NovelToon NovelToon
Pahlawan Tanpa Bakat

Pahlawan Tanpa Bakat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Bayu Aji Saputra

Lahir di sebuah keluarga yang terkenal akan keahlian berpedangnya, Kaivorn tak memiliki bakat untuk bertarung sama sekali.

Suatu malam, saat sedang dalam pelarian dari sekelompok assassin yang mengincar nyawanya, Kaivorn terdesak hingga hampir mati.

Ketika dia akhirnya pasrah dan sudah menerima kematiannya, sebuah suara bersamaan dengan layar biru transparan tiba-tiba muncul di hadapannya.

[Ding..!! Sistem telah di bangkitkan!]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bayu Aji Saputra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertarungan Sepuluh Detik

Kaivorn bangkit dengan tenang, gerakannya begitu halus dan terukur seolah setiap langkahnya sudah dipikirkan jauh sebelumnya.

Mata merahnya menyapu pemandangan di sekitarnya sebelum dia berbicara, "Mari lanjutkan perjalanan," suaranya datar, penuh ketenangan.

Raivan hanya mengangguk pelan, tatapannya terpaku pada sosok Kaivorn yang berjalan tanpa keraguan ke arah Calista.

Saat Kaivorn mengulurkan tangan untuk membangunkan Calista, tiba-tiba...

[Ding!]

[Karena Tuan Rumah gagal menyelesaikan misi harian, Tuan Rumah akan diberikan hukuman.]

[Memindahkan jiwa Tuan Rumah ke Dimensi Kalidron....]

Kaivorn berhenti sejenak, menatap layar holografis biru yang muncul di hadapannya.

Sebuah kedipan emosi yang jarang terlihat melintas di matanya—sesuatu antara rasa jengkel dan ketakutan, meskipun hanya sepersekian detik.

"Sialan, aku lupa," batinnya dengan nada tenang, meski ada ketegangan yang tak bisa dia sembunyikan.

Dalam sekejap, dunia di sekitarnya mulai berputar.

Rasanya seolah gravitasi menariknya ke pusat bumi, dan semua yang ada di sekitar Kaivorn mulai memudar menjadi bayangan.

Jiwanya ditarik paksa oleh kekuatan tak terlihat menuju suatu tempat yang hanya dia tahu—Dimensi Kalidron.

Kaivorn mendarat di tanah yang retak, dikelilingi oleh lava yang mendidih.

Udara dipenuhi dengan aroma belerang dan darah, layaknya medan tempur yang telah lama terjadi.

"Haha..." Tawa pahit Kaivorn menggema, mata merahnya berkilat menatap sekeliling dengan tajam.

Ia menarik napas panjang, seolah bersiap menghadapi sesuatu yang tak terelakkan.

"Karena sudah seperti ini," gumamnya pelan, sembari menarik pedang dari sarungnya dengan gerakan yang tenang. "Mari kita lihat, seberapa jauh batas kemampuanku."

Aura merah darah meledak dari tubuhnya, melingkupi pedang dan setiap inci tubuhnya.

Aura itu menggeliat, memadat, membentuk bayangan menyeramkan di belakang Kaivorn.

Sosok itu tampak mengerikan, tatapannya menembus, menekan udara hingga terasa berat, seolah mengendalikan gravitasi di sekitarnya.

[The basic sword art of Vraquos (B) telah di aktifkan]

[Sword Aura—Low (S) sedang di aktifkan]

[Kekuatan: 115—1840 (Sementara]

[Konstitusi: 124—1984 (Sementara)]

[Kecekatan: 117—1872 (Sementara)]

Kaivorn menegakkan tubuhnya dengan ketenangan luar biasa, gerakannya mengalir tanpa ketergesaan.

Mata merahnya, dingin dan penuh perhitungan, menelusuri retakan di tanah yang berapi.

Di depannya, bayangan samar muncul dari dalam kabut tebal yang menyelimuti Dimensi Kalidron.

"Akhirnya," Kaivorn berbisik, menyadari bahwa musuhnya sudah dekat.

Dia tidak menyiapkan posisi bertarung, hanya mengamati.

Dari balik kabut, sosok tinggi besar, dengan wajah yang memiliki bekas luka bakar di bagian mata kiri nya.

Rambutnya putih keperakan, panjang dan berkilau di bawah cahaya api yang membakar udara sekitar.

Matanya merah—persis seperti milik Kaivorn—namun ada kebuasan tak terkendali dalam sorot matanya.

