Berpacaran selama 5 tahun. Hingga mereka memutuskan untuk menikah. Satu hari setelah hari pernikahannya suaminya mulai berubah dan bahkan tidak pernah menyentuh istrinya karena alasan capek. Setiap hari di paksa untuk memahami, dan mengerti semuanya. Hingga akhirnya sang istri berusaha mencari tahu apa alasan di balik perubahan sikap suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kavhyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ambisi
Sudah 1 tahun sejak kematian Kenzi. Tania sudah mengikhlaskan semuanya dan fokus merawat kedua anaknya. Tapi meski begitu Tania tidak pernah melewatkan satu haripun untuk tidak ke makam suaminya. Setiap hari dia datang membersihkan kuburan suaminya dan berdoa. Meski hari-hari yang di lewati cukup sulit, tapi dia terus mencoba untuk kuat demi anak-anaknya. Dan berkat dukungan dari orangtua, abang dan sahabatnya. Setiap tiga bulan sekali, Gisel dan Jovanka datang untuk menghibur Tania dan menemui keponakannya. Soal hubungan Dion dan Gisel juga semakin dekat dan memutuskan menikah dalam waktu dekat. Dan perusahaan Kenzi semua sudah di handle oleh William untuk sementara waktu. Karena Tania masih belum bisa ke sana, dan mengingat anaknya yang masih kecil. Dia bisa saja mengambil baby sister, tapi menurutnya akan lebih baik kalau dia yang merawat anaknya sendiri. Dia tidak ingin melewatkan apapun tentang pertumbuhan anaknya. Dengan kehadiran Kiano dan Kiara Tania merasa kalau Kenzi selalu bersamanya. Sekarang dia tidak ingin memikirkan apapun selain masa depan anaknya. Dan Tania berharap dia tidak menikah lagi, dia memilih untuk menjadi single mom. Dia bisa menjadi ibu sekaligus ayah untuk anak-anaknya.
"Mah, Nia keluar bawah anak-anak ya." Ucap Tania.
"Mau kemana sayang?" Tanya Mama Hani.
"Nia mau membawa Kiara dan Kiano jalan-jalan Mah. Boleh kan?" Tanya Tania. Mama Hani pun mengangguk tersenyum.
"Boleh sayang. Tapi kamu di antar supir ya." Ucap Mama Hani.
"Iya mah." Ucap Tania. Selama kurang lebih satu tahun, Tania sudah tidak pernah membawa mobil. Apalagi anaknya masih kecil.
"Kalau begitu Nia pamit ya Mah." Ucap Tania.
"Hati-hati sayang." Ucap Mama Hani. Tania pun mengangguk tersenyum dan berlalu pergi dengan stroller baby. Di didepan sudah ada Pak Supri yang menunggunya.
Tania hanya mau ke taman saja. Biasanya di sana banyak anak-anak yang bermain. Kiara dan Kiano pasti suka.
Sesampainya di sana Tania merasa ada yang mengikutinya dan melihat ke samping kanan,kiri dan belakang tapi tidak melihat siapapun dan melanjutkan langkahnya dan merasa itu cuman perasaannya saja. Tania pun duduk di salah satu bangku di taman sambil melihat anak-anak dan orang yang lagi berolahraga.
Tiba-tiba saja ada seorang pria membawah bunga mawar merah dan dua boneka Barbie dan satunya lagi beruang. Tania pun berdiri dan merasa kaget melihat seseorang di hadapannya.
"Ansel?" Ucap Tania.
"Boleh aku duduk?" Tanya Ansel. Tania pun mengangguk.
"Silahkan." Ucap Tania. Sudah lama dia berdamai dengan masa lalunya dan memaafkan Ansel. Dia tidak ingin ada dendam atau apapun itu. Dia hanya ingin hidup tenang tanpa masalah.
"Kamu apa kabar?" Tanya Ansel. Tania tersenyum.
"Aku baik. Bagaimana denganmu?" Tanya Tania.
"Aku baik. Oiya untuk semua yang pernah terjadi dan kesalahan yang pernah aku lakukan ke kamu. Aku benar-benar minta maaf Nia." Ucap Ansel. Tania mengangguk tersenyum.
