Karna obsesinya pada seorang pria tampan, Kimmy nekad menjebak pria itu untuk menjadi suaminya, sampai sang pria tidak memiliki pilihan untuk melarikan diri.
Sipatnya yang bar-bar, ceroboh, dan semaunya, membuatnya merasa terperangkap dengan jebakannya sendiri, ia merasa terpenjara di tempat suci bernama pondok pesantren.
Tempat itu tak lantas langsung merubah diri Kimmy dengan cepat, berbagai tingkah ajaibnya selalu mewarnai orang-orang sekitarnya.
Lantas bagai mana dengan kisah cintanya bersama pria tampan?, yang merupakan seorang anak dari pemilik pondok pesantren. Semua orang memanggilnya Gus Ridwan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau kaya raya
Kimmy masih melamun, merenung dengan apa yang ter jadi pada kakak iparnya seandainya saja ia dapat membantunya pasti akan ia lakukan.
"Dek mengapa diam saja aku dari tadi memanggilmu kau hanya diam dengan tatapan kosong, apa yang sebenarnya terjadi? "
"Iya, Sejak kapan kau di sini?" Kimmy benar-benar tidak menyadari ada orang selain dirinya di kamar itu, atau ia begitu fokus merenung.
"Sudah shalat Dzuhur?"
"Sudah."
"Dek, aku mau ke pabrik kau mau ikut?"
"Pabrik apa?"
"Oh ya aku lupa bercerita, aku memiliki beberapa pabrik yang aku olah dari beberapa hasil di kebun para petani di sekitaran jawa ini, aku membeli beberapa hasil tani dari bandar-bandar yang tersebar di beberapa kota. untuk aku olah kembali sebagian aku pasarkan di indonesia dan sebagian lagi mas kirim ke beberapa negara luar."
"Hasil kebun berupa sayuran atau buah-buahan?"
"Bukan juga, sebagian rempah da karet."
"Dan yang paling banyak permintaan adalah rempah keluar negri adalah kapulaga dan pala, mas juga membudidayakan dan membeli sawit serta kelapa untuk di olah menjadi minyak dan di pasarkan dalam negri kita, sedangkan karet sendiri mas mengirimnya ke negri sakura."
"Beberapa rempah dan bumbu di pasaran maslah pemiliknya, semua itu mas lakukan untuk mempermudah masyarakat."
"Rempah seperti apa Gus? "
"Kunyit, lada, ketumbar, gulapun mas produksi, karna kak ingin tanggung-tanggung santan kemasan juga dan bumbu-bumbu instan lainnya juga di bawah naungan perusahaan nama Mas."
"Sayuran tidak kau expor juga Gus? "
"Tidak, sayuran daya tahannya sebentar, berbeda dengan rempah-rempah yang sudah di keringkan."
"Apa penghasilanmu bisa seratus juta perbulan?"
"Lebih lah dek, dari satu produk saja jumlah segitu mah lebih, belom lagi dari kopi dan biji kakao."
"Wah, berarti kau 4444kaya raya Gus."
"Tidak kaya, hanya Alhamdulillah cukuplah untuk menafkahi empat istri sekaligus." Ridwan menelisik wajah istrinya mencoba mencari adakah kecemburuan di sana.
"Ish... Sombong." Kimmy mengerucutkan bibirnya.
"Bukan sombong, hanya memberitahumu saja."
"Baguslah biar aku tidak usah cape-cape kerja."
"Dek, Mas sudah mendaptarkan kamu kuliah di Universitas tempat mas mengajar, kau boleh menhambil jurusan yang kau sukai."
"Hukum, aku akan melanjutkan kuliah di jurusan hukum melanjutkan kuliahku di jakarta."
"Sebenarnya apa cita-citamu dek?"
"Jaksa atau pengacara wanita yang jelas aku ingin berkecimpung di bidang hukum."
"Kau itu aneh dek, kamu seorang ploger, memiliki hobi menulis novel, dan usahamu sebagai perancang dan pembuat busana tapi cita-citamu penegak hukum."
"Ada alasan di setiap hal yang ku lakukan."
"Ya, aku tau itu Dek."
"Gus, Kau tau cita-cita utamaku?"
Ridwan menggelelengkan kepala.
"Menjadi istri satu-satunya dan ibu yang baik untuk suami dan anakku."
"Wah mulia sekali cita-citamu Dek."
"Ayo makan siang dan setelahnya kita berkunjung di salah satu pabrik kita."
.
Keduanya berada di salah satu mobil yang berjalan membelah keramaian jalan raya.
"Gus, Riza kuliah di mana?"
"Dia tidak kuliah, dia membantu Mas mengurus beberapa pabrik di luar kota, untuk sesekali di pantau, karna mas terlalu sibuk."
"Kenapa tidak kuliah, itu kan penting untuk menunjang masa depannya." Kimmy terus bertanya pantang berhenti sebelum mendapat jaeaban yang logis.
"Tidak tau, padahal Umi dan Abi sudah membujuknya beberapa kali, tapi Riza tetap pada pendiriannya."
"Ntar aku coba bujuk dia deh."
"Tidak usah Dek." Ada nada kesal saat mendengar istrinya akan membujuk adiknya.
"Gus, bagaimana mengenai tawaran Ayudia?"