Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERJALAN BERSAMA
Kimberly begitu bahagia saat mendengar bahwa King akan pulang. Meskipun hanya sebentar, itu bisa melepaskan kerinduannya pada kakak tersayangnya itu.
Ia berangkat ke kampus dengan perasaan riang, "Sampai jumpa di rumah, Pi," ucap Kimberly sambil mencium pipi Alan.
Kimberly menyusuri jalan masuk ke gedung kampus dengan bernyanyi kecil. Sebuah tepukan di bahu mengangetkannya.
"Kim, tumben nih nyanyi nyanyi. Apa jangan jangan lo abis dapat undian berhadiah ya?" tanya Lady.
"Ini lebih dari dapat undian berhadiah. Ihhh gue seneng banget!!!"
"Apa tuh, ayo donk cerita. Apa jangan jangan lo jadian ya?" selidik Lady sambil memicingkan matanya.
"Mau tahu aja apa mau tahu banget?" Kimberly menaik turunkan alisnya.
"Ayo donk Kim, gue bisa mati penasaran nih."
"Jangan, jangan mati dulu. Lo kan belom punya pacar, belom nikah pula. Kasian nanti si Edo."
"Edo, Edo, nggak usah bahas dia lagi. Gue udah move on," ucap Lady sambil mengibaskan tangannya.
"Trus, lo kenapa ini senyum senyum? Apa jangan jangan lo da baikan ya sama ..... "
"Bukan, bukan itu. Kakak g mau pulang."
"Kakak?"
"Yup, kakak kesayangan gue," ucap Kimberly.
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Hansel yang tiba tiba muncul di antara mereka.
"Kim, kayaknya bener deh apa yang Kristy bilang. Kak Hansel tuh makhluk jadi jadian. Kenapa dia bisa tiba tiba muncul di sini."
Pletakkk ....
"Aduhhh, Kak. Sakit!!"
"Ngomong sembarangan. Cowo ganteng begini dibilang jadi jadian. Ntar gue bilangin Nyokap gue, langsung di sate lo!"
"Ihhh mainannya serem. Gue duluan ah Kim," Lady segera berlari meninggalkan Kimberly.
"Temen lo aneh tuh," gerutu Hansel.
"Kakak suka sama yang mana? Kristy apa Lady?" tanya Kimberly.
"Gue suka sama lo aja deh Kim. Bisa gila gue kalo suka sama temen lo," Kimberly jadi tertawa.
"Awas kemakan omongan sendiri," lanjut Kimberly.
"Oya, lo kenapa nih kayaknya hepi banget pagi ini. Kok pada nggak mau ngasi tahu sih?"
Kimberly tersenyum pada Hansel, "Aku senang, Kak. Kakakku akan pulang, meskipun cuma sebentar, tapi aku bisa memeluknya."
"King akan kembali?" batin Hansel.
"Gue cabut dulu Kim, ada barang yang kelupaan," Hansel pun berlari meninggalkan Kimberly yang kebingungan memandangnya.
*****
Hansel tidak jadi mengikuti mata kuliah yang seharusnya ia ikuti pagi ini, padahal ia sudah mengulang 2 kali untuk mata kuliah itu. Tapi mendengar ucapan Kimberly pagi ini, rasanya ia harus menemui Anthony.
Ia memasuki rumah Anthony setelah menyapa security yang berjaga di dekat pagar. Ia langsung lari menuju kamar Anthony, dan langsung membuka pintu kamar itu.
Hansel melihat Anthony yang masih tertidur, "An, bangun!"
"Apa sih? Lo ganggu tidur gue aja. Gue bari tidur jam 3 pagi nih," ucap Anthony sambil tetap memejamkan matanya.
"Tadi pagi gue mau masuk mata kuliahnya Pak Dodo, tapi nggak jadi gara gara gue ketemu sama Kimbo. Gue pikir nggak apa apa lha gue ngulang semester depan lagi, soalnya kata si Kimbo, kakaknya bakalan pulang. Itu maksudnya King kan?"