"Soal itu aku sudah maafin kamu dan tidak ada artinya juga untuk di bahas lagi. Semua yang terjadi sudah berlalu. Oiya bagaimana kabar Dian dan anak kamu?" Tanya Tania. Ansel pun terdiam dan menceritakan semuanya apa yang terjadi satu tahun yang lalu. Tania merasa sedih mendengarnya. Dan turut prihatin apa yang menimpahnya. Sejak kematian Papa Tian dan perginya Dian. Perusahaan keluarga Adijaya menurun pesat dan hampir bangkrut, untunglah Ansel bisa menanganinya dan baru sekarang mulai stabil lagi setelah 1 tahun.
"Maaf, aku ngak bermaksud untuk membuat kamu sedih." Ucap Tania. Ansel pun tersenyum.
"Udah santai saja. Aku juga turut prihatin atas meninggalnya Kenzi yang cukup tragis. Itu pasti sangat berat buat kamu." Ucap Ansel.
"Itu sangat berat buat aku tapi mau bagaimana lagi, ini semua sudah menjadi takdir. Sekarang aku hanya ingin fokus merawat anak-anak ku." Ucap Tania. Ansel pun mengangguk.
Ansel menatap anak Tania, dan mengajaknya bicara.
"Hey cantik, dan ganteng. Siapa nama kamu sayang? Kamu lucu sekali. Dia sangat mirip denganmu dan Kenzi" Ucap Ansel dan mencium kedua anak Tania.
"Kiano dan Kiara." Ucap Tania.
"Nama yang bagus sama seperti orangnya." Ucap Ansel.
Mengingat sekarang sudah sangat sore. Tania memutuskan untuk pulang. Apalagi sebentar lagi Abang dan Papanya sampai ke rumah. Selama 2 bulan Dion ke Australia untuk pekerjaan penting bersama dengan Papa Bian. Dan mereka tidak pernah melewatkan satu haripun tidak videocall untuk melihat Kiara dan Kiano
"Makasih untuk hadiahnya. Aku pulang duluan." Ucap Tania.
"Mau aku antar?" Tanya Ansel. Tania menggelengkan kepalanya.
"Tidak, terimakasih. Aku juga naik mobil ke sini. Dan Pak Supri sudah menungguku." Ucap Tania. Ansel pun mengangguk.
"Hati-hati." Ucap Ansel. Tania pun mengangguk tersenyum.
Ansel menatap sambil tersenyum melihat kepergian Tania.
"Aku akan berusaha mendapatkan kamu kembali Nia. Dan membuatmu mencintaiku. Aku janji akan membuatmu bahagia dan menebus semua luka yang pernah aku berikan dulu." Ucap Ansel. Bagaimanapun dia harus mendapatkan Tania kembali. Tanpa di sadari ada seseorang yang menatap mereka dari jauh dan mengepalkan tangannya.
Sesampainya di rumah Tania langsung masuk dan di sana sudah ada Papa dan Abangnya di sana. Tania pun langsung berjalan dan memeluk Papa dan Abangnya. Dia sangat merindukan mereka berdua. Rasanya rumah sepih karena tidak ada yang mengganggunya.
"I Miss you Papa, Abang." Ucap Tania.
"Miss you too princess." Ucap Papa Bian dan Dion.
"Tapi Abang lebih rindu lagi sama keponakan Abang yang cantik dan ganteng ini." Ucap Dion dan mencium kedua keponakannya. Dia sangat sayang dengan Kiano dan Kiara.
"Kamu dari mana sayang?" Tanya Papa Bian.
"Taman Pah. Nia bawah Kiara dan Kiano jalan-jalan. Karena Nia juga bosan di rumah terus-terusan." Ucap Tania. Papa Bian pun mengangguk.
Dion dan Papa Bian memutuskan untuk pergi istirahat dulu begitupun dengan Tania. Mungkin karena kecapean Kiara dan Kiano tertidur. Selama ini Alhamdulillah Kiara dan Kiano tidak rewel.
...****************...
Sedakang di tempat lain seseorang sedang melampiaskan amarahnya ke semua barang-barang yang ada di sekitarnya.
"Kalau aku tidak bisa memilikimu, maka oranglain juga tidak. Aku sudah kehilangan banyak, tapi tidak dirimu. Aku pastikan kamu akan menjadi milikku." Ucapnya
Ansel
Wiliam