NovelToon NovelToon
Nur

Nur

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Selingkuh / Cerai
Popularitas:147.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Redwhite

Seperti artinya, Nur adalah cahaya. Dia adalah pelita untuk keluarganya. Pelita untuk suami dan anaknya.

Seharusnya ...

Namun, Nur di anggap terlalu menyilaukan hingga membuat mereka buta dan tak melihat kebaikannya.

Nur tetaplah Nur, di mana pun dia berada dia akan selalu bersinar, meski di buang oleh orang-orang yang telah di sinarinya.

Ikuti kisah Nur, wanita paruh baya yang di sia-siakan oleh suami dan anak-anaknya.

Di selingkuhi suami dan sahabatnya sudahlah berat, di tambah anak-anaknya yang justru membela mereka, membuat cahaya Nur hampir meredup.

Tapi kemudian dia sadar, akan arti namanya dan perlahan mulai bangkit dan mengembalikan sinarnya.

Apa yang akan Nur lakukan hingga membuat orang-orang yang dulu menyia-nyiakannya akhirnya menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Setelah di rasa cukup baikkan, Bety diperbolehkan pulang oleh Bidan.

Nur yang sudah sangat lelah dan kelaparan, sudah tak sanggup lagi menopang tubuhnya.

"Mbak kenapa? Jangan pingsan! Aku udah repot ngurus Ety soalnya!" ucap Sulton dingin.

"Mbak cuma mau istirahat Ton, mbak lelah sekali," jawab Nur lirih.

"Tunggu mbak!" cegah Sulton memegang lengan sang kakak yang hendak masuk ke kamarnya.

"Benar apa yang di katakan Ety kalau mbak berencana mau berhenti kerja di Bu Rw?" cecar Sulton.

"Mbak lelah Ton, tolong biarkan mbak istirahat," pinta Nur yang benar-benar tenaganya sudah habis.

"Alah manja benar sih mbak, kayak ngga biasa aja! Mungkin ini penyebab mas Pamungkas bosan sama mbak. Jujur ya mbak, selain mbak enggak enak di pandang, mbak juga tenaganya mungkin sudah tak seenerjik dulu. Ingat ya mbak jangan bikin susah kami, apalagi bikin Ety kepikiran!" kecam Sulton.

Nur menghela napas panjang dan segera masuk kedalam kamarnya. Bahkan perutnya yang perih dia abaikan, dirinya ingin segera merebahkan diri.

Namun, keinginan itu lagi-lagi harus sirna kala ponselnya kembali berdering.

Tertera nama Zahra di sana. Bahkan saat hendak mengangkat panggilan Zahra pun, rasanya sulit sekali tangannya untuk digerakkan. Akan tetapi sekuat tenaga Nur coba lagi.

"Iya Ra?" jawab Nur lemah.

"Mbak? Kenapa suara mbak? Apa mbak sakit?" cecar Zahra cemas.

Ingin sekali Nur berkata iya. Dirinya yang sejak pagi belum makan lalu tenaganya dikuras habis untuk bekerja di rumah Bu Rw tanpa diberi makan.

"Mbak ngantuk Nur," balas Nur memilih berdusta.

"Oalah, aku kirain apa. Emmm ... Mbak, maaf ini ada surat panggilan sidang tiga hari lagi. Suratnya aku kirim ya mbak—"

"Ra, kamu ini kenapa malah yang jadi repot sih. Kirim paket kaya gitu juga butuh uang, ini akhir bulan Ra, kita harus berhemat!" sela Farid di seberang sana.

"Tolong bacakan aja Ra. Kalau ngga perlu surat itu ya ngga usah di kirim. Tapi kalau harus menggunakan surat itu, nanti mbak ambil ke sana Ra," jawab Nur yang mengalah.

Zahra memandang sang suami dengan geram. Hanya mengirim sebuah surat tak mungkin membutuhkan biaya banyak. Suaminya benar-benar perhitungan.

"Mbak mau aku temani kesana mbak?" tawar Zahra.

"Ra!" bentak Farid kesal.

Zahra lantas mendelik menatap sang suami. Sungguh dirinya sudah muak akan sikap sang suami sejak tadi.

"Enggak usah Ra, kamu kan kerja. Tolong nanti fotokan aja ya," pinta Nur lemah.

"Udah ya Ra, mbak mau istirahat," ucap Nur yang sudah tak sanggup lagi menahan sesak di dadanya.

Setelah panggilan mereka selesai, air mata Nur luruh juga. Inilah akhir rumah tangganya yang ia perjuangkan hingga dua puluh satu tahun lamanya.

Seperti mimpi buruk, Nur ingin segera bangkit dari tidurnya dan kembali tersenyum menyambut pagi.