Aura pria itu menekan udara di sekitar mereka, seperti lapisan gravitasi tambahan yang memaksa Kaivorn menyesuaikan napasnya.

Salah satu Swordsmaster dari keluarga Vraquos.

Seorang legenda yang dahulu 'kemungkinan besar' dikenal sebagai ahli pedang yang sangat hebat.

Kini, jiwanya hanya terjebak dalam pusaran amarah dan kebencian, lupa akan siapa dirinya atau dari mana asalnya.

Kaivorn tidak perlu diberi tahu siapa pria ini, rambut putih dan mata merah yang sama dengannya adalah bukti yang cukup.

Dia tidak bisa menahan senyum tipis. "Sepertinya aku akan berlatih dengan leluhurku." gumam Kaivorn.

Dengan tenang, Kaivorn mengangkat pedangnya, mengarahkan ujungnya ke arah Swordsmaster di depannya.

Jantungnya berdetak kencang, namun pikirannya tenang, sebuah perpaduan antisipasi dan rasa hormat terhadap lawan yang berada di hadapannya.

"Sekarang, tunjukkan apa yang bisa—"

Swoosh!

Sebelum kata-katanya sempat keluar sepenuhnya, Swordsmaster itu sudah menghilang dari pandangannya.

Udara seolah-olah terbelah oleh gerakan pria itu, mendekati kecepatan cahaya.

Kecepatan seperti ini bukanlah sesuatu yang bisa dihadapi dengan insting belaka—ini adalah kecepatan di luar batas manusiawi.

Dalam sekejap, Kaivorn merasakan angin berdesir di dekat telinganya.

Clang!

Kaivorn menahan tebasan yang datang dari samping, tubuhnya bergetar oleh kekuatan serangan itu.

"Ugh!" Getaran dari pedangnya menjalar hingga ke seluruh lengan, membuatnya sadar bahwa tenaga lawannya luar biasa.

Meskipun berhasil menahan serangan tersebut, tubuhnya terhempas beberapa meter ke belakang.

Kakinya yang kuat mencoba menahan dorongan itu, tetapi tanah di bawahnya retak, dan ia meluncur mundur.

"Kecepatan dan presisi yang sempurna," pikir Kaivorn, napasnya tertahan.

Belum sempat dia mengatur ulang posisinya, serangan berikutnya datang.

Swordsmaster itu menghilang lagi, tak memberi jeda.

Kaivorn mencoba menebak dari mana serangan akan datang, tetapi semua analisanya terlambat.

Tebasan pedang berikutnya mengarah dari atas, pedang lawannya berkilauan saat turun dengan kecepatan yang jelas mustahil diikuti oleh mata biasa.

Swoosh!

Kaivorn melompat ke samping, berhasil menghindari serangan itu dengan gerakan sepersekian detik, namun keseimbangan tubuhnya sedikit terganggu.

Dan sebelum dia bisa pulih—

Bam!

Sebuah tendangan mendarat tepat di perutnya.

Kekuatan tendangan itu memaksa udara keluar dari paru-parunya, membuat tubuhnya terlempar bak boneka kain.

Kaivorn menghantam tanah, tubuhnya berguling melewati bebatuan yang pecah di bawah berat pukulan yang baru saja dia terima.

Darah mengalir dari bibirnya. "Rasanya seperti dihantam palu raksasa..." pikir Kaivorn dalam hatinya.

Swordsmaster itu mendekat lagi, kali ini tanpa suara, dan tanpa memberikan kesempatan untuk Kaivorn berpikir lebih jauh.

Dalam waktu sekejap, gerakan mereka menyatu dalam badai pedang dan perisai.

Setiap kali Kaivorn mencoba menyerang balik, dia hanya menemukan udara kosong atau pedangnya yang dipatahkan oleh gerakan sederhana namun sempurna dari lawan.

"Ini bukan pertarungan..." batin Kaivorn, sambil memasang senyuman frustasi.

Setiap serangan Swordsmaster adalah sebuah mahakarya.

Gerakannya seperti aliran air yang tak terputus, tanpa celah sedikitpun.

Sepuluh detik. Dalam sepuluh detik, Kaivorn sudah tahu hasilnya.

Tubuhnya tak bisa mengikuti ritme pedang lawannya, seberapa keras pun dia berusaha.

Pada akhirnya, tebasan terakhir menembus pertahanannya, pedangnya terlepas dari genggamannya, melayang dan menancap jauh di tanah yang kini penuh retakan.

