Naura ayu harus menelan pil pahit ketika calon suaminya arfan harlan berselingkuh dengan seorang wanita bernama elviana stefany, padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah.
Naura pun mencari tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhan calon suaminya itu, dan ternyata ia adalah wanita bersuami akhirnya mau tak mau naura mengadu pada suami elvi yang ternyata adalah jendral arsyad. pria dimasa lalunya.
Siapa jendral arsyad itu ? apa hubungan mereka berdua dimasa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pernikahan.
Malam harinya naura yang tengah menyelesaikan pekerjaan kantornya menghentikan aktivitasnya, fikirannya melayang mengingat ucapan jendral.
'apakah lelaki itu bisa dipercaya?' tanyanya dalam hati namun ia takut terluka dan malah terjebak semakin jauh.
drrrttt drrrttt
Bunyi ponsel miliknya membuatnya menghentikan lamunan panjang nya, tertera nama bunda astrid di layar tersebut.
" hallo bunda " sapa naura setelah menempelkan benda pipih itu ditelinga kirinya.
" benarkah pernikahan mu batal nak?" tanya bunda disebrang telepon yang terdengar begitu panik dan cemas.
" iya bun , titip gala sebentar setelah selesai urusanku aku pulang dan cuti beberapa hari" ucap naura.
" kenapa nak? Alasannya apa ? Jangan jangan kamu masih mencintai jendral iya" ujar bunda dengan wajah cemas sebab naura selalu membentengi diri dari setiap laki-laki yang mendekatinya.
Karena luka itu membuat naura trauma untuk berhubungan dengan lelaki manapun hingga arfan datang dan mendekatinya hingga ke panti asuhan.
" enggak bun bukan itu nanti aku cerita ke bunda " ucap naura mengelak.
" naura ! Sampai kapan kamu bersikap begitu nak, arfan itu lelaki yang baik dia juga sudah menerima gala dengan baik lalu apa lagi yang kamu harapkan nak" geram bunda astrid yang membuat naura rasanya ingin menjerit sekarang juga.
' andai bunda tahu jika arfan lebih buruk dari jendral' batin naura menahan tangis disaat sambungan telepon masih terhubung.
" nak , kamu masih disana ?" tanya bunda disebrang telepon.
" iya bun , ada apa ?" sahut naura.
"bunda cuma mau mengingatkan kamu agar membuka hati dan lupakan jendral ya " ucap bunda dengan suara lembutnya.
" iya bun, kalo gitu aku kerja dulu pekerjaan aku masih numpuk" ucap naura yang setelahnya mendapat deheman dari wanita paruh baya yang sudah membesarkannya dengan penuh kasih sayang.
Naura menggigit bibirnya menahan rasa yang membuat sesaknya semakin menjadi, ia tak ingin menikah lagi apa salahnya ia ingin fokus pada karir dan gala saja tapi kenapa dunia ini begitu kejam padanya.
Mengenalkannya pada pria yang sama sekali memberikannya cinta yang palsu cinta yang hanya akan memberinya luka bukan kebahagiaan.
Ingin ia sudahi semua ini secepatnya dan berharap hari esok segera tiba dan usai dengan pernikahan yang gagal.
...****************...
H-1 Pernikahan...
Naura berjalan masuk kekubikelnya, ditangannya ada beberapa undangan yang ia sisakan untuk teman kantornya, berusaha tegar dan kuat wanita itu menghela nafas panjang dan berusah tersenyum sebahagia mungkin.
Dia berjalan mendekati meja-meja rekan kantornya lalu membagikan undangan pernikahannya esok hari, tentu semuanya begitu antusias menerima undangan pernikahan naura kecuali reva.
Rekannya yang paling dekat itu segera membawa naura ke tempat sepi.
" lo yakin dengan ini" tanya reva sambil menunjukkan undangan tersebut dan naura mengangguk sebagai jawaban.
" gak ra , lo lihat sendiri dia selingkuh mana bisa lo memaafkan pria brengsek itu begitu saja. Lo boleh jatuh cinta tapi jangan karena cinta lo jadi bego" ujar reva memberi ultimatum.
" datang saja aku pasti bahagia dan akan sangat bahagia jika kamu datang dan menjadi saksi pernikahan ku" reva menggelengkan kepalanya mendengar reaksi temannya itu yang tetap tenang padahal ia tahu persis malam itu naura sempat menangis.
" naura ! Gue gak percaya lo sebodoh ini soal cinta" ujar reva dengan nada yang membentak lalu beranjak pergi meninggalkan naura sendiri di balkon.
Sementara naura menggenggam undangan yang tersisa satu lagi dengan kuat hingga menjadi lipatan kecil yang remuk, kalo bukan karena rasa penasaran dengan rencana jendral ia juga sudah membakar semua surat undangan tersebut.
...****************...
Naura duduk terdiam di kursi kerjanya menatap kosong kearah komputer yang menyala, wanita itu masih berfikir tentang pernikahannya esok hari.
