Peramal Tampan Yang Misterius

Sudah dua kali Amy mencuci wajahnya tapi semua itu tidak terasa cukup. Dia memutuskan berada di kamar mandi, mencoba mempercayai ucapan gila Lucas akan hubungannya dengan Andrew.

Semua itu terdengar gila bagi dirinya. Bagaimana mungkin  Andrew adalah Lucas yang datang dari masa depan? Tidak ada hal seperti itu dan dia rasa Lucas hanya sedang mengarang sebuah cerita untuk menipu dirinya tapi untuk apa?

“Kau tidak gila, Amy. Kau tidak gila sama sekali!” dia berbicara pada dirinya sendiri untuk meyakinkan dirinya jika semua itu hanyalah sebuah lelucon yang dilontarkan oleh Lucas.

Suara seorang perawat yang masuk ke dalam ruangan terdengar. Amy masih memilih berada di kamar mandi. Dia kembali mencuci wajahnya namun air yang membasahi wajahnya terasa nyata. Dia juga bisa merasakan rasa sakit. Berarti dia tidak sedang bermimpi dan dia pun tidak gila.

Amy memutuskan keluar setelah perawat yang memeriksa keadaan Lucas pergi. Sekarang waktunya berbicara dengan pria itu lagi. Dia harap Lucas hanya bercanda saja.

“Kau pasti hanya bercanda denganku, bukan?”

“Apa kau tidak percaya dengan apa yang aku katakan, Amy?”

“Tidak. Tidak ada yang seperti itu jadi aku tidak percaya sama sekali dengan apa yang kau katakan. Mana mungkin Andrew adalah dirimu yang datang dari masa depan? Kau pasti melemparkan lelucon ini untuk menghibur aku supaya aku tidak terlalu mengkhawatirkan keadaanmu. Katakan jika apa yang aku katakan ini benar, Lucas?”

“Seperti yang kau katakan, aku memang menipumu saja supaya kau tidak sedih akan keadaanku,” dia sudah mengatakannya namun Amy tidak percaya tapi lebih baik seperti itu, lebih baik Amy tidak tahu akan kebenarannya.

“Kau sungguh menyebalkan, Lucas. Kenapa kau menipu aku dengan membuat kebohongan seperti ini?” meski banyak tanda tanya besar dalam hati serta keanehan yang terjadi namun apa yang diucapkan oleh Lucas sungguh tidak masuk di akal.

“Aku hanya ingin menghiburmu agar kau tidak terlalu mengkhawatirkan aku, Amy.”

“Tapi tidak seperti ini caranya,” Amy memandanginya namun dia jadi merasa jika Lucas tidak sedang bercanda.

“Apakah yang kau katakan itu benar, Lucas?” kini dia ragu pada dirinya sendiri.

“Apa yang aku katakan boleh kau percaya dan boleh tidak. Aku sendiri tidak mempercayainya, Amy. Seperti dirimu, itu terdengar seperti sebuah lelucon bagiku dan kau bisa memutuskan untuk mempercayai perkataanku atau tidak!”

“Jika begitu, ke mana perginya Andrew? Kenapa dia menghilang begitu saja dan kenapa justru kau yang menerima peluru itu padahal aku melihatnya dengan jelas jika Andrew'lah yang tertembak. Apa sebenarnya yang terjadi antara kau dan Andrew, Lucas?”

“Aku juga tidak tahu kenapa hal seperti ini bisa terjadi, Amy. Aku juga butuh sebuah penjelasan jadi aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu ini karena apa yang terjadi denganku sulit aku terima dengan akal sehatku.”

Amy jatuh terduduk. Dia mengira Lucas akan memberikan jawaban untuk pertanyaan itu tapi rupanya Lucas juga sama seperti dirinya yang membutuhkan  jawaban untuk apa yang mereka alami.

“Kenapa, Kenapa hal membingungkan seperti ini terjadi dengan kita. Kenapa Andrew tiba-tiba menghilang?”

“Ya, seharusnya dia tidak menghilang agar kau tidak kebingungan seperti ini. Seharusnya akulah yang menghilang supaya kau dapat selalu bersama dengannya.”

“Kenapa kau berbicara seperti itu, Lucas? Mau kau ataupun Andrew, aku tidak ingin kalian berdua menghilang!”