Seketika mata Anthony membulat, tak ada rasa kantuk lagi, "Lo ngomong apa barusan?"
"Kim bilang King bakalan pulang, tapi katanya cuma bentar."
"Ini kesempatan kita, Han. Kita harus selesain semua kesalahpahaman yang dulu. Gue nggak mau Hanna menderita gara gara ini."
"Tapi itu kan salah King, An. Kenapa dia nggak mau dengerin penjelasan kita dulu, tapi malah percaya sama mulut ularnya Fika dan Sam."
"Tapi tetep aja kita harus jelasin semuanya Han. Di depan kita Hanna bisa bercanda dan tertawa seperti biasa, tapi gue sering ngeliat dia ngelamun sendiri di taman kampus. Apa lo nggak ngerasa?"
"Iya gue tahu. Tapi apa dia mau dengerin kita? Dulu aja dia begitu, apalagi sekarang. Pasti kepalanya lebih keras lagi daripada dulu. Rasanya kalau gue ketemu sama dia, pengen gue bogem abis abisan tuh anak."
"Apa Kimberly bilang kapan King bakalan pulang?"
"Gue nggak nanya lagi. Begitu Kimbo cerita King bakalan pulang, gue langsung lari ke sini," ucap Hansel.
"Ya udah, nanti gue tanya langsung sama Kim aja. Oya, sebaiknya kita jangan ngomong apa apa sama Hanna," pesan Anthony.
"Iya, gue ngerti kok."
*****
Kimberly sudah bertekad bahwa ia harus lulus dalam waktu 3,5 tahun, sama seperti Anthony. Ia harus belajar dengan giat dan tidak menyia nyiakan waktu hanya untuk bersenang senang.
Ia pergi ke perpustakaan saat jam istirahat. Ia tidak lagi membawa novelnya. Biarlah kisah dalam novelnya disimpan dengan rapi di lemari buku di kamarnya.
Ia mengambil beberapa buku dari rak yang tak jauh dari tempat ia duduk. Setelah menemukan semua buku yang ia perlukan, ia berjalan kembali ke mejanya.
Brukk ....
"Maaf, maaf, aku tidak sengaja," ucap Kimberly sambil mengangkat buku bukunya yang terjatuh. Orang yang ia tabrak juga berjongkok untuk membantunya.
Setelah selesai mengangkat semua, Kimberly mengangkat kepalanya sambil mengucapkan, "Terima kasih."
Matanya membulat melihat siapa yang ada di hadapannya. Ia pun segera melangkah pergi, menjauh. Tapi lengannya ditahan oleh genggaman yang cukup kencang.
"Kim, tunggu."
"Sebaiknya kita tidak saling bicara. Anggap saja kamu tidak mengenalku. Aku juga akan berlaku sebaliknya." Kimberly kembali melangkahkan kakinya, tapi seketika terhenti.
"Aku merindukanmu."
Kimberly ingin menitikkan air mata saat mendengar kalimat itu. Ya, ia juga merindukan laki laki itu, merindukan sahabatnya. Tapi ia berusaha menahan semuanya, bahkan ia berusaha untuk tidak membuat air matanya terjatuh.
"Pergilah, jangan dekati aku lagi. Aku tidak ingin membuat masalah denganmu ataupun kekasihmu. Sekarang ini aku ingin hidup tenang biar aku bisa segera menyelesaikan kuliahku," Kimberly berlalu meninggalkan William yang diam mematung.
Ia melihat Kimberly kini tengah duduk sendiri dengan buku buku yang memenuhi meja di depannya. Begitu serius ia membaca dan mencatat setiap buku yang ia ambil.
"Aku ingin kita bisa seperti dulu Kim. Aku ingin memiliki sahabat sepertimu, tapi juga aku menginginkan kekasih seperti Viera. Apakah kalian tidak bisa berjalan bersama?" batin William.