Semua orang sudah pergi untuk makan siang namun dia masih mengerjakan sesuatu, dia sudah menghubungi bundanya memberitahukan bahwa pernikahan mereka batal karena sesuatu.
" sampai kapan lo ngelamun ra " suara reva membuyarkan lamunannya.
" sudah balik" ujarnya menoleh lalu kembali menatap ke arah layar persegi itu.
" ini makan lah, lo harus kuat kan lo besok menikah" ujar reva sembari menaruh boks kecil dengan nama merk makanan kesukaan naura.
" makasih " ucap naura tersenyum dan memberikan jari yang berbentuk saranghaeyo pada reva.
" dasar lo ra bikin gue was was aja" geram reva lalu tersenyum senang.
Dibalik ketenangan itu reva paham apa yang difikirkan sahabatnya itu, meski tak suka dengan arfan setelah tahu perselingkuhannya reva juga penasaran dengan apa yang akan naura lakukan di hari penting itu.
Dia percaya naura merencanakan sesuatu yang tak pernah orang duga , seperti biasanya ketika rapat kerja naura selalu memberi kejutan yang membuat atasannya menganga.
Jadi mungkin kali ini pun begitu fikir reva.
...****************...
Hari yang ditunggu akhirnya tiba, naura berada di kamarnya bersama arfan bibirnya terkunci dan menatap pantulan wajahnya didalam cermin. tak ada suara pujian yang ia dengar dari bibir calon suaminya itu melainkan sebuah ancaman untuk patuh.
Padahal hari ini dia sangat berbeda dengan dandanan make up artis yang disewa arfan, tangannya terkepal kuat menahan sesuatu yang sudah meletup-letup saat ia mendengar calon suaminya justru menghubungi elviana dengan senyum mengembang.
Lagi-lagi ia terjatuh kedalam jurang yang penuh duri dan menyebabkan luka dihatinya, dalam hatinya ia hanya memanggil satu nama yang ia percaya akan menggagalkan pernikahannya.
" jendral " gumamnya pelan bahkan hampir tak terdengar.
Jantungnya berdegub kencang kala arfan pergi entah kemana bersamaan dengan bunyi ponselnya, naura meraih benda pipih tersebut melihat layar yang tertera adalah no yang tidak dikenal.
" hallo" sapa naura setelah menggeser tombol hijau.
" tenanglah jangan tegang" ucap seorang laki-laki disebrang sana yang naura kenal siapa pemiliknya.
....
....
....
Suasana di balroom sudah ramai beberapa tamu sudah hadir dan menunggu acara sakral tersebut, dan di sudut lain terlihat pengantin pria begitu bahagia melihat pernikahannya yang tinggal beberapa menit lagi begitu juga keluarganya.
Tak lupa arfan menyambut hangat tamu istimewanya yaitu orang tua elviana yang menjadi investor bisnis barunya, tentu saja elviana hadir dalam acara sakral sang kekasihnya.
Wanita itu tersenyum mengedipkan sebelah mata melihat penampilan arfan yang begitu tampan dimatanya, tanpa orang tahu dua jiwa itu diam-diam saling memberi kode.
" jangan lupa nanti malam " bisik elviana saat melewati arfan lalu bergabung dengan orang tua dan tamu lainnya.
Acara ijab kabul pun dimulai ...
Penghulu dan dua saksi duduk di kursi yang sudah disediakan begitu juga pengantin pria, arfan harlan dengan senyum mengembang ia beberapa kali menghela nafas berat.
Panitia acara pun membuka pintu dimana pengantin wanita sudah berdiri dibalik pintu, naura menatap kearah lurus lalu berjalan dengan pelan menuju kursi dimana disana akan menjadi tempat untuk mengikat janji sakral itu.
Orang tua arfan memuji kecantikan naura mereka begitu berseri seri melihat calon menantunya yang begitu bersinar pagi ini.
Tapi tidak bagi pengantin pria yang begitu biasa saja dan malah menatap ke arah sang kekasih hatinya.
Naura duduk dikursinya dibantu panitia lalu kain transparan itu memayungi kepalanya dan kepala calon suaminya sebagai tanda ijab kabul dimulai.
Arfan berjabat tangan dengan wali hakim dan siap untuk mengucapkan ikrar pernikahan yang akan mengikat keduanya.
" ananda arfan harlan saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan naura ayu binti fulan dengan mas kawin satu set perhiasan dan uang 5 juta rupiah dibayar tunai" ucap wali tersebut dengan tegas.
Jantung naura berdebar debar kala ucapan itu terdengar lantang dan jelas menggema diruangan luas itu, hatinya masih memanggil satu nama yang kini ia percaya kedatangannya.
'jendral ' batinnya sembari memejamkan matanya berharap laki-laki itu menepati janjinya.
' jendral' gumamnya lagi tentunya dalam hati.
jgn lupa mampir ceritaku yaa
semangat up thor...