NovelToon NovelToon
MY BLOOD: Lycoris Radiata

MY BLOOD: Lycoris Radiata

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Transmigrasi ke Dalam Novel / Mata-mata/Agen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Chicklit
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: olivia junia f.

Mencintai akan di sakiti.
Di cintai akan menyakiti.
Saling mencintai akan tersakiti
Sang anak Athena bersinar bak surya.
Merubah konsonan takdir dunia.

Kekasih takdir yang saling memberontak.
Membuat jurang kebodohan.
Sang anak Athena yang terus merintih sakit.
Yang melihatnya adalah saksi-saksi kekejaman takdir.

Sinopsis: Seorang dara yang masuk ke dalam sebuah novel Dektektif dengan segudang misteri. Namun tidak pernah terpikirkan bahwa dia memiliki peran di bawah pena takdir.

Terbagi menjadi pikiran dan emosi, sang jiwa luntang-luntung mencari jiwa yang asli. Paus yang bertemu putri duyung di pinggir laut lepas, serta sang Dewi yang terus mencari sang dara.

Mengikat janji di bawah lembayung biru bumantara dan berkeliaran di dunia yang menurutnya fiksi. Sang dara yang terus mencari apakah ia pikiran atau emosi, sampai ia mengetahui ekspresinya adalah 'kebohongan'.

—BLUE ROSE—

Tak peduli bahwa ia merubah takdir, takdir tetaplah takdir. Ia tidak akan bisa menebus semua dosanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon olivia junia f., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28: Serigala Memburu Rubah (1)

Mata Kimi Ni Maeruhi—ShionMiyawaki

00:08 ————————————— • ——————01:06

⏭ ▶ ⏮

“**Serigala berlarian kesana-kemari dengan kawannya, mencari seekor rubah yang mengibaskan ekornya dengan liciknya.” —Kyuusaku Giyuu**.

Terimakasih untuk semuanya ...

♪♣

Sang Komandan pasukan Polisi Militer tercengang, sampai ia menatap liontin Grand. Betapa terkejutnya dia saat melihatnya.

“Little Wolf ...” gumam Komandan itu namun masih dapat di dengar.

Salah satu prajurit menatap Komandannya dengan terkejut, “Artinya mereka adalah sang legenda?”

“Semuanya! Turunkan senjatamu!” seru Komandan membuat semua prajurit menurunkan senjata mereka.

“Mereka adalah pasukan bala bantuan. Selain itu, mereka adalah unit pasukan terkuat Militer, Little Wolf.” ucap Komandan lagi.

Grand tersenyum tipis lalu ia menatap ke langit, “Yang lain juga hampir sampai, ya?”

Kyuusaku ikut menatap ke langit lalu di langit terlihat dua pantulan cahaya. Cahaya itu mendarat, membuat kembali sebuah angin besar yang menumbangkan pohon di sekitar. Debu bercampur angin itu lama-kelamaan menghilang dan memperlihatkan seorang laki-laki.

Memakai baju dan liontin yang sama dengan Grand dan Kyuusaku. Rambut hitamnya melambai terkena angin dan netra violetnya yang tajam. Namun, jangan lupakan wajah datar nan polos yang mendominasi wajah lelaki itu.

“Pendaratan yang lumayan.” gumam lelaki ini—Tachibana Kita.

Tachibana memiliki sayap berwarna jingga di punggungnya itu adalah Bleidnya, bulu-bulu cantik berterbangan di sekelilingnya. Dia berdiri membuat sayapnya menghilang lalu menatap datar ke arah Grand dan Kyuusaku.

“Oi! Ini susah di buka!”

Teriakkan itu mengundang atensi mereka semua pada sebuah kapsul besar yang di beri nama peluru jarak jauh. Suara itu menggema dari sana, nada suara terdengar seperti seorang gadis kecil yang mengamuk.

“Sial! Perlihatkan batang hidung kalian! Perlihatkan aku darah dari pendosa dan permohonan ampun mereka! Cepatlah buka atau aku akan merobek tubuh kalian!” teriakkan itu terdengar dari dalam peluru jarak jauh itu.

Grand tertawa, “Sepertinya suasana hati iblis kita sedang buruk.”

“Ini bukan lelucon Kapten. Jika Wakil Kapten mengamuk di sini, kita akan mati.” ucap Kyuusaku lalu ia melompat ke depan peluru jarak jauh itu.

“Hayaku! Ayo, terbukalah!” teriak lagi dalam kapsul itu.

Kyuusaku menekan tombol dan pintu peluru jarak jauh terbuka. Gadis kecil di dalamnya keluar lalu melompat ke atas atap kapsul dengan seringai miring di bibirnya.

