NovelToon NovelToon
RAMALAN I’M Falling

RAMALAN I’M Falling

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Selasa

Soraya adalah gadis paling cantik di sekolah, tapi malah terkenal karena nilainya yang jelek.
Frustasi dengan itu, dia tidak sengaja bertemu peramal dan memeriksa takdirnya.

Siapa sangka, selain nilainya, takdirnya jauh lebih jelek lagi. Dikatakan keluarganya akan bangkrut. Walaupun ada Kakaknya yang masih menjadi sandaran terahkir, tapi Kakaknya akan ditumbangkan oleh mantan sahabatnya sendiri, akibat seteru oleh wanita. Sementara Soraya yang tidak memiliki keahlian, akan berahkir tragis.

Soraya jelas tidak percaya! Hingga suatu tanda mengenai kedatangan wanita yang menjadi sumber perselisihan Kakaknya dan sang sahabat, tiba-tiba muncul.



Semenjak saat itu, Soraya bertekad mengejar sahabat Kakaknya. Pria dingin yang terlanjur membencinya. ~~ Bahkan jika itu berarti, dia harus memaksakan hubungan diantara mereka melalui jebakan ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18

Kantin Rumah Sakit yang mulai kembali sepi, mendekati berakhirnya jam makan siang. Tapi Sean dan Taira masih asik mengobrol. Atau lebih tepatnya, Taira berbicara dan Sean mendengarkan dengan seksama. Ini membawa sensasi aneh bagi masing-masing mereka.

Taira yang social butterfly, memiliki teman-teman dari kalangan yang sama. Jadi ketika ada dalam pembicaraan, itu tidak pernah menjadi pembicaraan satu arah, selalu ramai dan bahkan ada persaingan dalam pembicaraan. Tapi kali ini, dia menjadi pembicara satu arah, sampai tidak sadar tentang seberapa banyak dia bicara.

Sementara Sean, dia hampir hampir tidak memiliki teman selain Rafael. Jadi dia sedikit kaget, tentang betapa mudahnya Taira mengalir dalam perbincangan mereka, yang sebenarnya masih terhitung orang baru bagi satu sama lain. Tapi disatu sisi ini membuatnya senang. Senang membayangkan, betapa terhibur Ibunya pasti, setelah berbicara dengan Taira tadi.

Hingga akhirnya, Sean yang masih setia mendengar, tiba-tiba teralihkan dengan aura yang sangat familiar baginya. Benar saja, saat dia meluaskan pandang, Sean mendapati sang sahabat berdiri di pintu masuk sambil menatap kearahnya.

“Rafael?” Kaget Sean, yang membuat Taira ikut menoleh.

Mereka telah berteman sejak SMA, jadi hanya dengan melihat, bahkan dari kejauhan, Sean tahu bahwa Rafael sedang tidak senang saat ini. Maka untuk itu dia langsung berdiri, yang diikuti Taira.

“Rafael disini?” Bingung Taira yang masih tidak percaya.

Namun melihat bagaimana pria itu berjalan ke arah mereka, dia tiba-tiba menahan nafas. Tidak sadar, bahwa tangannya bergerak alami mengatur pakaian dan rambutnya.

“Raf, kau disini?”

Rafael yang masih dibawah mantra Soraya, hanya menganggukkan kepalanya kecil. Dia sedikit berat untuk bicara sebenarnya. “Mm, aku datang menengok.”

“Kenapa tidak memberitahu?”

“Entahlah, pemberitahuannya mungkin ditahan.”

Dahi Sean mengerut mendengar hal ini. Jika tidak ada Taira, dia mungkin akan langsung pada inti pertanyaan, tentang ada apa dengan pria di depannya ini. Namun karena ada Taira, dia hanya mengeluarkan ponselnya untuk menyadari bahwa ponselnya ada dalam mode pesawat.

“Maaf.” Ujar Sean, sambil menunjukkan ponselnya pada Rafael.

“Tidak masalah. Jika kalian sudah selesai, Ibumu menunggu.”

Taira yang menatap Rafael sedari awal, sedikit kecewa ketika tidak ditatap Rafael sama sekali. Ini membuat lidahnya kelu, bahkan untuk menyapa.

“Ah, ya, kami sudah selesai.” Ucap Sean, menatap Taira. Membuat Taira hanya bisa mengangguk pelan.

