"Kak Zavin kenapa menciumku?"
"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku, Viola."
Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat Zavin berusia 9 tahun dan Viola berusia 5 tahun. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, tak disangka Zavin jatuh cinta pada Viola. Dia sangat posesif dan berusaha menjauhkan Viola dari pacar toxic-nya. Namun, hubungan keduanya semakin renggang setelah Viola menemukan ayah kandungnya.
Apakah akhirnya Zavin bisa mendapatkan cinta Viola dan mengubah status mereka dari kakak-adik menjadi suami-istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Zavin duduk di kursi kebesarannya, memandangi layar ponselnya yang sudah seharian sepi dari notifikasi. Tidak ada satu pesan pun dari Ryan yang memberinya info tentang Viola. "Sedang apa Viola sekarang? Apa Ia sudah pulang? Kenapa aku merasa tidak tenang?" bisiknya dalam hati, penuh kecemasan.
Tanpa berpikir panjang, Zavin berdiri, meraih jas yang tergantung di belakang kursinya, dan mengenakannya dengan cepat. "Riko, aku pulang sekarang. Bereskan semua berkas di meja, ya," katanya kepada asistennya. Kemudian Ia melangkah cepat keluar dari ruangannya dan masuk ke dalam lift.
Sesampainya di lantai dasar, Zavin melangkah cepat menuju parkiran, lalu masuk ke dalam mobilnya. Hujan sepertinya akan segera turun karena awan hitam semakin merapat di langit. "Viola bawa jas hujan tidak, ya?" pikirnya semakin cemas sambil melajukan mobilnya menuju kampus.
Di tengah perjalanan, Zavin melihat motor Viola yang terpekir di pinggir jalan.
"Itu motor Viola." Zavin segera menginjak rem dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan, lalu Ia turun dengan tergesa. Ia mendekati motor tersebut dan memeriksa keadaannya. "Bannya bocor. Tapi di mana Viola?"
Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, mencari keberadaan Viola. Perasaannya semakin tidak tenang. Pandangannya tertuju pada dua pria yang berlari menuju deretan ruko setengah jadi di dekat sana. Nalurinya segera memperingatkan jika ada sesuatu yang tidak beres.
Zavin mengepalkan tangan, matanya tajam mengikuti arah lari kedua pria itu. "Apa yang mereka kejar? Jangan-jangan... Viola!" pikirannya langsung diselimuti ketakutan. Ia berlari menuju ruko-ruko tersebut.
Saat kedua pria itu melihatnya, mereka justru pergi menjauh dan kembali menaiki mobilnya.
"Apa Viola berada di dalam?" Zavin masuk ke dalam ruko itu. Pandangannya menyapu sekeliling, dan di pojok ruangan yang gelap, Ia melihat Viola yang sedang berjongkok sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Bayangan 15 tahun yang lalu, ketika Zavin dan Viola diculik oleh orang tak dikenal, tiba-tiba kembali memenuhi pikirannya. Luka lama itu seakan mengiris lagi. Zavin menenangkan dirinya, menarik napas dalam dan perlahan mendekati Viola.
"Viola..." ucap Zavin dengan lembut sambil menyentuh bahu adiknya.
Viola tersentak dan mengangkat kepalanya menatap Zavin. "Kak Zavin?" Tanpa ragu, Viola langsung memeluk Zavin dengan erat. Tubuhnya masih bergetar ketakutan. "Aku takut, Kak."
"Ada apa? Ada yang mengejarmu?" tanya Zavin sambil mengelus punggung Viola. "Aku tadi melihat dua pria, tapi mereka sudah pergi."
Viola mengangguk lemah di dalam pelukan Zavin. "Mereka mengikutiku, Kak. Aku tidak tahu siapa mereka, tapi aku takut sekali. Ban motorku bocor, dan aku tidak tahu harus bagaimana. Aku masuk ke ruko ini untuk bersembunyi."
Zavin mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan rasa takut yang begitu nyata di wajah adiknya. "Kamu aman sekarang. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Kita pergi dari sini."
