Karena perjodohan, Rania bisa menikah dengan Adrian, pria yang menjadi cinta pertamanya. Namun sayang, pernikahan impian Rania jauh dari pernikahan yang saat ini dia jalani.
Setelah melewati dua tahun pernikahan, kekasih Adrian yang bernama Alexa kembali dari luar negeri. Itu berarti sudah tiba waktunya Rania untuk melepaskan Adrian dengan bercerai dari pria itu.
Bagaimana kehidupan Rania setelah dua tahun menikah?
Apakah dia rela melepaskan Adrian? Atau Adrian yang justru tidak rela melepaskan Rania?
Yuk ikuti ceritanya di Dua Tahun Setelah Menikah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Semoga Berjodoh
Harsa terbangun dari tidurnya, bukan Rania yang kini berada dalam pelukan pria itu, melainkan hanya sebuah guling. Entah kemana guling hidupnya pergi, lalu Harsa melihat ke dinding. Benda bulat yang menggantung itu menunjukkan pukul empat tiga puluh menit. Pantas saja Rania sudah tidak ada dipelukannya. Harsa pun segera bangkit dan keluar dari kamar Rania.
Bibir Harsa tersenyum begitu melihat keberadaan Rania di dapur bersama mbok Asih. Bersamaan dengan Rania yang menoleh kepadanya. Harsa terkekeh begitu Rania segera berpaling dengan wajah yang merona.
Tentu saja Harsa tahu, kenapa Rania seperti itu. Pasti karena kejadian tidak sengaja tadi malam. Kejadian dimana Harsa yang awalnya hendak mengecup pucuk kepala Rania, jadi berpindah ke bibir wanita yang diam-diam mencuri hatinya itu.
Harsa akan mengecup pucuk kepala Rania. Disaat yang bersamaan, Rania tiba-tiba berbalik dan mendongak pada Harsa. Maksud hatinya ingin bicara sesuatu pada Harsa. Tapi dia justru di bungkam dengan bibir Harsa yang tidak sengaja mendarat di bibirnya
Sontak saja hal tersebut membuat Rania malu. Dia kembali berbalik dengan wajah yang merona. Namun Harsa terus saja menggodanya, hingga akhirnya rasa kantuk yang tidak tertahan membuat mereka terlelap dengan Harsa yang memeluk Rania dari belakang.
"Kenapa tidak mau lihat Abang?" tanya Harsa yang kembali menggoda Rania.
Rania yang masih sibuk dengan masakannya memilih tidak menjawab. Tidak perlu dijawab seharusnya Harsa juga tahu. Dia masih malu dengan kejadian tadi malam. Walau hanya menempel saja. Tidak lebih dari itu. Tapi ucapan Harsa lah yang membuat Rania jadi malu.
"Araaa sayang." panggil Harsa sambil mencolek pinggang Rania.
"Abang, Ara lagi masak. Bisa tidak jangan ganggu dulu." ucap Rania sambil mendorong Harsa menjauh.
Bukan menjauh, Harsa justru menarik pinggang Rania dan memeluknya. Satu kecupan mendarat di pipi Rania. Setelahnya barulah Harsa pergi menjauh.
Mbok Asih hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat keduanya. Terlihat jelas jika Harsa sangat sayang pada Rania. Terbesit dalam hati mbok Asih mendoakan mereka semoga berjodoh.
Setelah meninggalkan Rania dan mbok Asih, Harsa menuju kendaraanya yang terparkir di halaman. Niatnya dia ingin mengambil pakaian ganti yang dia simpan di kendaraanya. Namun mata Harsa menangkap sebuah mobil yang tidak asing terparkir di depan pagar rumah Rania.
Harsa mendekati mobil yang terparkir tersebut. Diketuknya kaca di samping pengemudi. Tampak orangnya di dalamnya terkejut.
"Keluarlah!" ucap Harsa.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Memata-matai Ara?" tanya Harsa.
"Aku mendapat kabar ada yang ingin mencelakai Rania." jawab pria tersebut.
"Di luar dingin. Masuklah!" ucap Harsa.
***
Di rumah sakit, nyonya Alana yang menjaga tuan Bryan terjaga begitu mendengar suara tuan Bryan yang batuk. Dia segera mendekat, lalu memberikan air mineral yang sudah dia siapkan begitu suaminya itu sadar.
"Maafkan aku Al." ucap tuan Bryan pelan.
"Jangan dipikirkan lagi. Sekarang istirahat saja." balas nyonya Alana.
"Dimana Ansel?" tanya tuan Bryan. Walau kenyataanya Ansel bukan putra kandungnya, tapi bagi tuan Bryan, Ansel tetap putranya.
"Ansel membawa Alexa pulang." jawab nyonya Alana berbohong.
Kenyataannya, Alexa di jemput dua orang anggota komandan Haris untuk dibawa ke kantor polisi tadi malam. Dua orang yang ingin mencelakai Rania sudah mau bicara, Alexa adalah otak dari dalang penculikan itu. Dan ketiganya akan dijerat dengan pasal pem bu nu han berencana. Karena tujuan mereka adalah untuk menghabisi Rania dengan cara membuangnya ke jurang setelah di culik.
"Tentang Alexa...."
"Untuk sementara dia akan tinggal di tempat yang baik. Tempat yang bisa membuat dia bisa menjadi lebih baik lagi." ucapa nyonya Alana memotong perkataan tuan Bryan, "Semoga saja." sambung nyonya Alana dalam hati.
Seperti permintaan dokter, maka nyonya Alana mengajak tuan Bryan bicara tentang yang ringan-ringan saja. Mengembalikan rasa yang bisa membuatnya nyaman dan tenang.