“Aku balik duluan.” Ucap Rafael, yang sudah siap beranjak begitu saja. Tangannya yang diletakkan di kedua saku celana, membuatnya semakin kaku terlihat.

Taira yang melihat punggung Rafael menjauh darinya, kembali menahan nafas panjang. Sean yang juga tahu ada sesuatu yang salah, mau tidak mau harus segera mengejar Rafael.

“Taira, bukankah masih ada sesuatu yang harus kau lakukan?”

Taira yang sudah mengatakan itu di awal, hanya bisa mengangguk kembali.

“Kalau begitu, mari bicara kembali lain waktu. Aku juga harus kembali. Terima kasih, sudah mau makan siang bersama.” Ucap Sean, sebelum mengambil langkah untuk pergi juga, menyisakan Taira mematung seorang.

•••

“Bung,” Panggil Sean, yang menghentikan langkah Rafael dengan satu pegangan di bahu. “Aku tahu ini bukan sekedar dugaan ku. Jadi, ... Apa yang terjadi?” Tanya Sean to the point.

Tapi sebagai seorang pria, Rafael jelas tidak bisa menuangkan keluhan hatinya dengan mudah. Atau kalau tidak, bayangkan betapa canggungnya jika orang lain tahu, bahwa dia sedikit tidak senang dengan seorang gadis, karena saudara gadis itu menyakiti saudaranya. Jadi pada akhirnya, Rafael hanya bisa mengangkat alisnya, berpura-pura tidak mengerti.

“Apa maksudmu?”

“Jangan berkilah. Aku tahu kau. Kau sedang tidak senang. Katakan, apa yang membuatmu seperti itu!”

Pada akhirnya, Rafael sedikit terkekeh mendengar betapa percaya diri Sean, terhadap pengenalan mereka satu sama lain. Meskipun dia tidak mengatakan secara terang-terangan, tapi dia masih mengakui bahwa dia memang memiliki suasana hati yang sedikit buruk saat ini.

“Ibumu sudah menunggu! Ayo.” Ajak Rafael, yang sudah sudah kembali melangkah. Berdua mereka mendapatkan suasana hati yang baik kembali, dan berjalan bersama.

Taira yang melihat interaksi itu dari kejauhan, menjadi ikut senang. Tapi saking senangnya, sampai dia ingin menyusul.

~~

KLEK. Pintu dibuka, dan langsung mengejutkan Sean. Itu bahkan bukan lagi mengejutkan, karena dia sampai termundur beberapa langkah dengan mata penuh waspada.

“Adikku, … dia ingin ikut.” Jelas Rafael kaku.

Dia tahu hubungan Sean dan Soraya tidak baik. Tapi sebagai mana Soraya telah mencoba bersikap sopan, dia ingin Sean memiliki pengertian.

Sean menelan ludahnya kasar. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa sekarang. Mau maju untuk masuk dia tidak ingin, mau mundur keluar, ada Rafael di belakang. Entah apa yang akan dipikirkan sahabatnya itu, jika dia mundur setelah melihat Soraya, pikir Sean.

Beruntung, sebuah panggilan datang memastikan langkahnya. “Sean, kenapa kau diam disitu? Kemarilah.” Suruh Lusi.

Meski langkahnya berat, Sean tetap mendekati Ibunya yang sedang duduk di ranjang, dengan Soraya yang sedang mengupaskan buah disamping.

Melihat Soraya yang tiba-tiba menatapnya dengan cengiran kecil dan tangan melambai, membuat pundak dan punggung leher Sean menjadi berat seketika. Ini mengingatkannya pada mitos, tentang reaksi tubuh jika ada setan disekitar.

“Lama sekali makan siangnya, mana Nak Taira?”

“Ah, Taira dia sudah—”

Tuk, tuk, tuk.

Suara ketukan menginterupsi perkataan Sean, membuat mereka yang dalam ruangan saling memandang.

“Biar aku.” Ujar Rafael, yang tadinya sudah duduk di sofa, bangkit untuk membuka pintu.

Karena siapapun yang datang, mereka tahu itu bukan pegawai Rumah sakit, yang akan repot-repot mengetuk.

