setengah berbisik.
Yesha menoleh, tampak sedikit terkejut. "Make nanya segala mau kemana"
Nikita melipat tangan, menatap sahabatnya dengan kening berkerut. "Tunggu, jangan bilang lo juga mau ikut balik?"
Yesha mengangguk pelan, tapi nggak langsung jawab. Dia hanya memainkan resleting kopernya, seperti mencari cara untuk menjelaskan semuanya.
"Lah? Bukannya semalam lo bilang mau stay disini demi misi era bucin lo ama Kevin?" Nikita menatap Yesha penuh selidik.
Yesha menghela napas panjang, lalu akhirnya menjawab. "Iya, gue semalam emang bilang gitu. Tapi… gue mikir lagi"
"Mikir apa?" Nikita duduk di sofa seberang Yesha, masih menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Mikir soal Echa lah" Suara Yesha terdengar pelan, nyaris seperti bisikan.
Nikita tersenyum kecil, agak sedikit meledek. "Bukannya sebelum tidur tadi malam lo teriak-teriak bilang itu urusan dia? Dia yang pergi, dia yang harus tanggung jawab atas pilihannya?"
Yesha mengangguk, tapi matanya tampak berkaca-kaca. "Iya, gue bilang gitu. Tapi setelah gue minum dan gue sadar, gue salah, Nik. Gue salah banget"
Nikita terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja Yesha katakan.
"Lo tahu, kan? Echa itu sahabat kita dari SMA. Gue nggak bisa pura-pura nggak peduli" Yesha menunduk, suaranya mulai bergetar. "Gue yakin dia pergi pasti karena ada hal besar yang nggak mau dia bicarain ke ke kita! Seharusnya kita sebagai sahabat sadar. Tapi sayangnya kita terlalu sibuk dengan dunia kita masing-masing"
Mendengar itu, Nikita langsung merasa bersalah juga. "Iya lo bener. Gue nggak nyangka ngajak Echa kesini malah bikin masalah di hidupnya"
Yesha mengangkat kepala, menatap Nikita dengan mata yang sedikit memerah. "Kira-kira kita pamitan dulu nggak sama villa sebelah?"
Mendengar kata pamitan, Nikita terdiam bimbang.
Yesha dan Nikita melangkah keluar villa dengan koper masing-masing. Udara pagi masih sejuk, tetapi suasana hening langsung buyar ketika mereka melihat Jacob, Juyeon, dan Chan Hee sedang melakukan olahraga ringan di depan villa sebelah. Ketiganya tampak sibuk dengan gerakan stretching, sampai akhirnya Juyeon menyadari keberadaan mereka.
"Nikita? Yesha?" Juyeon menghentikan gerakannya, menatap kedua gadis itu dengan wajah penuh kebingungan. "Kalian mau kemana pagi-pagi bawa koper?"
Jacob dan Chan Hee ikut menoleh. Jacob yang biasanya tenang terlihat sedikit terkejut, meskipun dia berusaha menyembunyikannya dengan mengusap tengkuknya.
"Lo nggak mungkin udahan liburannya secepat ini, kan?" tanya Juyeon, mencoba memastikan situasi.
Nikita menghela napas panjang, menatap mereka dengan sedikit ragu sebelum akhirnya menjawab. "Iya, Juy. Kita balik hari ini"
Juyeon langsung menghentikan langkahnya, ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih. "Serius, Nik? Gue pikir lo bakal stay lebih lama dari kita!"
Nikita hanya tersenyum kecil, mencoba menutupi rasa bersalahnya. "Sorry, Juy. Ada urusan penting yang nggak bisa kita tunda. Kita harus cari Echa. Kita khawatir terjadi sesuatu yang enggak-enggak sama Echa"
Sementara itu, Jacob hanya diam, tapi matanya terus mengikuti Yesha. Dia berusaha keras menahan rasa kecewa yang mulai merayap di hatinya. "Kenapa buru-buru banget sih?" tanyanya, suaranya terdengar datar meski di dalam pikirannya penuh kekacauan.