“Tapi salah satu dari kami harus menghilang, Amy!”

“Kenapa harus seperti itu?”

“Memang seperti itulah yang harus terjadi. Kau tidak bisa memiliki keduanya dan kau harus memilih antara satu jadi salah satu dari kami memang harus menghilang!”

“Perkataanmu semakin tidak bisa aku mengerti saja, sebaiknya kita lupakan masalah itu karena sangat membingungkan. Saat ini yang paling penting adalah keadaanmu. Katakan padaku jika kau menginginkan sesuatu,” lupakan saja, semakin dia ingin tahu semakin dia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sebaiknya dia tidak tahu sama sekali tapi jika dia bertemu dengan Andrew maka dia akan menanyakan hal itu sampai selesai tapi dia tidak akan bertemu lagi dengan Andrew.

“Sudah aku katakan, yang aku inginkan hanya Keberadaanmu di sini. Apa kau mau menemani aku, Amy?”

“Tentu saja. Tanpa kau pinta pun aku akan tetap berada di sini untuk menemani dirimu. Oh, aku hampir melupakannya,” Amy beranjak untuk mengambil makanan yang dia sisakan untuk Lucas, "Aku menyisakan makanan untukmu," ucapnya.

"Terima kasih, apa tidak ada yang datang?" dia ingin tahu apakah ada yang datang untuk melihat keadaannya? Dia yakin keluarganya pasti sudah tahu akan apa yang dia alami.

“Siapa? Apa kau menunggu kekasihmu datang?” Amy sudah kembali duduk di sisinya dan mengeluarkan makanan yang masih di dalam kantong.

“Tidak, aku tidak memiliki kekasih. Apa ada yang mau dengan pria gemuk sepertiku ini, Amy?”

“Jika kau banyak uang, itu bukan hal yang mustahil. Para wanita sudah pasti akan jatuh hati padamu!”

“Sayangnya tidak ada yang menyukaiku meskipun aku banyak uang.”

“Benarkah, apa tebakanku salah?”

“Sepertinya tidak tapi apakah tidak ada yang datang?”

“Entah siapa yang kau tunggu, Lucas. Tapi sekelompok orang memang datang ketika kau menjalani operasi. Seorang pria tua bersama dengannya. Apakah mereka adalah anggota keluargamu?”

“Apa yang mereka lakukan padamu, Amy? Apa mereka mengganggumu?” dia tak menduga jika akan ada yang datang. Apa harus menunggu dia mati barulah ada yang peduli dengan dirinya?

“Mereka tidak melakukan apa pun padaku. Memangnya mereka siapa?” banyak pertanyaan yang perlu dijawab tapi tak satupun jawaban yang dia dapatkan karena Lucas berkata jika mereka bukanlah siapa-siapa.

Amy menyuapi Lucas makan. Pemuda itu tentu saja sangat senang karena ada yang peduli pada dirinya. Mereka tidak lagi membicarakan keanehan yang terjadi karena tidak ada yang bisa menjelaskan dan tidak satupun dari mereka yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di hati mereka sebab tidak saja Amy yang butuh jawaban atas kejadian aneh yang mereka alami, tapi Lucas juga membutuhkan jawabannya.

“Terima kasih, Amy,” Lucas memegangi tangan Amy yang sedang menyeka wajahnya, “Aku sangat berterima kasih karena aku peduli denganku!”

“Tidak perlu berterima kasih, Lucas. Aku yang seharusnya?” ucapan Amy terhenti, Amy terkejut karena Lukas mencium telapak tangannya.

“Tidak, akulah yang berterima kasih.”

“A-aku,” Amy menarik tangannya dengan cepat. Dia jadi gugup, wajahnya juga memerah.

Amy bergegas pergi, kenapa dia jadi malu? Itu hanya sebuah ciuman di tangan tapi entah kenapa membuatnya jadi berdebar namun ada sesuatu yang dia rasa tidak asing. Kenapa dia merasa sentuhan yang Lucas berikan seperti yang pernah Andrew berikan? Pasti ada yang salah, dia yakin itu. Apa yang dikatakan oleh Lucas mengenai  hubungannya dengan Andrew pasti tidak benar sama sekali.