Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya?, ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu s/d Jumat pukul 20.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_04]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mirip
Dila benar benar kembali segera ke Jakarta menyiapkan keperluannya di Jogja nanti. Bu mira, Ayah Ahmad, Mbah Dahlan dan Dayu begitu berat untuk melepas Dila pergi meraih cita citanya. Namun apalah daya mereka jika rasa gembira yang dirasakan oleh Dila begitu tidak bisa mereka halangi. Semasih niatnya baik, tentu saja mereka memberikan support yang tinggi agar Dila bersemangat untuk belajar di perguruan tinggi.
Hari ini Dila sudah sampai di terminal terpadu pada jam 5 pagi. Bus sudah terparkir rapi di tempat kedatangan. Adzan shubuh sudah berkumandang di terminal besar ini. Ia berniat melaksanakan sholat sembari menunggu jemputan dari sepupunya. Barang bawaannya dititipkan terlebih dahulu dan tidak lupa mengabarkan Umay terlebih dahulu.
Selesainya ia dari sholatnya, Dila menunggu sambil memakan roti untuk mengganjal perutnya. Sesekali meminum air putih untuk mendorong makanan yang sudah di kunyahnya. Akhirnya Umay pun datang dengan istrinya yang bernama Rida Ananda Nismara
"Assalamualaikum"ucap Rida yang membuat Dila yang lelah menunggu mendadak Senang bukan main.
"Waalaikumsalam kakak. apa kabarnya?"tanya Dila yang memeluk sekilas kakak iparnya.
"Baik Alhamdulillah. Ayo kita langsung ke rumahmu."ajak Rida
Dila masuk ke mobil bersama Rida sedangkan Umay meletakkan barang barang Dila ke dalam bagasi mobilnya. Kemudian mobilnya beranjak dari terminal menuju ke rumah Dila. Umay melirik dua perempuan yang ia sayangi sedang berbincang tanpa memperdulikannya. Dirinya merasa seperti supir pribadi mereka.
Sekilas info, Umay dan Rida bertemu pertama kali di Surabaya lalu sama sama cocok melangkah menuju hubungan serius. Namun dengan berkomitmen dan siap ditinggal tugas oleh Rida yang profesinya sebagai polisi wanita. Umay memang mencintai Rida setulus hati, langsung menyanggupinya tanpa berpikir apapun lagi. Dirinya ikhlas ditinggal tugas, sebab ia juga ada pekerjaan yang mengharuskan dirinya terkadang 24 jam berada di keluarga Al Fahri.
Setelah menempuh beberapa menit dari terminal, mobil milik Umay sudah berada ditempat tujuan. Dila mengambil kunci yang di sembunyikan di atas pintu dan membuka pintunya. Terasa sekali teras rumahnya berdebu, padahal baru ditinggal beberapa hari saja.
"Maaf kak, hanya ini saja yang bisa aku sajikan"ucap Dila yang meletakkan minuman dan makanan di meja ruang tamunya seraya mendudukkan dirinya di sofa. Umay dan Rida tentu tidak masalah dengan ucapannya, sebab paham akan habisnya bahan makanan dirumah ini.
"Tidak apa apa, ini sudah lebih dari cukup kok"balas Rida yang tersenyum simpul. Umay sudah menahan dahaga dari tadi akhirnya menyeruput teh hangat miliknya membuat Dila tentu saja menjadi senang hidangannya dicicipi. Disusul dengan Rida dan juga Dila.
Namun kebersamaan mereka tidak lama terjadi, sebab Rida sudah harus kembali berangkat. Setelah mengganti pakaiannya di kamar Dila, akhirnya Rida benar benar pamit dari si empunya rumah dan suaminya sendiri.
"Maaf Dila, kakak akan pergi tugas lagi. Nanti di lain waktu, kita berkumpul lagi seperti ini, tidak apa apa kan?"sesal Rida yang tidak enak hati.
