"Aku mencintai kamu."
Sesederhana itu, cara ku mencintaimu.
"Jangan tanya kenapa aku mencintaimu, karena sederhana saja aku mencintaimu dan jangan tanyakan alasannya.
Karena jawabannya sama, aku mencintaimu."
I LOVE YOU ❤️❤️❤️
"aku mencintaimu dan aku ingin hidup bersama mu."
😍😍😍
Seorang laki-laki yang memperjuangkan cintanya dengan hambatan restu dari Mamanya karena mereka berbeda.
Apakah mereka akan masih bisa bersama dengan tembok pembatas yang begitu tinggi dengan segala perbedaan yang membatasi mereka.
"Hidup ku jauh lebih nyaman sebelum mengenal Mu, Mas. Terimakasih atas semuanya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aeni Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#30
"Mas tunggu di cafe ya, Kasih."
Pesan masuk ke ponsel Kasih, mau nggak mau Akmal pun baru bisa bertemu dengan Kasih di sore hari.
Saat istirahat tadi malah dirinya yang masih sibuk dengan meeting.
"Jadi Kasih.?"
Tanya Septi diparkiran.
"Jadi Sep, nggak tau Mas Akmal mau curhat apa."
Kasih mengenakan helmnya dan bersiap mengendarai sepeda motornya.
"Kamu hati-hati Kasih."
"Ya Sep, Kamu juga ya hati-hati."
"Siap, besok jangan lupa cerita ya."
Ucap Septi sambil mengedipkan matanya ke arah Kasih dan membuatnya terkekeh.
Kasih melajukan sepeda motornya menuju ke arah cafe sedangkan Septi menuju ke arah rumahnya.
Sesampainya di cafe Kasih melihat Akmal juga baru saja datang ternyata habis meeting diluar jadi sekalian saja mereka membuat janji.
Akmal melihat Kasih buru-buru menghampiri dirinya takut dia mencarinya.
"Kasih."
Kasih menoleh ke arah suara dan melihat Akmal yang tersenyum menghampiri dirinya.
"Kamu sendiri kasih.?"
"Iya Mas, emang sama siapa.?"
"Biasanya kan sama besti kamu."
"Emang boleh.?"
Bisa juga Kasih bercanda.
"Enakan berdua."
Goda Akmal sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah kasih sambil tersenyum membuat Kasih malah deg-degan.
"Ayo masuk, Kasih."
Akmal dengan kode tangannya mempersilahkan Kasih berjalan duluan.
Setelah memesan makanan dan minuman Kasih dan Akmal duduk mencari suasana yang nyaman untuk ngobrol.
"Mas Akmal kenapa ngajak Kasih kesini.?"
Akmal tersenyum menatap Kasih membuatnya grogi.
"Malah senyum sih Mas, Kasih nggak bisa lama nanti warung Bude keburu tutup."
"Nanti Mas antar."
"Serius Mas."
"Mas serius, boleh nggak Mas main ke rumah Kasih.?"
Kasih terdiam kaget dia Akmal tiba-tiba ngomong seperti itu.
"Kasih.?,.."
Kasih tersadar kalau dia bengong.
"Kasih takut Mas, kalau Ibuk sama Bapak marah karena belum pernah ada cowok yang main ke rumah."
Akmal malah tersenyum lagi.
"Jadi, Mas yang pertama ini.?"
Kasih menganggukkan kepalanya.
"Mas mau kenal sama kedua orang tua Kasih."
"Hmmm.. Sepertinya jangan sekarang deh Mas."
"Mas mau mengenal kedua orang tua kamu dulu sebelum Mas memperkenalkan kamu kepada keluarga Mas."
Kasih sepertinya film siap untuk itu.
"Mas kenapa.?, Mau dijodohin lagi ya."
Kasih langsung saja mengatakan itu dan Akmal menatap ke arah Kasih.
"Mas mau memperjuangkan hubungan kita."
Kasih menyeruput minuman yang ada di depannya.
"Mas, Kasih bukannya tidak mau memperkenalkan kepada kedua orang tua Kasih namun sudah dari awal Kasih bilang ke Mas Akmal kalau Kasih mau menyelesaikan pendidikan dulu."
"Mas tau itu Kasih, Mas juga tidak bermaksud untuk segera melamar kamu tapi Mas mau tau apa Kedua orang tua Kasih menyetujui hubungan kita."
Kasih kembali menyeruput minumannya untuk mengatur susunan kata yang tepat.
"Ibu dan Bapak hanya meminta kepada Kasih jika memang sudah selesai dengan tanggung jawab kuliah ini dan ada pria yang serius maka datang saja kerumah."
Cukup singkat dan Akmal memahaminya.
"Bagaimana jika Mas ingin memperkenalkan Kasih kepada keluarga Mas.?, Apa Kasih bersedia.?"
Ini yang sebenarnya ingin Akmal bicarakan namun dia sebenarnya ingin memulainya dengan mengenal keluarga Kasih terlebih dahulu tapi nyatanya Kasih belum berkenan.
