NovelToon NovelToon
Tsania Laura

Tsania Laura

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Konflik etika / Romansa / Pihak Ketiga / PSK
Popularitas:83.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Diana Putri Aritonang

Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.

Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.

Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.

Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.

Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tsania Laura 30.

Tsania ternyata cukup lama menghabiskan waktunya di dalam kamar mandi. Hal itu membuat Teo yang menunggu di luar bersama Junot dan Ronald bertanya-tanya.

"Kenapa Tsania lama sekali?" tanya Ronald dengan menatap Teo dan Junot secara bergantian.

Mereka bertiga saat ini duduk di sofa yang berada tidak jauh dari kamar Teo. Saat melihat Teo keluar, Junot dan Ronald tidak serta merta langsung melemparkan pertanyaan bagaimana kondisi Tsania. Mereka berdua menunggu agar Teo sendiri lah yang menceritakannya.

"Semuanya benar sudah baik-baik saja, kan?"

Teo memberikan anggukan pada Junot. "Aku akan memeriksanya!" Teo segera berdiri dan masuk kembali ke dalam kamar. Mungkin Tsania membutuhkan sesuatu hingga kekasihnya itu tak kunjung keluar.

Waktu bahkan sudah ingin beranjak malam. Tak terbayangkan sudah berapa lama Tsania merendam dirinya.

Saat Teo masuk ke dalam kamar, ternyata bertepatan dengan Tsania yang juga baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Gadis cantik itu memakai bathrobe putih dengan rambut yang setengah basah.

Sangat cantik! Dan begitu cantik di mata Teo.

"Maaf, aku kembali masuk. Aku ingin memeriksa mu karena ku pikir terlalu lama berendam dengan air dingin juga tidak baik."

"Pakaianku...basah semua."

"Aku sudah menyiapkannya di sana." Tsania menoleh pada arah yang ditunjuk oleh Teo. Bisa ia lihat sebuah paperbag besar ada di atas nakas. "Aku akan menunggu di luar. Kamu harus makan dan minum minuman yang hangat."

Tsania mengangguk dan mendekati nakas. Ia berjalan dengan tangan yang terlipat di dada, seperti orang yang sedang kedinginan. Wajahnya juga sedikit pucat.

Dan baru berhasil membawa beberapa langkah, Tsania sudah hampir akan jatuh di atas lantai jika tubuhnya tidak lebih dulu ditahan oleh Teo.

"Kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja," jawab Tsania seraya berusaha membenarkan posisinya ingin kembali berdiri.

"Tunggu!" Tahan Teo. Ia dengan cepat menyentuh tangan Tsania dan menangkup wajah gadis cantik itu yang begitu pucat.

Dingin. Teo merasakan kulit Tsania begitu dingin.

"Kamu tidak baik-baik saja. Kamu merasa kedinginan?"

Tsania mengangguk dengan tubuh yang memang sedikit bergetar.

Shitt! umpat Teo dalam benaknya. Ia segera beranjak masuk ke dalam walk in closet. Dan kembali dengan selimut tebal lalu mengenakannya pada Tsania.

"Aku tidak apa-apa." Melihat Teo yang terlalu mencemaskan dirinya. Tsania mencoba membuka suara, meski tubuhnya bergetar dan kini ia mulai merasakan sulit bernapas. Semua tubuhnya terasa kaku.

"Kita ke rumah sakit sekarang!" Putus Teo cepat. Ia keluar dari dalam kamar untuk memberi tahu pada temannya.

Junot dan Ronald lantas saja kaget. Mereka segera menuju ke rumah sakit dengan hanya menggunakan satu mobil. Junot yang mengambil alih kemudi dan Ronald duduk di sampingnya, sedangkan Teo bersama Tsania berada di kursi penumpang bagian belakang.

"Tsania! Lihat aku! Jangan tutup matamu!" Teo mencoba mempertahankan kesadaran Tsania. Ia juga memeluk tubuh kekasihnya yang mengenakan selimut tebal. "Percepat laju mobilnya, Junot!"

Suara keras itu terlontar ketika Teo melihat Tsania yang mulai kehilangan kesadaran. Kekasihnya itu bahkan masih saja sempat bergumam jika ia baik-baik saja.

Sampai di rumah sakit, Tsania langsung dilarikan ke ruang unit gawat darurat. Selama dilakukan penanganan pada Tsania, Teo menunggu di luar ruangan bersama Junot dan Ronald.

"Apa Tsania terkena hipotermia?" tanya Junot setelah beberapa saat waktu berlalu. Melihat dari gejala apa yang terjadi pada kekasih temannya itu, Junot memiliki dugaan demikian.

Teo yang berdiri dengan bersandar pada dinding ruang pemeriksaan Tsania itu mengangguk kecil. Dan hal itu membuat Junot serta Ronald saling pandang seraya menghembuskan napas.

Menghabiskan waktu terlalu lama berendam di air dingin sepertinya jadi pemicu gadis itu mengalami hipotermia.

"Aku rasa kamu harus memberi kabar pada keluarganya, Teo." Teo mantap pada Junot. Ia sempat terdiam sesaat. Hingga membuat Junot kembali bersuara, "ini sudah hampir malam, setidaknya besok pagi keluarganya sudah bisa datang."

Teo mengikuti saran yang diberikan temannya. Ia menghubungi seseorang terlebih dahulu, dan setelah mendapatkan nomor ponsel keluarga Tsania, Teo langsung melakukan panggilan.

Tapi panggilan Teo sama sekali tidak diterima. Tak ada seorang pun yang menjawabnya di seberang sana.

"Kirimkan pesan singkat." Junot kembali memberi saran karena melihat Teo yang berulang kali mengutak-ngatik ponselnya.