"Gak apa apa kak. Semoga Allah selalu melindungi kakak dari bahaya apapun"senyum Dila mengikhlaskan Rida pergi tugas.
"Aamiin"balas Rida yang beralih dengan suaminya.
"Aku pamit ya Mas. Kalau sudah sampai, nanti aku kabari"ucap Rida yang mencium tangan kanan suaminya dan Umay mengelus kepalanya lalu memeluknya.
Dila melihat interaksi keduanya merasa senang luar biasa. Syukurlah mereka berdua akur dan saling mencintai. Dirinya jadi ingin diperlakukan seperti itu suatu saat nanti. Semoga jodohnya menyayanginya seperti Umay menyayangi Rida.
"Kegiatan Mas hari ini apa?"tanya Rida yang belum benar benar pergi.
"Mas nanti ke tempat kerja dan disini numpang makan"santai Umay yang membuat Rida tidak percaya.
"Astaghfirullah Mas kamu ini ya.. Apakah tidak merepotkanmu Dila?"tanya kak Rida tidak enak hati.
"Gak Kak. Memang seperti itu"sahut Dila. Rida hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menghela napasnya saja. Sedangkan yang dibicarakan mengulas senyum manis dan duduk dengan tenang.
"Baiklah. Ini uang untuk belanjanya dan masakin kucing kesayangan kakak ya Dila"ucap Rida memberikan uang ke Dila dengan terkekeh kecil penuh arti.
Dila menerimanya juga dengan tertawa mendengar sebutan baru untuk kakak sepupunya. Seumur hidupnya, dirinya gak pernah mengatakan hal begitu ke kakak sepupunya, pikir Dila.
"Sembarangan kamu Dek, masa suaminya dikatain kucing sih .."keluh Umay mengelus dadanya pasrah. Itupun membuat Rida dan Dila benar benar tidak bisa menahan tawa.
Singkat cerita ...
Hari ini Dila akan memasak rendang ayam dan sayur sop. Selain rekomendasi dari Umay, dirinya juga ingin memakan rendang saat ini. Jadilah sekarang bau rendang menguar sangat menggugah selera siapa saja yang menghirup wanginya.
"Hmmm...enak banget wanginya. Oiya dek, itu makanannya ditaruh di tempat makan saja ya"pinta Umay memberikan tempat makan lumayan banyak kepada Dila. Beruntung Dila saat ini memasak banyak, jadi dirinya bisa mengabulkan permintaan dari Umay.
"Gak makan disini Kak?"tanya Dila menerima tempat makan yang diberikan Umay.
"Tidak dek, mau dibawa ke tempat kerja saja. Boleh dibawain banyak gak Dek?"sahut Umay yang diakhiri terkekeh kecil. Sungguh dirinya juga kikuk akibat ingat sebutan spesial dari istri tercintanya.
"Boleh dong Kak"balas Dila menyiapkan makan dan oleh oleh dari kampung buat Umay.
Akhirnya Umay pun pamit dari rumahnya dengan membawa beberapa makanan darinya. Dila hanya bisa menggelengkan kepalanya saja mengingat kakak sepupunya sangat diluar prediksi BMKG.
Sementara di ruang makan tim-nya Ustadz Alfi terdapat Azzam, Farhan dan Ustadz Alfi sendiri sedang menunggu Umay datang. Azzam pun sudah mulai tidak sabaran menunggu kedatangan sosok itu seraya mengeluh.
"Astaghfirullah Bang Umay kemana sih lama banget ini, kan kita sudah lapar."keluh Azzam yang mulai memainkan sendok dan membuatnya seakan akan berjalan.
Farhan dan Ustadz Alfi hanya menggeleng gelengkan kepalanya mendengar keluhan dari Azzam. Mereka tahu bahwa Azzam sudah sangat bosan menunggu Umay yang tidak kunjung datang dari tadi.
"Innallaha ma'ashobirin... Allah selalu bersama dengan hambanya yang sabar. Jadi tunggu sebentar ya Zam"ucap ustadz Alfi tersenyum penuh arti dan Azzam hanya menghela napasnya menurut.