"Kenapa Mas ingin mengenalkan Kasih ke keluarga Mas.?. Maaf Kasih memang harus menanyakan itu."
Akmal yang masih menatap wajah Kasih sejak tadi rasanya kelu lidahnya ingin mengatakan yang sebenarnya.
"Mas ingin mengenalkan Kamu sama Mama, Oma dan juga Papa."
"Mas sudah pernah cerita tentang Kasih kepada Mereka.?"
Akmal tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Semuanya.?"
Kasih berfikir pasti masih ada yang belum diceritakan Akmal kepada keluarganya.
"Maksudnya Kasih.?"
"Apakah Mas Akmal sudah menceritakan semuanya tentang Kasih.?, termasuk Kasih yang hanya anak penjual kue."
Akmal kaget Kasih berkata begitu.
"Kenapa Mas, Mas nggak cerita kan.?. Seperti alasan Mas kemarin yang ingin memperkenalkan Kasih kepada keluarga Mas Akmal karena Mama Mas Akmal ingin menjodohkan Mas Akmal kan.?"
"Kasih kenapa bicara begitu.?"
"Mas, Kasih nggak mau hanya sebagai pengganggu dalam keluarga Mas Akmal."
"Kenapa begitu Kasih.?, Mas nggak pernah bilang begitu dan Mas ingin mengenalkan kamu kepada keluarga Mas sebagai calon istri Mas wanita yang mas pilih."
"Mas, jika memang Mas Akmal ingin mengenalkan Kasih kepada keluarga Mas Akmal tentunya Mas jujur sama Keluarga Mas Akmal."
"Mas akan jujur Kasih."
Kasih merasa hanya sebagai alasan Akmal saja untuk menolak perjodohan itu.
"Mas, Kasih bukan alasan untuk menolak perjodohan Mas Kan.?"
Kasih terpaksa mengungkapkannya daripada dipendam dan akan menjadi bumerang.
Akmal menatap serius ke arah Kasih.
"Kasih, kenapa mikir sampai kesana. Mas ingin memperkenalkan kamu kepada keluarga Mas supaya Mama tidak berusaha untuk mengenalkan anak teman-temannya kepada Mas."
"Tapi Mas nggak jujur sama keluarga Mas terutama Mamanya Mas Akmal."
Akmal terdiam namun masih menatap serius ke arah Kasih sedangkan yang ditatap tak berani menatap balik karena tatapan Akmal serasa membunuh.
"Maaf Mas."
Kasih meminum kembali air yang ada di depannya.
"Huft.."
Helaan nafas Akmal yang terdengar.
"Kasih pamit ya Mas, sudah sore sekali lagi Kasih minta maaf jika ada perkataan Kasih yang menyinggung perasaan Mas Akmal."
Kasih beranjak dari tempat duduknya dan Akmal masih diam hanya menatapnya tanpa berkata apapun.
"Assalamualaikum.."
"Mas, akan tetap menunggu kamu siap untuk bertemu dengan Mama dan Mas akan jujur dengan mereka."
Kata Akmal membuat Kasih menghentikan langkahnya.
"Makasih Mas, Kasih minta maaf. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, Mas antar ya."
Akmal ikut berdiri.
"Makasih Mas, Kasih sendiri saja."
Kasih tersenyum lalu melenggangkan kakinya meninggalkan Akmal yang berdiri menatapnya.
"Apa yang membuat ku hingga seperti ini Kasih rasanya berat sekali kehilangan kamu dan rasa cinta ini tulus kepada mu."
Dalam hati Akmal sambil menatap Kasih yang berlalu dengan sepeda motornya.
Kasih melaju di jalanan tapi masih kepikiran juga dengan omongan Akmal tadi.
"Maaf Mas, sepertinya kasih akan sulit diterima sama keluarga Mas. Kasih sudah siap Mas jika memang itu yang terjadi."
Tak terasa air mata Kasih pun meleleh, sepanjang perjalanan dia terdiam dan terhanyut dalam tangisnya.
Kasih juga sudah merasa memiliki Akmal namun dia selalu berusaha untuk menyadarkan dirinya sepertinya mereka berbeda. Agar nanti jika terjadi sesuatu yang menyakitkan dia tidak akan terlalu terpuruk.
Kasih mampir ke warung Bude untuk mengambil tempat kue milik ibunya. Kemudian dia melajukan sepeda motornya kembali menuju ke rumahnya.
"Jika keluarga Mas Akmal, mengetahui bagaimana keadaan keluarga Kasih pasti mereka menolak Mas."
Kasih kembali terhanyut dalam pemikirannya sendiri sambil menjalankan sepeda motornya pelan dia takut terjadi sesuatu jika melamun.
Akmal sendiri masih di cafe, pikirannya juga kalut Jika dia jujur kepada Mamanya pasti Kasih akan diremehkan apalagi para wanita yang dikenalkan kepadanya dari keluarga terpandang dan berada.
"Aku harus menyelamatkan kamu Kasih."
😭😭😭😭😭
masih arogan atau langsung baik😂