Air Mata Istri

Yusuf menatap foto pernikahan Fatimah, tatapan kedua matanya penuh dengan air mata.

"Fat, aku merindukanmu, bisakah kita kembali seperti dulu?"

Helaan napas berat Yusuf, dia menatap wajah cantik Fatimah. "Aku akan memperjuangkan cintaku untukmu, aku nggak mau pernikahan kita kandas begitu saja."

Yusuf di kamar. Dia menaruh foto Fatimah di laci meja dekat ranjang kamarnya.

Ponsel Yusuf berdering.

"Pasti mama bahas soal nikahanku dengan Gea. Males banget rasanya, buat apa aku nikah lagi. Lagian aku sudah menemukan istriku."

Yusuf tinggal di Apartemen, dia sudah tidak tinggal di rumah cempaka putih.

Ilustrasi Yusuf.

*

Di ruang UGD. Kondisi Gea luka kecil. Di sana Desi tampak sibuk menghubungi Yusuf, namun tidak ada jawabannya.

"Mma.."

"Ge."

Gea membuka kedua matanya, dia baru saja siuman. Wajahnya penuh luka. Mendadak kedua kakinya susah digerakkan.

"Tante, Kenapa kaki Gea nggak bisa digerakkan?"

Gea terisak tangis. Dia berusaha menggerakkan kedua kakinya, namun dia merasa kakinya tidak bisa merespon. Dia memukul-mukul kedua kakinya.

"Suster! Dokter!" Desi berteriak meminta pertolongan.

"Bagaimana kalau aku lumpuh seumur hidup tante?" Gea terisak tangis. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan sama sekali kedua kakinya. Dia merasa kedua kakinya mati rasa.

Suster dan dokter pun langsung datang ke ruangan Gea, lalu dokter memeriksa kondisi Gea.

"Bagaimana kondisi dari Gea?" Tanya Desi.

" Nona Gea mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya."

"Apakah ini kelumpuhan permanen, Dok?" Tanya Gea dengan rasa takutnya.

"Nona Gea harus mengikuti terapi. kemungkinan bisa sembuh. Insya Allah kelumpuhan ini hanyalah sementara waktu."

Kedua mata Gea berkaca-kaca setelah mendengarkan penjelasan dari dokter yang menanganinya. Suster mulai mencatat perkembangan kondisi dari Gea.

*

"Bunda!"

Fatimah menjemput Adam yang berada di apartemen milik Damar. Dia melihat Adam itu tersenyum menyambutnya. Rasa lelahnya pun mulai menghilang ketika dia melihat senyuman dari Adam.

"Kenapa Bunda lama sekali menjemput Adam?" Adam cemberut, dia mulai bawel.

"Bunda sedang ada banyak pekerjaan di kantor. Jadi maafkan Bunda, kalau Bunda telat jemput kamu. Tapi kamu senang kan bisa bermain dengan om Damar?"

Adam langsung memeluk Fatimah begitu sangat erat sekali. Kemudian Fatimah pun langsung menggendong Adam.

[HOAM!]

Adam menguap. Dia merasa tidak bisa untuk menahan kantuknya. Dia sudah seharian bermain dengan Damar. Lalu dia tertidur dalam gendongan Fatimah.

"Sepertinya putramu sangat lelah sekali. tadi siang dia tidak tidur siang. Mungkin dia saat ini merasa ngantuk berat. Oh ya, aku sudah buatin kamu makan malam. Sebenarnya untuk makan malam kita bertiga." Damar menatap Fatimah. "Apa kamu nggak mau makan malam dulu bersamaku?"

"Sorry, Damar. Udah jam 09.00 nih. Lebih baik aku pulang aja ke rumah. Kasihan Adam juga sudah ketiduran."

"Kalau begitu aku bungkusin aja makanannya. soalnya tadi aku buatnya lumayan banyak. Kalau pun aku makan sendiri, nggak bakalan sanggup."

"Damar, aku minta maaf banget ya sudah merepotkan kamu. Oh ya aku harus balik dulu."

"Fat, sebaiknya aku anterin kamu aja pulang ke rumah kontrakan. Aku takut kamu dan Adam kenapa-napa. Lebih baik aku anterin kamu sampai ke rumahmu. Apalagi jam segini adalah jam-jam yang paling rawan."