Farhan terkekeh kecil dengan interaksi keduanya. Tidak lama kemudian, yang ditunggu tunggu akhirnya datang menghampiri mereka. Datanglah si kucing yang membawa kotak makanan lumayan banyak untuk kawan kawannya.
"Assalamualaikum semua, maaf saya telat"salam umay.
Langkah kaki Umay langsung menghampiri meja makan dengan wajah yang sumringah. Ketiga laki laki yang memperhatikannya tentu saja heran, tapi perut mereka lebih ingin mencicipi makanan yang menggelitik hidung mereka.
"Waalaikumussalam"jawab mereka bertiga serempak.
Umay pun membuka jaketnya dan hanya memakai baju Koko berwarna putih ketika ia sudah meletakkan makanan di meja. Ketika Umay ingin duduk, Azzam pun kembali bersuara.
"Lama banget sih bang. Kami sudah menunggu sejak tadi, Bang Teuku saja sudah pergi dari tadi ke bandara menuju Mesir"interupsi Azzam.
Umay hanya tersenyum saja sambil menghidangkan makanan ke dalam mangkuk untuk mereka bersama Ustadz Alfi. Setelah terhidang, semuanya menikmatinya dengan tenang.
Ustadz Alfi senang dengan rendang ayam yang dibawa Umay. Apalagi rendang adalah kesukaannya sejak lama. Tentu saja membuat piringnya bahkan tidak perlu dicuci sepertinya. Umay menatapnya sekilas lalu tersenyum penuh bangga dengan melihat semuanya menghabiskan makanan yang dibawanya.
"Enak banget masakannya bang"ucap Farhan disetujui oleh kedua laki laki paling muda di antara mereka.
"Setuju banget, ini enak dan cocok dilidah siapa saja. Apakah Kak Rida sedang tidak bertugas? Beliau membuatkan makanan untuk kita?"tanya Azzam antusias. Bagaimanapun istrinya Umay, ia sudah menganggapnya seperti kakaknya sendiri.
"Saya suka sama rendangnya, enak sekali. Kak Rida yang membuatnya Bang?"tanya Ustadz Alfi yang menimpali pertanyaan Azzam. Dirinya kemudian minum air putih lalu menunggu Umay menjawabnya.
"Alhamdulillah kalau semuanya suka. Bukan istri saya yang memasak tetapi adik sepupu saya. Dila yang memasak makanan ini"jawab Umay dengan santai seraya melanjutkan menikmati oleh oleh khas dari kampung.
uhuk..uhuk..uhuk...
Ustadz Alfi tersedak saat sedang minum. Entah mengapa setiap nama itu terpanggil, ia akan merinding sendiri dengan jantung berdetak lebih kencang dari normalnya. Dan satu kenyataan yang baru ia ketahui bahwa Dila adalah sepupu dari Umay. Sungguh, diluar nurul dan diluar prediksi BMKG.
"Astaghfirullah Ustadz kenapa kok bisa tersedak?"Tanya Umay yang merasa heran dengan gelagat sang Ustadz di depannya.
"Tidak ada apa apa kok Bang"ucap Ustadz Alfi yang mencoba tenang dan mengendalikan dirinya. Bingung, satu kata untuk menyatakan keadaannya saat ini sebab ia bahkan belum pernah merasakannya selama ini.
"Wahh masakan Dila sangat enak dan bukankah sangat idaman Al untuk dijadikan istri"oceh Azzam meledek Ustadz Alfi.
Sedangkan Ustadz Alfi sudah memerah wajahnya dan terlihat kikuk di depan mereka semuanya. Sejak kejadian di cafe, Azzam gencar meledek sahabatnya sampai malu ke ubun ubun. Membuat Umay dan Farhan tidak bisa menyembunyikan senyuman akibat interaksi keduanya.