Kabar Alexa di tahan di kantor polisi sampai ke telinga Angel. Ibu satu anak itu mana tega membiarkan putrinya mendekam di jeruji besi. Dia saja bisa lolos dari jerat hukum karena perbuatanya terhadap Naura, dia juga akan membebaskan putrinya.
Keesokan harinya. Angel pergi ke kantor polisi bersama pengacara yang selalu membantu Angel. Pria yang seharusnya bertanggung jawab terhadap Alexa.
Sebelum ke kantor polisi, Angel mendatangi rumah sakit tempat Bryan dirawat. Wanita itu selalu saja update berita pria yang hanya ingin dia manfaatkan hartanya.
"Mau apa?" tanya nyonya Alana begitu melihat keberadaan Angel di pintu ruangan suaminya.
"Aku ingin bicara tentang anak kami." jawab Angel yang sengaja ingin membuat nyonya Alana kesal dan ingat kembali dengan perselingkuhan suaminya.
"Anak kamu dengan pria lain. Bukan anak saya!" balas tuan Bryan.
"Sepertinya kamu sudah termakan hasutan istri kamu yang ingin memojokkan aku." ucap Angel.
"Untuk apa aku melakukan itu!" sahut nyonya Alana tidak terima disalahkan.
"Karena kamu masih belum bisa menerima keberadaan Alexa. Buktinya sekarang saja kamu tidak peduli jika dia berada di kantor polisi." balas Angel.
"Cukup!" ucap tuan Bryan membentak Angel.
Nyonya Alana segera mendekati tuan Bryan. Dia takut serangan itu datang lagi. Namun sepertinya suaminya sudah jauh lebih siap menghadapi semua masalah yang terjadi akibat kesalahan masa lalu.
"Ada apa Ma?" tanya Ansel bagitu masuk ke ruangan tuan Bryan.
Nyonya Alana menoleh pada Ansel. Dia tersenyum, karena Ansel tidak datang sendiri. Ada Rania dan Winda yang ikut bersamanya.
Nyonya Alana tidak menjawab pertanyaan Ansel. Cukup dengan melihat ke arah Angel, semua pasti mengerti. Angel sendiri sibuk memperhatikan Rania. Saat Ansel, Winda dan Rania melihat ke arah wanita itu.
"Bagaimana keadaan Papa?" tanya Ansel, untuk mengalihkan perhatian semua orang yang ada di ruangan itu.
"Seperti yang kamu lihat Nak." jawab tuan Bryan.
"Om, sarapan dulu. Ini saya bawakan bubur." ucap Rania begitu dia mendekat pada tuan Bryan dan nyonya Alana.
"Itu Rania sendiri yang masak. Khusus untuk Papa." ucap Ansel memberitahu.
"Mau makan sekarang Pa?" tanya nyonya Alana.
Belum sempat tuan Bryan menjawab, Angel sudah lebih dulu bicara, "Urusan kita belum selesai Bryan." ucap Angel.
"Diantara kita tidak ada yang harus dibicarakan lagi. Aku serahkan Alexa padamu, sebagai orang tuanya. Aku tidak punya kewajiban apapun lagi pada anak itu. Meski dia bukan darah dagingku, aku tidak menyesal merawatnya." ucap tuan Bryan.
Angel tidak terima tuan Bryan melepas tanggung jawabnya pada Alexa. Meski dia tahu, apa yang tuan Bryan katakan itu kebenaran. Angel menatap tajam pada nyonya Alana. Pasti wanita itu yang menghasut tuan Bryan. Angel tidak akan tinggal diam, dia akan membalas hinaan ini.
"Jangan senang dulu kalian. Ini belum berakhir." ucap Angel.
Dia akan membalas kekalahannya ini. Terutama pada Rania. Karena Rania yang membuat Alexa saat ini mendekam di tahanan kantor polisi.
Sementara itu, Rania dan Winda saling pandang tentang informasi yang baru saja mereka dengarkan. Alexa bukan putri dari tuan Bryan.
"Itu berarti kak Ansel bukan saudara Alexa." ucap Rania di dalam hati.
Angel mendekati Rania, namun segera di tahan oleh Ansel. Mana mungkin dia membiarkan Angel mendekati adiknya, dan melakukan sesuatu yang buruk pada Rania.
Angel tersenyum sinis, "Tidak akan aku biarkan ayahku menemui kamu." ucapnya pelan. Meski pelan namun Rania dan Winda masih bisa mendengarnya.
"Jangan terlalu dipikirkan apa yang dia ucapkan." ucap Ansel menegur Rania yang kini tengah menatap punggung Angel yang menghilang dibalik pintu.
Ucapan Angel sedikit menganggu pikiran Rania. Dia cukup penasaran dengan ayah dari ibunya. Gambaran Ansel tentang kakek mereka itu belum bisa memuaskan Rania untuk tahu seperti apa seorang Adnan sebenarnya. Benarkah sejahat yang dia dengar? Untuk apa Angel menghalangi mereka bertemu. Rania yakin, pasti ada sesuatu yang ditutupi oleh saudara ibunya itu. Tentang apa itu, Rania akan mencari tahunya.
...☆☆☆...
sebab bab atas ada bagi salam
tidur satu bilik???
walaupun sakit itu bukan alasan tidur berduaan dgn lelaki
d tnggu crta slnjtnya.....ttp smngtttt.....
sehat selalu author
btw,rena ush mlai brubah kya'ny... jd lbih baik lnjutin aja prnikahan klian,sma2 bljr dr kslhan msa lalu....
bkannya bhgia,tp mlah mkan ati tiap hri....
adrian ko bs sih pnya istri ky gt????
Btw....slmt y rania....yg ni pst baby gir....