NovelToon NovelToon
Kakak Atau Suami?

Kakak Atau Suami?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / trauma masa lalu
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: Your Aunty

Kendati Romeo lebih tua belasan tahun, dengan segudang latar belakang militer, dia masih bersedia menikahi Ansela, yang kala itu masih duduk di bangku SMA.

Tapi tentunya, ini diikuti dengan beberapa kesepakatan. Berpikir bahwa hubungan mereka tidak mungkin bertahan lama, mengingat perbedaan usia mereka. Alih-alih suami dan istri, mereka sepakat untuk seperti kakak-adik saja.

Setidaknya, itulah yang dipikirkan Romeo! hingga ketika tahun berlalu, dunianya berahkir jungkir balik.

••

Dia mendapati, bahwa Ansela adalah seseorang yang paling dia inginkan, dan paling tidak bisa dia gapai, meski gadis itu disisinya.

Dengan tambahan persaingan cinta, yang datang dari sahabatnya sendiri, yang kepada dia Romeo telah berhutang nyawa, ini hampir membuatnya kehilangan akal.

“AKU BUKAN KAKAKMU! AKU SUAMIMU.”


••

Baca perjuangan sang Kapten, di tengah sikap acuh tak acuh sang Istri. ✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Your Aunty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

Hari hampir siang dan Ansela yang sudah merasa lebih baik, meminta izin kepada Romeo untuk pergi membeli makanan.

Tapi jelas Romeo menolak, mengingat kondisi gadis itu. "Tidak, biar Kakak yang akan memasak. Lagi pula ... lehermu kan terluka."

Mendengar ini, Ansela memandang Romeo dengan sedikit tidak enak hati. Pria yang menawarkan memasak itu, masih memegang pembersih kaca ditangannya. Jika mengikuti rasa malasnya, dia ingin mengiyakan saja. Tapi begitu, dia tidak bisa menjadi terlalu kurang ajar, mengingat Romeo telah melelahkan diri sendiri, sejak tadi.

Tapi ini juga bukan semata-mata dia kerasukan roh kerajinan. Melainkan dasar keinginannya untuk pergi mengecek, berapa jumlah uang yang diberikan Romeo di kartunya tadi.

"Tidak apa Kak, aku hanya akan membeli di restoran depan. Lagipula, yang luka adalah leherku bukan kakiku kan?"

Mendengar ini, Romeo seketika lemas. Dia juga mengatakan hal yang sama di Bandara, saat Ansela meminta kursi roda. Tapi sekarang, gadis itu membalikkannya begitu saja, seolah-olah dialah orang yang tidak masuk akal disini.

Romeo menggeleng dengan kekehan. Tidak ingin berdebat, dia akhirnya setuju. Karena memang jarak Restoran bisa di tempuh dengan jalan kaki.

Tapi begitu, sebelum pergi, Romeo membuat Ansela mengenakan jaket, untuk menutupi luka lehernya.

Ansela yang akhirnya keluar, melangkah dengan girang dan kekanakan. Bertepatan disekitar tidak ada mesin ATM, dia pun tanpa sungkan naik taksi ke stasiun pengisian bahan bakar terdekat, yang ada ATM-nya.

Menghadapi mesin yang akan menampilkan angka, jantung Ansela berdetak kencang seolah jatuh cinta. Dia begitu gugup, dan semakin gugup ketika melihat deretan angka di layar.

"This ia crazy, oh my God ...." Ansela mendekatkan wajahnya ke layar, dan menghitung angka nol dengan seksama. "Oh God, aku kaya! aku kaya! aku gadis kaya." Histeria Ansela sampai melompat-lompat. Tapi beruntung itu tidak berlangsung lama, karena pengendalian dirinya segera kembali.

Dia segera memperbaiki sikapnya, apalagi diluar banyak orang mengantri membeli bahan bakar. Saat keluar pun, dia masih harus menahan langkahnya agar tidak melompat senang, sebelum dikejutkan dengan suara panggilan.

"Ela?"

Deg. Hanya satu panggilan, tapi Ansela langsung tahu siapa yang memanggil. Tubuhnya melambat bereaksi dan tidak bisa melakukan apapun. Hingga suara itu menjadi dekat, seolah selangkah di belakangnya.