Kaivorn jatuh ke tanah dengan luka di sekujur tubuhnya.

Dia terengah-engah, menatap langit berapi Kalidron yang berkobar di atasnya.

Sang Swordsmaster berdiri diam, pedangnya tak sedikit pun ternoda oleh darah.

“Sepuluh detik,” pikir Kaivorn, tubuhnya memanas dan darah mengalir dari luka-luka kecilnya.

Dia telah kalah—.dengan sangat telak.

Tapi alih-alih frustrasi atau putus asa, bibirnya melengkung ke atas.

Tawa kecil keluar dari bibir Kaivorn, napasnya masih berat, namun mata merahnyanya bersinar karena berantusias.

"Baiklah," gumamnya, suaranya bergetar sedikit. "Itu... menyenangkan."

Dengan tangan gemetar, ia mencoba meraih pedangnya yang terlempar jauh, meskipun tubuhnya jelas-jelas menolak untuk bergerak.

Rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya tidak mengurangi sedikit pun keinginannya untuk bangkit.

"Tentu saja aku kalah," katanya, tertawa pelan sambil membersihkan darah dari bibirnya. "Tapi, hei... sepuluh detik. Itu cukup lama untuk mendapatkan sedikit pelajaran."

Dengan perlahan, Kaivorn meraih pedangnya dan, meski sulit, ia berhasil berdiri.

Rasa sakit tak lagi dipedulikannya, fokusnya kini tertuju pada Swordsmaster di depannya, yang masih berdiri diam, mata merahnya tetap penuh hasrat akan pertarungan.

Kaivorn mengangkat satu tangan, isyarat yang cukup jelas.

"Cukup untuk hari ini," katanya, sambil terbatuk, darah kembali mengalir dari bibirnya. "Aku tak ingin merusak suasana dengan pertarungan yang terlalu panjang."

Kaivorn menyarungkan kembali pedangnya, matanya masih mengunci pada sosok Swordsmaster itu.

"Sampai jumpa lain waktu, Leluhur..." lanjutnya, sambil berbisik lirih. "Blitz."

Dalam sekejap, Kaivorn menghilang, kecepatannya tiba-tiba meningkat hingga lima kali lipat dari leluhurnya.

Dalam sekejap kecepatannya melampaui sang Swordsmaster, ia sudah bersiap melarikan diri, napasnya masih terengah-engah, tapi senyumnya tersungging tipis.

Sebelum benar-benar pergi, Kaivorn menoleh, melemparkan senyum tipis yang penuh arti.

"Sampai jumpa," katanya, sedikit sarkastis. "Mungkin kita bisa buat itu menjadi dua puluh detik lain kali."

1
azizan zizan
di awal rasa sombong bila di beri latihan nah malah tak mampu...cieehhh sampah..
Igris: wkwkwk
total 1 replies
azizan zizan
lah mau tulis pengsan aja ayatnya bertele tele..iesshhh......
𝐉𝐚𝐬𝐦𝐢𝐧𝐞<𝟑
LUCU BNGTTT😭😭
Thinker: lucuan km g si?
total 1 replies
Callian
menurut gua kwsimpulannya gini, Kaivirn pura pura bodoh dari kecil karena dya gapunya bakat buat bertarung, lalu dya mendapatkan sistem yang bikin dya mikir klo dya gaperlu pura pura bodoh lgi(gua mikir gini karena dya nanya ke sistem dlu). ini juga terlihat di bab awal sekitar chptr 1-2 Kaivorn teelihat kek anak kecil polos yang penakut, tapi berubah ketika situasi genting(ketika dya lawan pembunuh—dya jdi bisa nguasain situasi dengan baik). trus kecerdasannya juga udh di tunjukkin di chpter "profil", yang jauh melampaui maid ama kakaknya.
Ray
lah bisa gitu
Ray
yahhhh tumbang
CBJ
BISA BISANYA?!!
Ray
awalannya udah cukup bagus, gatau lanjutannya kek mana, semoga bagus dah
CBJ
mau nanya, rata rata orang dewasa disana dapet stats berapa?
Callian: menurut gua antara 10 kalo ga 15, liat aja si pembunuh yang harusnya cukup terlatih kalah sama bocah statistik sekitaran 15
total 1 replies
Thinker
iyadeh si paling manusia yang di pilih oleh dewa, keren sih tpi
@...?????...@: buset...keren coy keren
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!