Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Hari telah menjelang sore, dan saat ini aku tengah mengepak pakaian dibantu dengan Serly dan Ratna. Mereka tidak ikut karena aku disana akan sedikit lama. Tidak mungkin jika mereka mengekori aku terus menerus. Mungkin Serly akan menyusulku pada pertengahan bulan nanti. Aku hanya ditemani oleh Ethan saja dan satu orang ART ku.
Sebetulnya akh berat jika harus meninggalkan Keeynan, tapi apa boleh buat kondisiku yang seperti ini tidak dapat dipungkiri, disana aku akan menjalani beberapa pengobatan dan terapi agar keadaanku tetap stabil.
Aku melirik jengah pada Ratna yang dari tadi masih berkutat dengan ingusnya. Iya, dia menangisi kepergianku.
"Lo mau sampai kapan kaya gitu sih" ujarku jengkel kepadanya.
"Rat sini deh gue kasih tau" Serly dengan percaya diri menyodorkan cermin kepada Ratna.
"Jelek tau" celetuk Serly. Kemudian Ratna semakin nangis keras mendengar pernyataan itu.
"Udah deh kalian jangan ribut mulu" sanggahku kepada mereka.
kemudian kami melanjutkan berberes pakaian dan barang barang yang akan ku kenakan.
CEKLEK
Aku menoleh kearah pintu mendapati Ethan yang masih menggunakan setelan kantornya tengah menggiring dua koper dan satu tas punggung.
"Kenapa banyak sekali barang mu?" tanyaku terheran heran.
"Kita disana akan lama Sweet Cake, aku tidak mungkin harus bolak balik pulang kesini" sungutnya. Mengapa ia begitu rempong daripada diriku yang notabene seorang wanita? Bahkan barang bawaanku saja hanya satu koper dan satu tas jinjing. Aku menggeleng tidak mengerti.
"Lagipula Keeynan akan ikut dengan kita, jadi didalam sini tidak hanya keperluanku saja" sahutnya dengan santai.
"Apa?? Dia kan harus sekolah" aku melotot kearahnya, namun yang kupelototi hanya tersenyum saja seolah tidak terjadi apa-apa.
"Tidak akan lama, dua minggu saja. Aku juga sudah meminya izin pada pihak sekolahnya. Emang kamu bisa berpisah selama itu dari dia?" aku menggeleng. Benar juga, aku memang tidak bisa berpisah dari Keeynan.
Target pengobatanku paling lama 2 bulan, jika kurang dari itu keadaanku sudah membaik aku bisa segera kembali bertemu Keeynan tidak terlalu lama. Aku memanggut manggut, ternyata Keeynan memperhatikan kami selama ini.
Aku melirik kearahnya, haruskah dia memakai setelan formal seperti ini? Karena setibanya disana, kami langsung ke rumah sakit.
"Kamu ganti baju saja, jangan pakai seperti ini" omelku terhadapnya.
"Oke, setelah itu kita berangkat ya. Pesawatnya tiba pukul 16.25" aku mengangguk pasti.
Keeynan yang mendengar jika ia akan ikut juga terlonjak senang, walaupun ia berusaha terlihat dewasa, dimataku ia tetap seorang anak kecil.
"Bundaaa, aku senang bisa pergi jauh" ujarnya padaku.
"Iya sayang, sekarang Keey ganti baju dulu ya. Biar dipilihkan tante Serly" aku menggiring Keeynan agar menghampiri Serly yang tengah duduk manis bermain ponsel. Dengan sigap, wanita itu memilihkan baju untuk Keeynan.
Tak lama setelah itu Ethan keluar dari dalam kamar mandi menggunakan setelan casual. Ia tampak terlihat tampan jika memakai setelan seperti ini, seperti zaman kuliah dulu. Aku tersenyum masam kearahnya. Mataku beralih pada Keeynan yang sudah berdandan rapi disebelah ranjang tempat tidurku.
Tiba-tiba Profesor Hendi datang mengunjungiku, ia tersenyum kearahku.
"Apa kamu sudah siap?" tanya Profesor Hendi terhadapku.
"Siap"
"Nanti teman saya yang akan menanganimu, jaga diri baik-baik ya" kemudian beliau mengusap lembut kepalaku dan pergi meninggalkan kami.
"Sweet Cake, ayo kita berangkat" kemudian Ethan memapahku dengan hati-hati.
...****************...