Yesha menatap Jacob dengan penuh arti. Ia tahu Jacob sedih karena ia menyukai dirinya.
Tiba-tiba Juyeon memeluk Nikita dengan dekapan yang cukup erat. Usai melepas peluknya, Juyeon menatap Nikita dengan sorot mata memelas. "Hati-hati di jalan, ya. Gue pasti bakal kangen lo, Nik. Lo bikin suasana di sini jadi seru"
Nikita tertawa kecil, mencoba mengurangi rasa canggung. "Santai aja, Juy. Gue bakal balik lagi kok kalau waktunya tepat. Dan lo masih bisa nge hubungin gue kapan aja"
"Ya udah kalau gitu kita berdua titip salam buat yang masih tidur, ya. Oh ya gue juga minta tolong kasih surat ini buat Kevin" ucap Yesha sambil ulurkan amplop surat dan yang terima Chan Hee.
"Kalian berdua hati-hati di jalan, ya. Love you girls" ucap Chan Hee dengan gaya yang sedikit kemayu dan lalu memeluk Nikita dan Yesha.
Nikita dan Yesha berjalan menjauh dari villa. Saat mereka pergi menjauh, Nikita berkata dalam hati sambil menatap ujung jalan yang masih dipenuhi kabut pagi.
..."Kenapa sih rasanya kayak gini? Berat banget. Padahal gue baru kenal mereka. Cuma beberapa waktu doang, tapi... mereka udah kayak keluarga buat gue"...
..."Awalnya gue mikir, 'Ya udah, ini cuma sementara. Ketemu orang baru, terus selesai, lupa gitu aja.' Tapi nggak, mereka beda. Mereka bukan cuma teman. Mereka itu… gimana ya? Pelengkap gue. Mereka bikin hari-hari gue di sini lebih hidup."...
..."Gue belajar banyak dari mereka. Dari cara mereka peduli, walaupun suka ngeselin, sampai gimana mereka selalu ada buat gue tanpa gue harus minta. Terus, obrolan-obrolan kecil kita yang kadang random banget, tapi justru itu yang bikin gue ngerasa nyaman. Gue belum pernah ketemu orang yang kayak mereka sebelumnya"...
..."Tapi kenapa ya, pertemuan selalu ada akhirnya? Gue tahu, semua orang bakal jalanin hidupnya masing-masing. Tapi gue takut... Takut kalau nanti semuanya jadi cuma kenangan. Takut kalau nanti kita terlalu sibuk sampai lupa buat sekadar nyapa"...
..."Gue nggak mau ini jadi cuma 'masa lalu.' Gue mau gue terus inget semuanya, ketawa mereka, becandaan mereka yang kadang garing, bahkan hal-hal kecil yang bikin gue ngerasa diterima. Karena mereka, gue sadar, dunia ini nggak sesepi yang gue kira"...
Nikita tarik napas panjang, liatin mereka sekali lagi.
..."Gue bakal kangen sama lo semua. Banget. Makasih, ya, buat semuanya. Kalian nggak akan pernah gue lupain. Gue harap kita bisa ketemu lagi, entah kapan, entah di mana"...
Pintu villa kebuka pelan. Juyeon, Jacob, dan Chan Hee masuk bareng, suasana pagi masih dingin dan sepi banget. Mereka semua kelihatan capek, tapi anehnya nggak ada yang ngomong. Cuma suara langkah kaki mereka aja yang kedengeran.
Jacob jalan duluan, matanya langsung ngarah ke ruang tengah yang masih gelap. “Ya ampun, jam segini masih pada molor semua” gumamnya sambil merebahkan badannya sofa.
Juyeon ngikutin dari belakang, langsung menuju dapur buat nyari air minum. “Gue nggak ngerti deh, kenapa mereka semua nggak bangun pagi sekali-sekali” Dia buka kulkas, ngambil sebotol air dingin, terus minum langsung dari botolnya.