Namun semua adalah nyata. Perselingkuhan itu nyata. Perpisahan dengan dua anaknya juga nyata. Bahkan perpisahan itu pun nyata.

Lalu apa yang fatamorgana? Hanya pikiran Nur yang berusaha ia khianati.

Di kediaman Zahra, adik pertama Nur itu menatap tajam sang suami.

"Aku udah cukup sabar sama kamu mas! Kamu lupa? Uangku adalah milikku. Hakku, jadi ingat, jangan sekali pun kamu ikut campur atas uangku. Kamu itu enggak berhak!"

Karena kesal, Farid kelepasan hingga menampar Zahra. Setelahnya lelaki itu sedikit menyesal. Lelaki tiga puluh lima tahun itu merutuk dalam hati jika semua ini karena Nur.

"Maafkan Mas Ra. Mas merasa kamu mulai kurang ajar setelah ada mbakmu kemarin!"

"Apa mbak Nur bujuk kamu supaya jadi janda juga?" tuduh Farid.

"Hentikan omong kosongmu mas! Aku benar-bebar ngga terima kamu beginikan! Seumur hidup aku tak pernah diperlakukan kasar oleh ornag tuaku, siapa kamu yang baru bersama denganku lantas bisa berbuat seenaknya!"

"Zahra!" bentak Farid murka.

"Ngga perlu berteriak mas, aku akan tidur di kamar Cici. Renungi kesalahanmu!"

Zahra keluar sambil memegang pipinya. Dia membanting pintu kamar cukup keras hingga membuat Wati yang hendak tertidur terkejut bukan main.

Namun ingin bangkit rasanya malas, sebab dirinya juga merasa lelah.

Saat berada di kamar sang putri, tangis Zahra pecah, dirinya merasa harusnya dia bersikap tegas seperti ini saat melihat kezaliman suami dan ibu mertuanya pada sang kakak.

Dirinya bertekad akan menemani Nur saat persidangan nanti. Persetan suaminya akan kembali murka padanya.

Hanya inilah yang bisa dirinya lakukan untuk membalas kebaikan sang kakak yaitu menjadi sandaran sang kakak dihari terburuknya.

.

.

Hari persidangan tiba. Sebelum pergi, bahkan Nur harus bernego dengan Yanti agar di beri izin untuk menghadiri sidang perceraiannya.

Yanti yang sebenarnya tak ingin memberi izin, akhirnya luluh juga saat Bety sebagai warganya juga ikut memohon dan memberikan penawaran yang cukup menarik untuknya.

"Tolong bu, ini sidang pertama mbak saya. Beliau harus hadir. Nanti kalau udah pulang saya akan pastikan mbak Nur akan kembali kerja. Bahkan untuk hari ini ibu bisa potong gaji kakak saya, iya kan mbak?"

Tanpa meminta persetujuannya terlebih dahulu lagi-lagi Bety berkata seenaknya. Namun seperti biasa, Nur yang tak memiliki pilihan lain hanya bisa pasrah dan mengangguk.

Setelahnya, mereka berdua berjalan kembali ke rumah.

"Tuh, kurang baik apa aku bantu mbak, kalau enggak ada aku, ngga mungkin mbak bisa diizinkan sama Bu Rw!"

Nur memilih tak menanggapi ucapan adik iparnya. Tinggal di kediaman Sulton dan Bety juga tak meringankan bebannya.

Justru Sulton dan Bety sangat perhitungan dengannya. Setiap makanan yang dirinya makan, selalu Bety catat agar nanti Nur membayarnya saat gajian.

Karena tahu gajinya sangat kecil, Nur memilih makan menggunakan tahu atau tempe saja.

"Kalian dari mana?" tanya Zahra yang tiba-tiba muncul dari belakang mereka.

Mendadak Bety merasa gugup. Bahkan dia memegang perutnya yang terasa kram.

"Eh, mbak Zahra? Mau kesini ngga bilang-bilang mbak," sapa Bety sambil menyalami kakak ipar keduanya.

Zahra menatap tajam adik iparnya. Dia merasa ada yang tak beres, terlebih lagi saat melihat keadaan sang kakak yang terlihat makin kurus dan sayu dengan cekungan di kedua matanya yang menghitam.

"Apa mbak harus bilang kalau mau kesini? Lagian mbak cuma mau antar mbak Nur ke pengadilan agama aja."

"Kamu belum jawab pertanyaan mbak, kalian dari mana?"

"Udah Ra, nanti mbak ceritakan, ini udah siang," sela Nur yang tak ingin Zahra mencecar adik ipar mereka.

Bukan apa, nanti dirinya lagi yang di salahkan oleh Sulton kalau ada apa-apa dengan istrinya.

Bety melirik dengan kesal. Dia juga cemas takut Nur bercerita yang tidak-tidak tentang dirinya.

