Giska adalah anak dari seorang sopir di sebuah perusahaan. Ia terkejut saat ayahnya mengatakan bahwa Giska akan menikah dengan anak dari bos tempat papanya bekerja. Giska kaget saat tahu kalau lelaki itu dingin, sombong, arogan. Ia berkata : "Kita menikah, kamu harus melahirkan anak laki-laki untukku lalu kita bercerai."
Mampukah gadis berusia 19 tahun itu menjalani pernikahan seperti ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memaafkan
James menatap Kelly. "Aku tahu kalau aku jahat padamu. Ku pikir kesabaranmu menunjukkan bahwa kamu wanita yang pantas untukku. Ternyata tidak. Kita akan pulang ke Amerika. Biarkan Lerry sementara di sini karena ia memang harus menyelesaikan penelitiannya. Aku akan menceraikan mu, Kelly. Aku tak akan mengusik lagi dengan siapa kamu pernah selingkuh sehingga melahirkan Lana. Yang aku inginkan adalah, kita berpisah tanpa drama dan hak asuh Lana ada padaku. Kamu masih muda. Kamu bisa memiliki anak lagi dengan lelaki manapun yang kamu inginkan. Jangan usik lagi ponakanku. Karena Alka sudah memiliki kehidupannya sendiri."
Kelly tersenyum saat mendengar James menyebutkan nama Alka. "Baguslah kalau kamu sudah tahu siapa ayahnya Lana. Kamu pikir Alka akan diam begitu saja? Ia menyukai anak-anak."
James tertawa. Ia melemparkan hasil pemeriksaan DNA Alka dan Lana. "Kamu pikir Geo Almando adalah lelaki bodoh? Ia adalah ayah yang luar biasa bagi putranya. Geo sudah membuktikan kalau Lana bukanlah anak dari Alka."
"Tidak mungkin !" Kelly membaca hasil DNA itu. "Ini pasti sudah direkayasa."
James tersenyum sinis. "Mungkin kamu lupa bahwa Gilbert Alberto adalah aktor tampan yang wajahnya mirip Alka dan mereka memiliki wajah yang sama."
Wajah Kelly langsung pucat mendengar nama Gilbert. Tentu saja ia tak lupa. Bagaimana Aktor tampan itu menggodanya. Bagaimana rayuan manis Gilbert membuat Kelly rela tidur dengannya. Namun hanya beberapa kali saja. Tak sebanyak ia tidur dengan Alka. Makanya Kelly sangat yakin kalau Lana adalah anak Alka.
"Om ku itu memang sangat tampan dan penuh pesona. Namun jangan kau lupa, ia lelaki yang tak suka dengan pernikahan, dengan anak karena ia lebih menyukai dirinya sendiri. Segera bereskan barang-barang mu dan Lana. Penerbangan kita jam 9 malam ini. Sesampai di Amerika, aku memberi kamu waktu selama seminggu untuk meninggalkan rumah."
"Tidak, James. Jangan pisahkan aku dengan Lana."
"Kamu dapat mengunjungi Lana setiap Sabtu dan Minggu. Kamu bahkan dapat mengajaknya tidur di tempatmu. Namun jangan coba-coba membawa Lana kabur dariku." James memegang dagu Kelly. "Kamu tahu aku bukan hanya brutal di ranjang, tapi juga di luar ranjang, aku bisa lebih kejam dari psikopat." ancam James sebelum keluar dari kamar.
Kelly menangis sambil memegang wajahnya. Hancur sudah semua angan-angannya untuk bersama Alka. Kelly juga tak pernah berhubungan dengan Gilbert lagi. Kepada siapa wanita ini akan bergantung nanti. Sangat jelas terlihat kalau James membencinya.
************
Deo datang ke rumah sakit. Ia mendengar dari April Giska cepat pulang setelah ujian karena papanya sakit. Saat Deo mengatakan kalau ia akan ke rumah sakit April pun ikut bersama lelaki itu.
"Bagaimana kabar ayahmu?" tanya Deo sambil memegang tangan Giska.
"Ayah belum sadar. Keadaannya masih kritis. Aku takut sesuatu yang buruk akan menimpanya." Mata Giska menjadi berkaca-kaca.
"Jangan berkata seperti itu, Gis. Kita harus punya harapan." kata April sok perhatian. Pada hal hati gadis itu menjadi panas melihat tangan Deo dan Giska yang saling bertautan.
"Kamu sudah makan?" tanya Deo. Giska menggeleng.
"Kamu harus jaga kesehatan, sayang. Tunggu sebentar ya? Aku mau membelikan makanan." Deo langsung berlalu dari tempat itu.
April pun duduk di dekat Giska. "Gis, ayahmu sakit kanker kan?"