Tapi sepertinya tidak perlu menjadi pegawai Rumah sakit untuk membuka pintu lebih dahulu. Taira yang terlalu bersemangat, mengambil inisiatif lebih dahulu membuka pintu.

BUG.

Rafael memegang dahinya dengan tertahan, mencoba tetap tenang dengan sebelah tangan masih pada saku celana.

“Astaga, maafkan aku. Maafkan aku Rafael. A-aku tidak sengaja, tolong maafkan aku.” Ulang Taira, panik. Dia benar-benar tidak menyangka, bahwa Rafael akan berada di balik pintu, saat pintu yang dibukanya adalah tipe terdorong kedalam.

“Rafael, tolong maafkan sekali lagi. Aku benar-benar tidak sengaja.”

Dih, duh, dih! Lihat gayanya meminta maaf, apa dia dari negeri timur? menunduk begitu dalam. Ceriwis Soraya di hatinya.

Soraya berusaha keras untuk tidak sembarangan membuka mulutnya saat ini. Selain karena ada Lusi, adanya Sean, telah menambah tekanan padanya, sadar tidak sadar.

Lah kenapa si bengek no respon begitu! Udah bosan dia jadi gentleman? Kira Soraya pada Rafael, yang masih belum memberikan reaksi apapun.

Benar saja, saking lamanya Rafael merespon permintaan maaf Taira, Sean sampai harus menengah.

“Taira, sudah. Rafael tidak apa-apa.”

Taira masih memandang cemas Rafael, yang masih terdiam. Beruntung, tidak lama kemudian Rafael segera mengangguk terhadap ucapan Sean. “Itu benar, aku tidak apa-apa.”

“Su-sungguh?” Cicitnya, yang mendapat anggukan mantap Rafael.

Taira yang sudah berkaca-kaca matanya, akhirnya bisa bernafas nafas lega. Masih ada sesal, tapi dia sudah bisa tersenyum.

“Tapi, kenapa kau disini?” Tanya Sean, yang membuat Taira menunduk malu.

“Tidak, aku hanya ingin kembali melihat Ibu. Karena temanku di lab sedang keluar sebentar.”

Ibu? Ibu? si Tai manggil Ibunya Sean, Ibu juga? like what? yang benar saja. Apa dia sudah seratus langkah di depanku! Panik Soraya lagi.

Sementara Lusi yang mendengar alasan kedatangan Taira, sedikit menahan nafas. Dia terharu dengan kunjungan itu, tapi sedikit tidak enak pada Soraya. Jadi Lusi menatap Soraya, seolah meminta pengertian.

Soraya yang ditatap seperti itu oleh Lusi dalam situasi yang kacau bagi batinnya, malah kehilangan kendali dalam beberapa detik. Dia mengangkat sebelah alisnya, dan dengan mata yang menyalang menatap balik Lusi.

“Kenapa liat liat?!”

Nadanya yang jauh dan dingin, mengejutkan semua orang. “Eh? Sora?” Bingung Lusi.

Satu detik, dua detik, tiga detik, butuh lima detik bagi Soraya untuk mendapatkan kembali kesadarannya, itupun setelah melihat bayangan Sean berjalan kearahnya.

Clap, clap, clap. — “Hihiiii-hiiihi ….”

Pada akhirnya pura-pura gila, adalah satu-satunya jalan keluar bagi Soraya. Dengan tepuk tangan, dan tawanya yang menakutkan, Soraya menepuk lembut punggung tangan Lusi.

“Tante serius amat. Kek orang sakit jantung. Hihi….”

“Soraya!” Panggil Rafael dengan tekanan.

Sean yang sempat terhenti langkahnya, kembali menjadi geram, mendengar sakit Ibunya dibercandakan Soraya. Dia sudah mengambil langkah untuk menjauhkan keduanya, ketika mendengar sang Ibu tertawa lepas.

“Aduh Sora, kamu bikin Tante sakit perut. Tapi benar, Tante memang sakit jantung.”

“Eh buset!” Kaget Soraya.

1
Esti Purwanti Sajidin
wedewwww lanjut ka sdh tak ksh voteh
Nixney.ie
Saya sudah menunggu lama, cepat update lagi thor, please! 😭
Ververr
Aku udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temen aku. Must read banget!👌🏼
Oralie
Masuk ke dalam kisah dan tak bisa berhenti membaca, sebuah karya masterpiece!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!