"Eh mbak, emang kenapa harus nanti? Jangan jelek-jelekin aku di depan mbak Zahra ya mbak!" ucap Bety ketus.

"Apa-apaan kamu Bety? Kenapa kamu berbicara begitu sama kakak iparmu?" pekik Zahra tak terima.

Bety melengos dan memilih masuk kedalam kamarnya. Biarlah nanti kalau Nur bercerita macam-macam, maka dirinya akan adukan pada suaminya.

"Mbak ngga papa?"

"Kamu fokus aja bawa motornya Ra. Ini kamu apa udah izin sama suamimu?"

"Udah mbak tenang aja, cuma ini yang bisa Zahra kasih sebagai adik mbak," lirih Zahra.

"Ya Allah Ra, kamu ngga boleh begini. Mbak ngga suka, kamu kalau pergi harus izin sama suami Ra. Kalau begini bisa-bisa mbak yang disalahkan sama Farid."

"Mbak tenang aja, aku udah ngomong sama mas Farid kok mbak, tapi maaf, diizinkan atau ngga, Zahra tetap akan antar mbak Nur. Ngga mungkin Zahra biarkan mbak sendirian di sana."

Nur hanya bisa menghela napas panjang, lagi-lagi nanti dirinyalah yang disalahkan oleh Farid.

Namun, dirinya tetap bersyukur, setidaknya saat terpuruk seperti ini, dirinya tak sendirian.

"Wah kamu kelihatan menyedihkan sekali Nur? Berat bukan hidup diluar tanpa uangku?" ucap Pamungkas yang juga baru tiba di sana.

Nur hanya bisa menunduk malu. Bahkan untuk mendatangi pengadilan agama pun, dirinya tak memiliki pakaian yang cukup layak.

Kini saat bertemu dengan mantan suaminya, jelas lelaki itu akan menghinanya habis-habisan.

Tak lama seorang wanita menyusul dan langsung melingkarkan tangannya di lengan lelaki itu.

Sisil menurunkan kaca hitamnya dengan pongah. Dia tersenyum tipis saat melihat keadaan Nur yang jauh dari kata baik.

"Hai Nur apa kabar? Emmm ... Kayaknya kamu enggak baik-baik aja ya. Apa kamu mau merubah keputusanmu?" ucap Sisil mencoba bernego.

"Tapi nanti setelah kami menikah ya Nur, jadi posisinya kamu akan menjadi istri kedua. Aku bersedia menerima kamu kok!"

.

.

.

Lanjut

1
Ocha Lanuru
ku tunggu thor,selalu ku tunggu up berikutnya
tri kurniati
thoor bagus banget ceritanya
Ririn Endang S
Thoorrr maaf baru bisa coment, dari bab awal sampai to be continue ceritanya bagus banget. Lanjut upnya thoorrr jangan lama-lama.
Rosti Yetty
tak apa pamungkas kawin sama Sisil makan kamu tdk selamat.....
Rosti Yetty
suami tdk tahu diri......
Umi Asijah
jangan lama2 thor biar nda lupa cerita nya..😁
Nurul Syahriani
jangan kelamaan update nya thor
🌷💚SITI.R💚🌷
sepertiy ada rahasia yg selama ini di tutup tentang bety..kita² apa ya lanjuut
we
ber damailah dengan keadaan
Anonymous
keren
Nurgusnawati Nunung
lanjut Thor
Ririn Endang S
Apapun klo sdh mengganggu rumah tangga orang itu yaa gk baik.
Ririn Endang S
Iiiihhh boo...ooong banget, gitu kok katanya mau adil....bikin esmosi aja.
Ririn Endang S
Dasaaaarrrrr....😡
Sarita
satu persatu udah dapat karma .yg blm itu anaknya Amanda anak yg ga tau diri .anak durhakim
Ira
Nur itu ibu yg gagal.. Msk Amanda seperti itu msh dikirim uang.. Anak itu hrs di didik penuh tanggung jawab atas perbuatan.. Dia udh nikah dan mau punya anak.. Biar usaha sendiri.. Klau ttp gt dia sama aja menjerumuskan anaknya.. Pantas amanda nakal krn didikan yang salah.. Dituruti kemauan nya tanpa usaha.. Jadi makin BOTOL amanda
Nurlela Nurlela
typo meksi
🌷💚SITI.R💚🌷
kasian nur di kelilingi orang² yg dulu sombong dan menghina nur,tp nur trs memaafkan mereka dan trs berbuat baik salut sm nur ,dia di sakiti orang² yg baru kenal dan juga orang² terdekat dan di cintaiy tp nur trs me.aafkn mereka,hatiy luar biasa..
Umi Asijah
Farid sepertinya mau berbuat jahat
Nie Ni
dilanjutkan lg cerita ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!