Surai gadis itu melambai terkena angin. Surai berwarna merah darah yang di ikat kuncir kuda dengan manik mata pink pekatnya.

Gadis itu tertawa geli, “Jika telat beberapa detik membuka pintunya aku akan memotong tubuh kalian dan menyusun kalian menjadi boneka bonsai.” ucapnya sambil berkacak pinggang—Muiro Teruko.

“Seperti biasa kamu terlihat gila, Muii. Aku berharap banyak padamu.” ucap Grand dengan senyum tipis.

Muiro melompat turun ke samping kaptennya itu lalu tersenyum dengan imajiner hati, “Ha'i Kapten! Muii yang manis akan mengabdikan diri menjadi serigala kecil setiamu~”

“Mereka adalah 'Little Wolf'?” gumam salah satu prajurit dengan senyum kikuk.

Komandan mereka mengerutkankening, “Ya, kelimanya adalah unit terbaik di Militer. Legenda hidup yang memerintah sekawanan serigala, Grand Torino. Raja ketidaktahuan namun memiliki indra di atas rata-rata, Kyuusaku Giyuu. Terkuat dalam hal kekuatan murni, Tachibana Kita. Ratu berdarah, di takuti musuhnya, Muiro Teruko.”

“Tapi hanya ada empat di sini, di mana yang kelima?” tanya salah satu prajurit lagi.

“Tidak ada yang tahu untuk yang kelima,” jawab sang Komandan.

Grand dan tiga lainnya berjalan ke arah pasukan prajurit, “Dia sedang menyusup ke suatu Organisasi,” ucap Grand, “Serahkan sisanya pada kami, kalian bersantailah minum teh. Biarkan kami yang memburu dan mencabik-cabik penjahat keji dan tak bermoral.” lanjutnya dengan seringai miring.

Yukijima dan Hikami sedang duduk di ruangan kantor Organisasi sambil minum teh. Yukijima meletakkan ponselnya pada meja, menanti apa yang akan mendobrak pintu kantor.

Beberapa detik setelahnya, pintu kantor di dobrak dan masuklah beberapa Polisi Militer sambil menodongkan senjata pada Hikami dan Yukijima.

“Angkat tanganmu Yukijima! Kau juga gadis kecil! Kalian di tahan! Teroris terkutuk, dengan begini SevenSix akan tamat!” seru salah satu Polisi dengan wajah marah.

Yukijima hanya melirik datar dan Hikami memejamkan mata perlahan. Hembusan nafas pelan keluar dari bibir kedua orang itu.

“Baik.”

Di sebuah danau dengan sekelilingnya hutan, lima orang terlihat di pinggir danau itu. Tarasama, Akami, Fujitsu, Hiro, dan Judy. Mereka mengatur nafas karena terus berlari.

Hiro memeriksa ponselnya, “Tidak ada sinyal.”

“Mereka pasti mengganggu sinyalnya. Selanjutnya pasukan Blokade akan datang, satelit observasi, anjing pelacak, penghalang jalan, dan drone militer. Kemampuan kita tidak cukup untuk melawannya, kita butuh Noe di sini.” ucap Akami sambil sedikit menundukkan kepala.

Tarasama mengerutkan kening, “Dizaman modern ini, memiliki persenjataan dan mutakhir adalah kunci.”

“Sial!” seru Fujitsu sambil memukul pohon di sampingnya, “Aku yakin setelah ini, Noe yang sendirian di luar sana terus terkejar atau yang lebih buruk tertangkap. Bahkan Romino tidak di temukan di manapun!” Lanjutnya frustasi.

“Penjahat, ya ...” gumam Akami pelan.

Suasana hening, tidak ada yang memulai percakapan. Apalagi hati Judy saat mengetahui Romino sang Kakak entah kemana. Hatinya bergetar cemas saat membayangkan Kakaknya di luar sendirian.

“Minna-San! Ini adalah kebun sepuluh tahun!” seru Judy membuat atensi mengarah padanya, “Di desaku, kebun yang kami tanam selama sepuluh tahun benar-benar musnah setelah badai. Jadi, kami harus menanam kembali kebun kami. Agensi sedang mengalami badai itu, jadi ayo kita balikkan lagi Agensi seperti semula!” lanjutnya.

“Judy benar,” ucap Akami, “Kita akan melewati badai ini dan membangun kembali SevenSix. Untuk itu kita harus kabur dan selamat dulu.” lanjutnya lalu ia mengeluarkan peta.