Chan Hee, yang paling belakang, berdiri diem di dekat pintu. Matanya ngeliatin sekeliling ruangan yang berantakan. Selimut yang kemarin malem dipake masih kebuka di sofa, gelas-gelas bekas kopi berserakan di meja. Rasanya nggak ada tanda-tanda kehidupan selain mereka bertiga.
“Kita bangunin mereka nggak, nih?” tanya Juyeon sambil narik kursi dan duduk santai.
Jacob yang merebahkan tubuhnya di sofa sambil tangannya disilang menjawab. “Iya lah. Kita harus bilang soal mereka berdua”
Chan Hee diem. Pandangannya masih kosong. Dia tahu yang dimaksud Jacob adalah Yesha dan Nikita. Tapi buat ngasih tahu mereka udah pergi, Chan Hee nggak yakin dia sanggup ngucapin itu.
Jacob bangkit dari kursinya, melirik ke arah kamar. “Mulai dari siapa? Gue sih saranin Younghoon dulu, dia paling susah dibangunin”
Juyeon ngangguk setuju. “Ayo, Chan. Lo aja yang bangunin dia”
Chan Hee akhirnya gerak, walaupun pelan banget. Dia jalan ke arah kamar Younghoon yang pintunya sedikit kebuka. Tangannya nge dorong pintu pelan-pelan, takut nge bangunin dengan cara kasar.
“Younghoon udah bangun…” Chan Hee manggil pelan, tapi nggak ada jawaban.
Dia buka pintunya lebih lebar. Mata Chan Hee langsung nangkep ranjang yang udah rapi, kayak nggak ada yang tidur semalem. Kopernya juga nggak ada di sudut kamar, tempat biasanya Younghoon naruh barang.
Chan Hee berhenti di pintu, bingung. “Younghoon?” Dia manggil lagi, kali ini lebih keras. Tetep nggak ada jawaban.
Jacob dan Juyeon, yang penasaran, akhirnya nyamperin. “Kenapa lo diem di situ?” tanya Juyeon.
Chan Hee mundur dari pintu, matanya ngeliatin mereka dengan tatapan kosong. “Dia… dia nggak ada. Kopernya juga nggak ada”
Jacob ngelongok ke dalam kamar, mukanya langsung berubah kaget. “Loh, serius dia nggak ada? Masa dia pergi pulang duluan?”
Jacob maju, nyisir ruangan dengan pandangan matanya. Tapi emang beneran nggak ada tanda-tanda Younghoon. Kamar itu kosong, bersih, kayak nggak pernah dipake sama sekali.
Juyeon, yang biasanya santai, mulai ikutan bingung. “Mungkin dia cuma keluar bentar. Kita cek di luar, kali aja dia lagi ngambil udara pagi"
Tapi Jacob langsung geleng kepala. “Kopernya udah nggak ada, bro. Kalau cuma keluar bentar, ngapain bawa koper?”
Chan Hee diem di tempat, matanya mulai berkaca-kaca. “Apa dia pergi cari Echa juga?.” Suaranya pelan, hampir kayak bisikan.
Jacob dan Juyeon saling pandang. Mereka tahu Younghoon orangnya pendiem, tapi nggak biasanya dia pergi gitu aja tanpa pamit. Ini bukan gaya dia.
Chan Hee akhirnya duduk di lantai, punggungnya nyender ke dinding. “Dia kan tahu gue nggak suka perpisahan tiba-tiba. Kenapa dia malah gini? Kenapa dia nggak ngomong apa-apa ke gue?”
Denger kata-kata Chan Hee yang sedikit kemayu buat Juyeon dan Jacob sedikit syok. Apalagi pas Chan Hee meneteskan air mata, sebagai cowok tulen seharusnya nggak perlu nangis kayak cewek ditinggal pergi crush nya.
Bersambung
Bagaimana tanggapan kalian?
■BANTU AUTHOR LIKE, FOLLOW, AND KOMENTAR YA🙏
GOMAWO CHINGU💙😉