Giska mengangguk.
"Kalau sudah masuk stadium 4, biasanya nggak akan sembuh."
Giska menatap April dengan dahi berkerut. Tadi saat ada Deo, sahabatnya ini sok memberi perhatian. Kenapa sekarang berubah?
April mengusap tangan Giska. "Aku mengatakan ini bukan bermaksud membuatmu down. Aku ingin kamu siap untuk semua kemungkinan terburuk yang ada. "
Giska memejamkan matanya sejenak. "Aku selalu berdoa agar ayah sembuh dan bisa melihatku berhasil, melihatku memiliki anak karena memang itu yang ayah inginkan."
"Kamu tak berpikiran untuk menikah muda kan?"
"Deo sudah melamar ku." kata Giska dengan sengaja. Ia ingin melihat reaksi teman penghianat ini.
"De...Deo melamar mu?"
"Ya. Deo ingin menikah saat ini juga. Namun aku belum siap."
"Betul, Gis. Jangan buru-buru menikah hanya karena keadaan. Kamu baru 19 tahun. Kalau aku sih sudah 20."
Giska dapat melihat wajah April yang gelisah saat tahu kalau Deo melamarnya. Ingin rasanya Giska mengusir perempuan bermuka dua ini. Namun ia masih berusaha sabar.
Deo datang dengan sebuah kotak makanan.
"Ayo makan, sayang."
"Aku nggak lapar." tolak Giska.
"Aku suapi kalau kamu nggak mau makan." ancam Deo sambil menahan senyum..Ia tahu Giska paling tak suka disuapi.
"Baiklah aku makan."
"Nah gitu dong." Deo tanpa sadar mengusap kepala Giska dan justru hal itu mengingatkan Giska pada kebiasaan Alka yang suka mengusap kepalanya.
"Kenapa?" tanya Deo melihat Giska yang nampak termenung.
"Nggak." Giska buru-buru menggeleng dan menepis bayangan Alka. Ia pun berusaha menikmati makanannya.
2 jam kemudian.....
"April, kamu pulang saja. Ini sudah malam." ujar Deo.
April nampak kesal. "Tapi aku mau menemani Giska."
"Kamu pulang saja. Sebentar lagi aku akan pulang dan Deo yang akan mengantarku. Para perawat tak mengijinkan kami menginap di sini." Giska berbohong. Jujur saja ia mulai kesal kepada April karena setiap.kali.Deo akan bersikap mesra dan menunjukan perhatian pada Giska, perempuan itu selalu mencari cara agar perhatian Alka beralih kepadanya.
"Aku juga tak bisa mengantar kamu. Rumah kita kan berbeda arah. Kalau rumah Giska dan aku sama arahnya." tambah Deo.
April akhirnya pulang juga walaupun dengan rasa kesal di hati. Dia tak ingin Deo semakin dekat dengan Giska. Bagaimana pun April sudah banyak berkorban untuk mendapatkan perhatian Deo. Apalagi saat ia dan Giska putus. April selalu menghibur Deo. Bahkan dalam keadaan mabuk, Deo tak sadar kalau April menciumnya.
"Kamu juga pulang. Ini sudah jam 8 malam." ujar Giska. "Kamu kan ada kuliah pagi."
"Aku akan mengantar mu."
"Mengantar ku ke rumah Alka? Jangan! Rumah itu dipenuhi CCTV. Papa nya Alka pasti akan banyak bertanya tentang keberadaan mu."
Deo nampak kesal. "Sampai kapan kamu akan di sana, sayang? Aku selalu takut kalau Alka akan memaksakan kehendaknya padamu."
Giska memegang tangan Deo. "Jangan curiga. Aku sudah katakan, Alka mungkin diluar terlihat brengsek dan arogan. Tapi dia lelaki yang pegang janji. Dan dia sudah berjanji tak ada kontak fisik diantara kami." Giska berbohong. Ia berbohong untuk membuat Deo tenang. Beberapa hari yang lalu, hampir saja ia dan Alka menjadi lupa diri.
"Jadi kamu akan pulang sendiri?" tanya Deo.
"Nggak. Alka dan papanya akan segera datang. Makanya sebaiknya kamu pulang saja."
Deo mendesis kesal. Namun ia berusaha sabar. Ia mengecup dahi Giska. Ciuman itu membuat Giska sebenarnya merasa kalau ini salah. Ia adalah istri orang.
"Sampai jumpa besok ya?" pamit Deo dan segera meninggalkan Giksa.