Mereka duduk melingkari peta itu untuk merencanakan pelarian mereka. Bagaimanapun mereka harus kembali bersatu, lengkap dengan Noe maupun anggota yang lain.

“Makin banyak waktu berlalu semakin banyak prajurit Polisi yang memperluas area pencarian. Hasil dari pengalamanku, itu akan memperluas 50km/jamnya.” ucap Akami.

Hiro menoleh pada Akami, “Jadi? Kita harus kabur lebih cepat 50km/jamnya?”

“Ya, karena itu kita harus memiliki transportasi.” ucap Akami sambil membenarkan letak kacamatanya.

Sedangkan di sisi Little Wolf, mereka berada di sebuah gudang dengan meja di tengah mereka. Kyuusaku mengeluarkan peta lalu menaruhnya di atas meja itu.

“Artinya SevenSix memiliki dua pilihan. Yang pertama, jalan raya selatan.” ucap Kyuusaku lalu ia menunjuk salah satu tempat pada peta, “Mereka akan mencuri kendaraan di sini dan kabur.” lanjutnya.

Lalu tangan Kyuusaku beralih menunjuk tempat yang di tandai spidol merah, “Yang kedua, stasiun kereta utara. Dengan membaur bersama penumpang, mereka akan lebih cepat kabur.”

“Aku memiliki pasukan yang hebat, aku bisa kembali ke pangkalan dan kasus ini akan selesai.” ucap Grand sambil tersenyum.

“Itu Analogi tidak menyenangkan.” ucap Kyuusaku dengan tanda kemarahan di pelipisnya.

Muiro tersenyum miring, “Selatan atau utara, mereka memiliki pilihan kematian. Jalan mana yang akan di tuju anjing-anjing liar ini?”

“Anjing liar? Bukannya salah satunya itu Rubah?” tanya Kyuusaku.

Tachibana sedikit menundukkan kepala, “Athanoe ...” gumamnya.

Grand menatap ke arah Tachibana, “Kau pernah bertemu dengannya? Perempuan atau laki-laki? Bagaimana ciri-cirinya?”

“Cantik dan tampan, namun bagaimanapun dia Rubah Kelabu. Senyumnya licik.” ucap Tachibana dengan wajah datar seperti biasa.

'Sebenarnya cantik atau tampan!' batin Grand, Kyuusaku, dan Muiro sweatdrop.

Kembali lagi pada Akami dan yang lainnya di pinggir danau. Mereka sedang berpikir, sampai akhirnya Akami angkat suara.

“Kita akan memilih mobil.” ucap Akami serius.

Fujitsu menaikkan salah satu alisnya, “Kemapa memilih mobil bukan kereta?”

“Jika mereka mengejar kita dan ada pertempuran, Kereta bisa tergelincir dan ada kecelakaan di kota. Banyak orang tak berdosa dan kehilangan nyawa, aku tidak ingin itu terjadi.” jawab Akami, “Dengan begitu, kita memilih mobil.” ucap Akami lagi lalu ia berdiri dari duduknya.

“Bagus,” ucap Tarasama sambil tersenyum, “Dengan begitu kita bisa saja bertemu Noe atau Hashira.” lanjutnya.

Mereka semua berdiri dan setuju dengan rencana pelarian mereka. Mereka akan buktikan pada dunia, bahwa mereka tidak bersalah.

“Jadi? Kereta atau jalan raya?” tanya Kyuusaku sambil berkacak pinggang.

Mereka berempat, anggota Little Wolf sedang berunding akan ke selatan atau utara. Sampai akhirnya Muiro membuka suara.

“Keduanya. Kita hadapi apa yang mereka lemparkan dan hancurkan mereka. Itu selalu menjadi cara kerja kita.” ucap Muiro dengan seringai tipis.

Grand melakukan peregangan, “Baiklah, aku dan Muii-Chan akan pergi ke stasiun. Kyuusaku dan Tachibana akan ke jalan raya. Jangan biarkan mereka pergi.”

Tachibana juga melakukan peregangan, lalu push-up, dan terakhir kayang. Kyuusaku hanya sweatdrop, gini amat punya temen.

“Hukuman menanti kita jika kita gagal,” ucap Grand sambil memincingkan mata.

“Astaga, hukuman apa lagi? Kurasa duniaku semakin menyusahkan karena dirimu Kapten.” ucap Kyuusaku lelah.

“Sampai jumpa.” ucap Tachibana sambil mengaktifkan sayapnya.

Mereka berempat menghentakkan kaki lalu seketika angin menerpa sangat kencang bercampur debu. Lalu saat debu menghilang, mereka berempat tidak terlihat yang ada bulu.

1
Anonymous
"
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!