Zavin membantu Viola berdiri, tapi saat mereka melangkah keluar dari ruko, hujan turun begitu deras dan membuat mereka terpaksa berhenti. Mereka kembali ke dalam ruko yang setengah jadi itu.
Viola duduk di atas balok kayu yang berserakan di sudut ruangan dan mendekap dirinya sendiri untuk melawan rasa dingin yang mulai menyergap tubuhnya.
Zavin, yang memperhatikan gerak-gerik Viola, dengan cepat melepaskan jasnya. Tanpa berkata-kata, ia menyelimutkan jas itu di punggung Viola, memastikan Viola terlindung dari hawa dingin.
Viola mendongak dan menatap Zavin dengan sorot mata yang sedikit kesal. "Kak Zavin nggak perlu sampai menyuruh Ryan mengikutiku kemana-mana," katanya.
"Jadi kamu sudah tahu? Pantas saja Ryan nggak kasih info apa-apa seharian ini."
Tatapan Viola semakin tajam dan penuh protes. "Kakak terlalu protektif!"
Zavin menghela napas panjang dan menatap Viola dengan serius. "Aku melakukan ini untuk menjaga kamu. Lihat keadaanmu sekarang. Ban motormu bocor, dan kamu hampir diculik. Kalau aku nggak datang, kamu bisa saja—"
"Bisa saja apa?" potong Viola, dengan senyum sumbang di bibirnya. "Sekalian saja, Kakak bayar bodyguard. Jelas-jelas lebih efektif daripada bayar mantan pacarku."
"Dari semua mantan pacarmu, cuma Ryan yang bisa aku percaya, meskipun aku tetap nggak setuju kamu sama dia."
Viola membuang napas panjang dan mengalihkan pandangannya ke arah luar ruko yang semakin gelap karena hujan deras. Keheningan menggantung di antara mereka, hanya suara gemuruh hujan yang menjadi latar belakang.
Zavin hanya bisa diam dan menatap Viola dari samping. Udara dingin yang menyelimuti ruangan membuat perasaan aneh muncul dalam dirinya.
Tiba-tiba, Viola melepas jas yang diberikan Zavin dan mulai mengibaskan kemeja panjangnya dengan tergesa-gesa. "Rasanya ada serangga yang masuk ke dalam baju," katanya panik.
"Serangga?" Zavin mengerutkan kening dan mendekat untuk melihat lebih jelas.
Viola terus mengibas-ngibaskan kemejanya, tapi serangga itu sepertinya tidak mau keluar. "Iya, Kak, aku ngerasa ada yang jalan di dalam baju, tapi nggak bisa keluar!"
Zavin mendekat dan mencoba menahan Viola agar tidak terlalu banyak bergerak. "Coba aku lihat, mungkin bisa aku ambil."
"Lihat?" Viola menelan salivanya dengan gugup. Serangga itu terasa semakin menyusup ke bagian depan tubuhnya. Ia mundur sedikit dari Zavin dan membalikkan badannya. Ia membuka kancing atas kemejanya dan melihat kecoa kecil menempel di belahan dadanya. "Ada anak kecoa!"
"Anak kecoa? Buang aja. Cuma makhluk kecil," kata Zavin.
"Tapi nempel. Aku gak berani ambil." Viola akan mengambilnya tapi semakin masuk ke dalam.
Zavin mendekati Viola. "Dimana?"
"Nyelip di da da. Kak Zavin jangan lihat, biar aku lepas!"
Zavin semakin mendekat. Ia menahan tangan Viola yang akan melepas pengait di belakangnya. Ia berdiri tepat di belakang Viola. Satu tangannya perlahan ke depan dan mengambil kecoa yang menyelinap itu. Ia menahan napasnya saat menyentuh lembut kulit kenyal itu.
Thanks Mbak Puput
Ditunggu karya selanjutnya ❤️
perjuangan cinta mereka berbuah manis...
Semoga cepat menghasilkan ya, Zavin
semoga cepat diberi momongan ya ..
udah hak Zavin...
😆😆😆
Siapa ya yang berniat jahat ke Viola?