Di depan pintu masuk rumah sakit, Deo berpapasan dengan Alka dan seorang lelaki parubaya. Deo yakin itu adalah papanya Alka karena kemiripan wajah mereka. Alka juga sempat melihat Deo. Tapi karena memang Alka yang arogan dan malas berbasa-basi, ia pun terus melangkah seolah tak mengenal Deo.
"Sayang, kamu pasti sudah capek." Alka langsung mendekati Giska dan memeluknya. Giska hanya tersenyum. Geo sendiri langsung menemui dokter jaga untuk menanyai keadaan ayahnya Giska.
"Pasti nggak capek kan? Di temani kekasih hati." bisik Alka membuat Giska mencubit perut lelaki itu.
"Kenapa, cemburu?" tanya Giska sambil mencibir.
Alka mengusap perutnya yang dicubit Giska. "Mimpi kali aku harus cemburu pada seorang bocil. Aku hanya bersyukur karena bocil itu cepat pulang sebelum aku dan papa tiba di sini. Bagaimana kalau papa melihat kalian berdua yang duduk sambil bergandengan tangan?"
Giska menatap Alka. "Kok kamu tahu sih kalau kami duduk sambil bergandengan tangan?"
"Itu kan gaya berpacaran para bocil."
Giska tersenyum mengecek. "Nggak kayak gaya pacaran orang dewasa ya? Paling Ujung-ujungnya langsung di atas ranjang."
"Benar." Alka menjentikkan jarinya.
Giska ingin bicara lagi namun melihat Geo Almando yang sudah selesai bicara dengan dokter, ia terpaksa diam.
"Kata dokter belum ada perubahan apapun dengan kondisi ayahmu. Sabar dan terus berdoa ya nak? Sekarang kita pulang saja. Papa nggak mau kalau kamu sakit." kata Geo sambil menatap menantunya itu dengan penuh perhatian.
"Baiklah." Giska mengalah walaupun ia sebenarnya tak ingin meninggalkan papanya sendiri.
Saat mereka tiba di rumah, Lerry nampak sedang duduk sendiri.
"Daddy mu sudah pergi, nak?" tanya Geo.
"Sudah, uncle. Pak Rudi yang mengantarkan mereka ke bandara. Mungkin sekarang pesawatnya sudah mengudara." jawab Lerry sambil menatap jam tangannya.
"Nikmati waktu mu di sini ya? Kalau perlu sesuatu, bilang ke uncle, Alka atau Giska."
Lerry hanya mengangguk. Geo pun permisi untuk ke kamarnya. Setelah Geo pergi, Lerry secara tak terduga memeluk Alka. "Aku lega saat Daddy mengatakan kalau kamu bukan ayah biologis Lana."
"Terima kasih sudah memaafkan ku." Alka menarik napas lega.
"Besok pagi kita main bola ya?" ujar Lerry membuat Alka mengangguk senang.
"Aku boleh ikut ya?" Giska memohon dengan kedua tangannya ada di depan dadanya.
"Boleh. Kamu jadi penyemangat untuk kami." ujar Lerry sambil memeluk pundak Giska. Alka terpana. Ia dapat melihat binar cinta di mata Lerry. Apakah sepupunya itu menyukai Giska?
*********
Cemburu kah Alka ?
walopun di awal2 bab sedikit gemes dg karakter Alka yg super duper cuek, tapi pada akhirnya berubah jadi super bucin ke Giska..
finally happy ending.. saya suka.. saya suka..
Akhirnya mereka bisa mewujudkan impian kedua ortu masing2, walopun pada akhirnya hanya papa Geo yg bisa melihat langsung anak Alka-Giska dan itupun hanya sebentar..
benar2 perjuangan yg luar biasa ya papa Geo..
tetep berbau "bule" ya mak, walopun cuma blasteran..
secara visual benernya lebih suka sama Rudi, hehe.. tapi itu kan preferensi masing2..
seneng banget deh bisa reunian sama Juragan Wisnu-Naura..
kangennya lumayan terobati..
jujur, karya2 awal (alias para sesepuh) menurutku yg paling ngena di hati..
mulai dari empat sekawan Faith-Ezekiel, Ben-Maura, Edward Kim-Lerina, Arnold Manola-Fairy, trus jgn lupakan Giani-Geronimo dan yg khas nusantara tentunya juragan Wisnu-Naura..
semuanya karyamu aku suka mak, tapi kisah mereka yg paling tak terlupakan..
anyway, semoga sehat selalu ya mak..
tetap semangat berkarya apapun yg terjadi dan semoga sukses selalu baik di dunia halu dan nyata.. 💪🏻😘😍🥰🤩
alur cerita menarik dengan alur yg lambat dan terkadang juga cepat dengan mengalir dan tidak muter2.
terimakasih atas bacaannya yang menarik thor.
terus semangat berkarya...❤️❤️