*

*

*

Sedangkan di tempat lain. Pemilik nomor ponsel yang tengah Teo coba hubungi itu kini berada di dalam club malam miliknya. Dengan berdiri ia menerima laporan dari para penjaga club.

"Aku tidak ingin mendengar hal ini lagi! Apa pun kepentingannya, halangi saja dia untuk masuk." Laura menekan kata-katanya pada para pria bertubuh besar yang memang biasa menjaga area club.

Laura mendapat laporan jika Galang sempat kembali dan ingin masuk ke dalam club. Laura sudah lelah, ia sudah tak ingin lagi berurusan dengan Galang.

"Bagaimana dengan wanita itu, Mami?"

Laura menoleh pada salah satu penjaga yang bertanya. Laura juga mengerti siapa yang mereka maksud-Sekar.

"Jangan biarkan mereka masuk dan membuat kekacauan. Jika tetap memaksa, seret dan lemparkan saja."

Semuanya langsung mengangguk, tanda mengerti dengan perintah Laura.

"Mi! Ponselmu dari tadi terus berdering." Steffi mendekat, ia menyerahkan ponsel Laura yang ditinggal di atas meja bartender karena harus menemui para penjaga. "Sepertinya Om Ardi ingin meminta pengobatan lagi pada Mami," goda Steffi dengan tersenyum.

Laura hanya menggeleng, ia membuka ponsel dan memeriksa siapa yang telah menghubunginya. Begitu banyak panggilan yang masuk dari nomor yang sama sekali tidak Laura kenal.

"Siapa?" gumam Laura seraya terus menggulir layar ponselnya. Hingga ia memutuskan untuk menghubungi nomor itu kembali. "Tidak dijawab," kata Laura lagi setelah dua panggilan yang ia lakukan tidak diterima.

"Mungkin hanya orang iseng, Mi."

Laura hampir saja setuju dengan perkataan Steffi, jika netranya tidak lebih dulu menemukan pesan singkat yang nomor itu kirimkan.

Tsania sedang dirawat di rumah sakit YY.

Membaca pesan itu saja sudah membuat wajah Laura memucat. Putrinya dirawat di rumah sakit!

"Ada apa, Mi?" tanya Steffi langsung.

"Tsania masuk rumah sakit. Aku harus pergi ke sana."

"Mami mau ke kota malam-malam seperti ini?"

"Aku harus menyusul Tsania! Dia pasti sendirian."

Tidak bisa disembunyikan, rasa khawatir serta panik yang langsung menghinggapi Laura. Ia dengan buru-buru dan tanpa persiapan sudah langsung memutuskan ingin pergi.

Namun Steffi berhasil menahan dan meminta seorang penjaga mengantarkan Laura ke rumah sakit. Hingga malam itu jua, Laura akhirnya pergi ke kota.

Setelah beberapa saat Laura meninggalkan club. Ardi Lim datang mencari Laura.

"Mami pergi ke kota, Om. Tsania masuk rumah sakit."

Tak jauh beda dengan Laura saat membaca pesan singkat pada ponselnya, Ardi Lim begitu kaget saat mendengar Tsania yang dirawat.

"Laura pergi sendiri?"

"Tidak, Om. Robi yang mengemudikan mobil Mami."

Ardi Lim mengangguk singkat, merasa lega karena mendengar Laura ternyata tidak menyetir sendiri. Setelahnya Ardi Lim pergi meninggalkan club malam untuk menyusul Laura.

Ibu pergi ke kota, Pak.

Pesan singkat itu langsung terkirim, setelah memastikan kemana arah tujuan mobil yang ditumpangi Laura.

1
Nita Yulia
masih nungguin kabar tsania/Frown/
Ima Badriyah
Luar biasa
🔵🎀🆃🅸🅰🆁🅰❀∂я 👥️
suka dg sikap tsania
⎯꯭̽✰𝆺𝅥⃝🎀Selinaˢ⍣⃟ₛ𒁍
gilaa/Speechless/
⎯꯭̽✰𝆺𝅥⃝🎀Selinaˢ⍣⃟ₛ𒁍
aihhh
Fatima Rizal
bagus
ora
Kehancuran, ayo datanglah pada Anggita.
Kali ini sudah keterlaluan banget sih Anggi nya😤😤😤
ora
Nggak. Alhamdulillah nggak datang😌😌
ora
😭😭😭
ora
Om, serius Om🤭😂
Kusii Yaati
cerita ini benar2 menguras emosi ku Thor...rasa gregeten, jengkel,emosi, pengen nonjok wajah Anggita huhhhh sabar2 😤😤😤😤
Kusii Yaati
huh bukan hanya nol di akademi dan non akademik tp juga nol akhlak ternyata 🤧... pasti berat tuh hari2 Tsania kuliah disana😤😩
Kusii Yaati
sekarang aq tahu kenapa Laura belum bisa membuka hati untuk Ardi ternyata statusnya masih istri sah Galang dan belum bercerai 🤔
Novi Atun
Siap2 saja Si Anggita...
〈⎳ Moms TZ
gak ada yg berharap kehadirannya
〈⎳ Moms TZ
di situasi ky gini tp pengin tawa juga/Facepalm/
yellya
ga usah ada galang,cukup tuan ardi lim aja kak ,as a hero buat tsania laura 🤗🤗🤗
Upi Raswan
bukan menharap sih,cuma kirain galang yg donor.. secara goldar stania sama kayak galang hehe
semoga lekas sembuh sayangnya emak2 readers,, tuan Lim sama tuan Dewangga bakalan segera menemukan pelakunya..
Dewi kunti
yuuuuukkk sp yg mau donorin darahnya,TDK hrs bpknya kan
Yuli a
aku justru pingin kehadiran Galang kk, biar orang tua Theo tau siapa orang tuanya Tsania. 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!