20 menit menempuh perjalanan ke bandara membuatku sedikit gusar, mungkin karena akan bepergian jauh kali ya jadi agak sedikit excited.
"Bunda, apa nanti disana kita akan jalan jalan?" celetuk Keeynan mencairkan suasana diantara kami.
"Iya nanti kalau Bunda sudah membaik baru kita bisa jalan jalan" sahut Ethan dengan lembut.
Aku terus menatap lurus kearah luar kendaraan, perasaanku tiba tiba bergejolak tidak enak. Dadaku berdegup kencang, aku tidak paham ini artinya apa. Aku bergerak gelisah pada tempat dudukku.
"Sweet cake ada apa?" tanya Ethan yang menyadari jika aku mulai tidak nyaman.
"Perasaanku tidak enak" seruku terhadapnya
"Tidak apa, mungkin hanya perasaanmu saja"
Sesampainya kami dibandara, aku menyusuri lorong yang begitu luas ini, dan tak sengaja mataku menangkap sosok familiar diantara hiruk pikuk manusia disini. Aku bertanya tanya dalam hati, seperti pernah mengenalnya, tapi dimana?
Aku terus melanjutkan perjalananku untuk melakukan pemeriksaan barang dan administrasi. Karena masih ada waktu satu jam, aku memutuskan untuk ke toilet.
"Aku akan ke toilet sebentar"
"Apa perlu ku antar?" aku menggeleng, pasalnya Ethan tengah menggendong Keeynan yang tengah tertidur pulas. Aku kasihan jika harus merepotkannya lagi.
Aku berjalan menyusuri koridor dengan pelan, sore ini bandara terlihat begitu ramai. Mungkin karena akan menjelang hari libur natal, banyak yang akan berpergian jauh untuk merayakannya.
Ketika sampai didepan pintu toilet, kudapati sudah ramai yang mengantre. Tidak mungkin jika aku mengurungkan niatku untuk buang air kecil karena jadwal keberangkatan kami masih ada satu jam. Aku memilih untuk ikut mengantre, hanya tinggal 5 orang saja terhitung diriku dan aku yang paling terakhir.
Tiba giliranku masuk, tak sengaja aku menabrak seorang wanita yang keluar dari bilik tersebut.
"Eh maaf mbak" aku sepontan membersihkan bahunya hanya untuk formalitas saja. Ia hanya melirikku sekilas dan pergi. Aneh, aku seperti pernah melihatnya tapi dimana?
Setelah salah seorang didepanku selesai, sekarang giliranku.
...****************...
Setelah kami bertolak ke Singapura, aku diam bergelut dengan isi kepalaku, mengapa perempuan yang tadi kutabrak sangat begitu familiar. Walapun wanita tersebut mengenakan kacamata hitam, tapi aku merasa jika pernah bertemu dengannya sebelumnya. Aku mengingat ingat siapa wanita cantik itu.
"Sweet cake kenapa?" lamunanku terbuyar ketika Ethan menyadarkanku.
"Aku tadi tidak sengaja menabrak perempuan cantik di toilet"
"Terus?"
"Aku seperti mengenalnya tapi dimana?" tanyaku begitu penasaran.
"Sudahlah tidak usah difikirkan sekarang kamu fokus saja dengan kesehatanmu" aku mengangguk.
Momen langka seperti ini tidak akan terulang kedua kalinya, mendapati Keeynan tidur dengan nyaman dipelukan Ethan membuat suasana hatiku menghangat seketika.
Diam diam aku memotret keduanya yang tengah tertidur pulas, setelah perbincangan ringan antara kami berdua, Ethan memutuskan untuk tidur sebentar. Karena ketika kami sampai nanti, ia akan ekstra menjagaku untuk memulai pemeriksaan dirumah sakit.
Aku mengecup pipi Ethan dengan lembut dan mengusap alis tebalnya. Aku menatapnya lama dengan debaran jantung yang berpacu cepat. Tuhan, aku sangat mencintai lelaki ini. Batinku.
Lalu aku kembali pada posisi dudukku, menyusul Keeynan dan Bapaknya menuju pulau kapuk. Dalam hati aku mengucap syukur atas kondisi ini. Ada hikmah dibalik kesedihan.
CUP.
Aku membuka mata kaget ketika pipiku dikecup lembut oleh pria disebelahku ini. Ia tersenyum menatapku, kemudian menarik badanku untuk menempel ke pelukannya.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/