Siang menjelang sore, Umay dan teman temannya sudah pulang termasuk Ustadz juga. Umay pergi ke rumah Dila lagi untuk mengembalikan segala peralatan makan dan makan gratis lagi. mengunci pagar terlebih dahulu lalu memberikan kepada salah satu tim yang tinggal di sekitar tempat tersebut. Setelah itu barulah ia melajukan mobilnya ke arah rumah adik sepupunya.
Beberapa saat kemudian, Umay sudah sampai di depan rumah Dila. ia memarkirkan mobilnya lalu membawa bawaan nya. Sesampainya di depan pintu, ia mengetuk pintu sampai beberapa kali dan akhirnya terbuka sudah pintu nya dan menampilkan Dila di depannya .
"Assalamualaikum dek"salam Umay.
"waalaikumsalam ,,, eh kak Umay silahkan masuk kedalam."ucap Dila mempersilahkan Umay untuk masuk. Umay duduk di sofa dengan meletakkan peralatan makan milik Dila yang ia ambil tadi untuk membawa makanan.
"Makasih ya dek udah di bawain makanan untuk kami semua nya"ucap Umay yang ditanggapi senyuman oleh Dila yang bangkit untuk mencuci semuanya namun dihentikan oleh ucapan Umay.
"kami?"pikir Dila
"Oiya dek, makanannya enak loh. teman kakak dan ustadz juga suka."Ucap Umay tanpa sadar. Ia pun merutuki keceplosan nya itu. Ck terlanjur, bilang aja lah pikirnya. Dilihat Dila bingung seraya meminum es teh yang dibeli tadi di depan rumahnya
"Maksud kakak, ustadz siapa?"tanya Dila.
"Ustadz Alfi lah masa orang lain sih."sahut Umay tersenyum penuh arti.
"hah!? ustadz Alfi"pikir Dila.
Uhuk...Uhuk...
"Ekhem, emang kak Umay itu timnya ustadz Alfi?"tanya Dila mencoba bersikap biasa saja.
"Iya emang kenapa dek?"ucap Umay dengan nada meledek alias wajahnya menyiratkan sesuatu.
"Ah tidak apa apa kak, hehe".ucap Dila yang gugup dengan segera berjalan ke arah dapur. Umay pun mengikutinya dan duduk di meja makan melihat Dila mencuci tempat makan yang dibawanya.
"Oiya kak, boleh gak besok kak Umay antar Dila yah"ucap Dila.
"Boleh. kemana ini?"tanya Umay.
"Buat beli tiket sama ke tempat......."jawab Dila terhenti dan tampak ragu. Umay menatap serius menanti terusan dari kalimat adiknya ini.
"Ke tempat Ustadz Alfi"jawab Dila melirih. Sontak saja Umay terkejut dan hampir tertawa akibat itu.
"Ustadz Alfi? Hayyoo mau ngapain dek....ciee"ledek Umay seraya menaikturunkan alisnya dengan tersenyum begitu lebar.
"Eh!? apa apaan sih kak. Jangan mikir macem macem deh. Aku hanya ingin bertemu saja"ucap Dila tremor bahkan cuci piringnya perlahan lahan.
"Macam macam gimana dek? emang bilang kalau kamu bertemu buat nikah sama ustadz? kayaknya kalian cocok deh. Kau tahu, masakanmu dipuji sama ustadz loh"kompor Umay seperti tidak ada habis habisnya seakan akan mengalahkan meledaknya kompor. Pipi Dila tiba tiba memerah dan hampir saja jantungan dibuatnya. Piring yang ia pegang bahkan silap hampir jatuh namun masih sempat digenggam kuat olehnya.
"Kenapa aku begini ya allah? apa aku terlalu mengagumi ustadz yaa dan sampai merasa malu hanya dengan ledekan kak umay. hadduh kenapa otak dan hatiku tak sama"pikir Dila
"It's oke. besok kakak akan mengantarmu"ucap Umay yang membuat Dila terkekeh demi menghalau malu luar biasa.
bersambung...
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/