Trisha Adalah gadis yang tinggal di sebuah desa di australia, keluarganya sangat ketat dengan pergaulannya, ia bersama sepupunya Freya hanya di perbolehkan bekerja dirumah dan membantu pekerjaan rumah, bahkan ia tidak di perbolehkan untuk bekerja atau pun kuliah. Sampai di suatu ketika Freya membawa kabar bahagia pada Trisha bahwa ia akan menikah dengan seorang lelaki yang berasal dari ibu kota. Kedua keluarga membuat perjodohan itu, dan semuanya mulai di sibukan untuk acara pernikshsn, namun tanpa disangka-sangka Trisha bertemu dengan seorang lelaki tampan di sebuah toko kue. Pandangan mereka berdua bertemu, Trisha hanya memandang lelaki itu biasa saja, namun tidak dengan lelaki rupawan bernama Adrian, yang ternyata lelaki yang akan di jodohkan dengan Frey.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purpledee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30. Keputusan untuk bercerai
Semuanya sudah tidak sama lagi, tidak ada tegur sapa, tidak ada obrolan canda dan tawa. Semuanya seperti kembali seperti awal ia menikah, kebencian Trisha lebih mendalam dari pada sebelumnya. Sosok Trisha berubah dingin setelah kedatangan Anna ke mansion untuk meminta pertanggung jawaban.
Di pagi buta, di saat semua orang masih tertidur lelap, Trisha diam-diam pergi menuju ruangan Tuan Jeradin. Dan saat itu Tuan Jerdain sendiri yang membukakan pintu untuknya.
“Nak, ada apa pagi-pagi seperti ini datang menemuiku?”
“A-ada sesuatu yang ingin saya bicarakan.”
Tuan Jeradin mempersilakan Trisha unuk masuk. Di saat Trisha mulai berbicara bibirnya sudah bergetar, ia menahan tangisnya. Ia menceritakan semuanya pada Tuan Jeradin, tanpa ada sedikit pun yang terlewat.
Tuan Jeradin termangu, ia terdiam seribu bahasa mendengar semua cerita Trisha. Setelah Trisha menceritakan semuanya pada Tuan Jeradin, ia lantas pergi dengan mata yang sembab. Belum ada anggota yang terbangun saat itu, bahkan Trisha pun tidak tidur satu kamar dengan Adrian, sementara Anna di antarkan pulang oleh Izel.
Trisha menaruh harapan besar pada Tuan Jeradin, ia berharap Tuan Jerdain menemukan jalan keluar atas pernikahannya. Trisha bersiap pergi ke kantor, dan Adrian tiba-tiba datang. Namun Trisha tidak menganggap kehadiran Adrian, ia hanya melakukan aktifitasnya tanpa terganggu adanya Adrian yang terus berusaha untuk bicara dengannya.
“Trish, aku mohon dengarkan aku…”
Trisha menyisir rambutnya lalu bergegas pergi, Adrian yang merasa di abaikan, menarik tangan Trisha dan memeluknya dengan sangat erat. Namun Trisha sudah tidak memiliki energi untuk bertengkar dengannya, ia hanya terdiam tanpa merespon dengan ekspresi apa pun.
“Maafkan aku!” lirih Adrian.
Trisha melepaskan pelukan Adrian, dan menatapnya lekat-lekat. “Jangan berharap semuanya akan sama seperti sebelumnya.” kata Trisha lalu pergi.
...○○○...
Semua keluarga berkumpul saat sarapan, kecuali Esme dan Trisha yang sudah pergi pagi-pagi sekali. Wajah semua orang nampak tegang ketika Tuan Jeradin menatap mereka satu persatu. “Apa ada sesuatu yang membuat kalian membisu seperti ini?” kata tuan Jeradin dengan mata yang berkilat amarah.
“T-tidak ada-”
BRAK!
Semua orang tercekat, “Tidak ada kau bilang! Apa kalian pikir kalian bisa membohongiku! Kalian pikir aku ini siapa?! tanpa aku kalian tidak akan pernah menikmati semua ini!”
Tuan Jeradin menjeda perkataanya, ia memegang dadanya yang terasa sakit. “Adrian, apa yang terjadi?”
Adrian menoleh menatap kakeknya, “A-aku membuat kesalahan. Kesalahan yang fatal.” kata Adrian dengan menundukan kepalanya. “Kau menghamili pacarmu? Yang kemarin datang?”
Adrian mengangguk. Tatapan Tuan Jeradin berdalih pada Ny. Audy. “Kenapa kau berbohong padaku kemarin? KENAPA KALIAN SEMUA HANYA BUNGKAM!”
“Maafkan aku, aku hanya takut-”
BRAK! BRAK! BRAK!
“Trisha menemuiku dengan mata yang sembab pagi tadi, ia meminta bantuanku untuk mencari jalan keluar dari semua masalah ini. Dia meneteskan air matanya karena cucu ku sendiri! Adrian, aku tidak mau tau, kau harus menyelesaikan semua ini, tanpa tercium oleh media! Dan tidak akan pernah ada perceraian di keluarga ini. MENGERTI!”
Tuan Jeradin meninggalkan meja makan, semuanya nampak menghela nafas dan sekaligus kesal. Mereka tidak menyangka jika Trisha benar-benar menceritakan ini pada Tuan Jeradin.
Semuanya bubar dari meja makan kecuali Adrian, ia mengepalkan tangannya lalu menutup wajahnya dengan Frustasi. Adrian tau apa yang dia lakukan adalah hal yang tidak bisa di maafkan, namun egonya terlalu tinggi, ia tetap ingin bersama Trisha meskipun cintanya sudah bertepuk sebelah tangan sekarang.