"Nggak usah, Mar. Aku nggak mau ngerepotin kamu terlalu banyak. Soalnya kamu juga sudah bantuin aku dari pagi jagain Adam."

"Fat, Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Udah kamu nggak usah pakai nolak segala. Lagian ini juga demi kenyamanan kamu dan Adam. Kita itu sudah lama bersahabat. sudah sewajarnya saling membantu satu sama lain."

"Makasih Damar. Kamu selalu ada untukku. Ingat ya, jangan pernah ceritain apapun tentang Adam. Karena aku yakin kamu yang bisa menjaga rahasia tentang siapa Adam sebenarnya."

Damar menganggukkan kepalanya. "Kamu nggak usah khawatir, kalau aku akan selalu jaga rahasiamu."

Kemudian Damar pun langsung mengantar pulang Fatimah dan Adam ke rumah kontrakan.

*

Alicia sedang sibuk bermain game online. Dia mencoba untuk mengalihkan pikirannya dari argantara. Dia juga merasa sangat kesal sekali karena Argantara memilih wanita lain dibandingkan dengan dirinya.

"Al, kamu nggak makan malam?"

"Aku nggak nafsu makan, Mas."

"Udahlah. lupakan Arga. Kalau jodoh nggak akan mungkin ke mana. Mungkin saja Allah memiliki rencana lain untukmu."

"Emangnya mas Zakaria rela Kalau mbak Vika nikahnya sama sahabat mas Zakaria sendiri? Bukannya mas Zakaria suka sama mbak Vika? Kenapa mas Zakaria nggak perjuangin aja buat mendapatkan mbak Vika?"

"Mungkin ini adalah rencana dari Allah. Jodoh itu juga takdir dari Allah. Mungkin saja jodohnya Vika adalah Argantara, bukan aku."

Alicia memeluk Zakaria. Dia terisak tangis dalam pelukan Zakaria.

"Kenapa sih cinta itu harus menyakitkan? Kenapa cinta itu datang di waktu yang salah?" Alicia terisak tangis.

"Ikhlas adalah jalan yang terbaik. Karena Allah itu tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan selama ini. Meskipun kamu mengejarnya, kalau bukan jodoh, nggak akan pernah bisa bersama."

"Tapi kenapa harus jatuh cinta kepada orang yang salah? Kenapa Allah nggak adil memberikan sebuah rasa cinta yang tidak akan pernah bisa aku miliki?"

"Karena Allah tahu, kalau kamu bisa mencintai orang yang salah dengan tulus, maka kamu akan bisa mencintai orang yang tepat begitu sangat tulus sekali."

Alicia melepaskan pelukan dari Zakaria. dia berlinang air mata. lalu Zakaria segera menghapus air matanya.

"Ikhlaskan dia, maka Allah akan menggantikan seseorang yang lebih baik dalam kehidupan kamu Alicia. Sebaiknya kamu harus berperasangka lebih baik kepada Allah. Karena hanya Allah yang tahu, sesuatu yang terbaik untuk umatnya."

Ilustrasi Alicia Letucia

"Makasih, Mas."

Zakaria pun langsung mengusap air mata Alicia. lalu dia pun mulai berkata, "Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, semuanya sudah menjadi takdir. Tapi Allah akan menyelamatkan kita dari sesuatu hal yang buruk baginya. Meskipun menurut kita hal yang terbaik."

Alicia menganggukan kepalanya. Meskipun dia masih belum bisa ikhlas melepaskan rasa cintanya yang terlalu dalam untuk Argantara.

*

"Jadi selama ini, Fatimah hamil. Tapi dia hamil dengan siapa? Dan bocah laki-laki itu hasil dari..."

Sejenak Yusuf pun terdiam. Dia memikirkan soal bocah laki-laki yang sangat dekat dengan Fatimah. Namun dia merasa ada suatu getaran yang aneh, ketika pertama kalinya dia bertemu dengan bocah laki-laki itu.

"Apa mungkin bocah laki-laki itu adalah anakku? Tapi Siapa laki-laki yang bersama dengan bocah laki-laki itu? Atau Fatimah hamil bersama dengan laki-laki itu?" Yusuf berusaha untuk menerka-nerka tentang bocah laki-laki yang memanggil Bunda ke Fatimah.

"Sepertinya aku harus melakukan tes DNA. Agar aku tahu, siapa ayah biologis dari bocah laki-laki itu?"

...****************...