Hati Trisha sudah sempat terbuka untuknya sebelumnya, namun karena kesalahan fatalnya, hatinya sudah kembali tertutup rapat-rapat dan mungkin tidak akan terbuka lagi untuknya. Kini masalhnya semakin runyam. Dia harus bertanggung jawab atas kehamilan Anna dan disisi lain ia tidak ingin kehilangan Trisha. Ia berjalan menuju gazebo dan mencoba untuk menelpon Trisha namun, namun telponnya tidak kunjung di angkat.
...○○○...
Trisha dan Esme kembali saat makan malam akan segera di mulai. Sebelum menuju ruang makan ia membersihkan tubuhnya terlebih dahulu dan mengganti pakiannya, namun saat ia sedang duduk di kursi rias, Adrian tiba-tiba datang menghampirinya dan memeluknya dari belakang. Namun tidak ada respon apa pun dari Trisha, ia sudah tidak menganggap kehadian Adrian lagi. Ia melepaskan pelukan Adrian lalu pergi begitu saja.
Sementara di ruang makan semuanya sudah menunggu, semua tatapan sinis tertuju padanya kecuali Esme, tuan Jeradin belun sampai disana. Trisha duduk di kursinya. “Kau sudah mulai lancang, ya.” kata Ny. Audy. “Audy, sudahlah!” Tukas Esme. “Kau pergi keruangan Tuan Jeradin hanya untuk menceritakan semuanya. Kau bisa diskusikan dengan kami sebelum kau meceritakannya pada Tuan Jeradin.”
Trisha hanya terdiam, ia lebih memilih bungkam dari pada harus meladeni perkataan Ny. Audy. Tidak lama kemudian Adrian datang dan duduk di samping Trisha, matanya sembab dan memerah. Lalu tak berselang lama Tuan Jeradin datang, sebelum makan malam dimulai, Tuan Jeradin menatap Trisha dari kursinya. Trisha hanya terdiam dengan pandangan yang menunduk. “Aku sudah mengambil keputusan.” kata Tuan Jeradin, semua orang menoleh pada Tuan Jeradin.
“Masuklah!” kata Tuan Jeradin pada seseorang diluar ruang makan. Tiba-tiba Anna masuk dan dan berdiri di hadapan para anggota keluarga. Trisha yang melihat itu tercekat. “Dia akan tinggal disini sampai dia melahirkan. Setelah itu dia akan pergi, hak asuh anaknya akan jatuh pada keluarga ini.” kata Tuan jeradin. Trisha tersenyum sinis, lalu terkekeh pendek. “Apa kau tidak menyetujuinya?” tanya Tuan Jeradin dengan penekanan.
“Bukan begitu, tapi keputusan saya sudah bulat, saya ingin bercerai. Jika Adrian tidak akan menceraikan saya, saya sendiri yang akan menggugatnya ke pengadilan. Saya yakin perceraian ini akan di setujui oleh pengadilan, karena alasan yang jelas.” kata Trisha.
“SUDAH AKU BILANG TIDAK AKAN ADA PERCERAIAN DI KELUARGA INI!”
Trisha beranjak, air matanya terjatuh. “Terima kasih atas segala kebaikan yang telah kalian berikan padaku. Tapi keputusanku sudah bulat. Aku akan bercerai. Selamat malam.” Trisha undur diri dari meja makan dan kembali kekamarnya. Tanpa ia ketahui Adrian mengikutinya, lalu ia mengunci kamarnya.
“Trish, berikan aku kesempatan satu kali lagi. Aku berjanji, apa pun yang kau inginkan aku akan melakukannya.” Trisha tidak mendengarkannya. Trisha mengambil tas besarnya dan mengemasi semua pakiannya. Adrian yang sudah kesal, mengambil paksa tas itu lalu melemparkannya, Adrian mengamuk dan melemparkan semua pakaian Trisha dan semua pakaian yang ada di lemarinya. Tubuh Trisha gemetaran saat melihat Adrian melemparkan semua barang-barang yang ada didekatnya.
“INI YANG KAU INGINKAN! KAU INGIN MELIHATKU GILA!” Adrian mencengkram kuat kedua lengan Trisha dan berteriak di hadapannya. Trisha berusaha melepaskan cengkraman Adrian, namun cengkraman itu terlalu kuat sampai ia merasakan nyeri pada kedua lengannya. “Lepaskan…” lirihnya.
“Aku akan mati jika kau pergi.” kata Adrian lalu melepaskan cengkramannya. “Aku bersumpah!” tambahnya. “Mati… semudah itu kah kau mengambil jalan dari semua masalah? Kau sangat egois, kau harus tau itu! K.a.u e.g.o.i.s!”
“Aku melakukan semua ini karenamu, Trisha, berikan aku kesempatan aku mohon.” Adrian bersimpuh di hadapan Trisha dan memohon. Namun Trisha tertawa sinis.
“Sekarang kau membuatku merasa aku yang paling bersalah disini.” kata Trisha dengan suara yang bergetar, ia menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya. Adrian mendekati Trisha dengan merangkak lalu memeluk kaki Trisha sambil menangis. “Jangan Tinggalkan aku, jangan tinggalkan aku Trish. Aku mohon padamu! aku sangat mencintaimu.”
Trisha terisak isak, Adrian pun merengkuh tubuh Trisha dan mengecup kepalanya beberapa kali dan terus memohon.
...○○○...
To Be Countinue...