"Ela, itu kau?"

Ansela berbalik dengan gugup, untuk menemukan pria yang tiga tahun lebih muda dari Romeo. Pria yang menatapnya dengan penuh kasih sayang.

"Ka Aldric?"

Ansela hanya diam, ketika pria bernama Aldric itu menggapai tangannya. "Ela?"

Dia sempat kesulitan dan harus bersusah payah untuk menguasai diri, sebelum membuka mulutnya lagi.

"Kak Aldric, ... disini?"

Pria dengan rambut hitam klimis, dilengkapi jas formal, dan fasad yang indah itu menarik sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Mm, aku sedang asa urusan. Tidak menyangka akan melihatmu. Senang, kau tampak baik-baik saja."

Ansela hanya mampu tersenyum, tidak tahu juga harus mengatakan hal apa. Berbeda dengan Aldric, dia begitu aktif dan tidak sungkan.

"Aku melihatmu saat keluar dari ATM, aku sempat berpikir salah mengenali orang. Tapi mana mungkin? mana mungkin, aku salah mengenalimu kan." Ujar Aldric yang sudah sangat dalam.

".... Lalu Ela, kau mau kemana sekarang? apa membawa kendaraan? kalau tidak aku akan mengantarmu."

Walaupun perbedaan usia mereka yang juga jauh, tapi Aldric tidak memanggil Ansela dengan formal, dia memanggil Ansela menggunakan aku - kau, seolah mereka seusia. Yah, dan ini bukan tanpa alasan.

Dibalik kata-katanya siapapun bisa mendengar bahwa Aldric ingin Ansela pergi dengannya, tidak peduli apapun. Ini juga tidak terlalu mengejutkan untuk Ansela, karena dia cukup tahu karakter pengusaha di depannya ini. "Baiklah, aku mau kak."

Mendengar persetujuan Ansela, Aldric langsung memberi tangannya untuk di pegang dan menuntun Ansela ke mobilnya. Memperlakukannya seperti Tuan Putri, sama seperti perlakuannya sejak awalnya.

"Jadi kita mau kemana?"

"Aku mau ke Restoran untuk membeli makanan."

Mendengar ini, Aldric tanpa bertanya langsung mengemudikan mobilnya menuju salah satu Restoran mewah, yang akrab untuk mereka.

Perjalanan mereka cukup damai sambil berbincang-bincang, hingga Ansela tiba-tiba mengajukan pertanyaan.

"Kak, aku dengar Kakak sudah menikah?"

Aldric yang tidak menyangka bahwa Ansela akan menanyakan hal ini, langsung merasa tidak nyaman. Ini adalah salah hal yang paling tidak ingin dia bicarakan. Jika ini orang lain, maka dia tidak segan untuk marah. Namun karena ini Ansela, maka Aldric hanya bisa menaikan toleransinya.

Dia membuka beberapa kancing atas kemejanya, memaksa diri untuk membicarakan hal itu.

"Mm, dijodohkan." Dia mengatakan yang sebenarnya.

"Dijodohkan atau tidak, dia adalah Istrimu. Kakak tidak boleh bicara mengenai Istri dengan wajah seperti itu." Peringat Ansela, ketika melihat wajah muram Aldric.

Aldric menarik nafas panjang, bagaimana mungkin dia tidak kesulitan. Ingatannya kembali pada wanita yang dia nikahi, yakni Daisy.

Sudah menikah karena dipaksa, wanita itu malah suka kembali pada mantan kekasihnya. Lupakan soal perasaan, karena dia tidak memiliki perasaan apapun. Tapi bagaimana dengan harga dirinya sebagai laki-laki? pria yang menjadi mantan kekasihnya, pasti meremehkan dirinya di belakang.

Mendengar cerita Aldric, Ansela tanpa sadar teringat Romeo. Entah kenapa, cerita mereka terdengar mirip. Ingin sekali Anseka berbicara mengenai dirinya yang juga sudah menikah, tapi larangan Romeo masih terpaku di otaknya.

"Benarkah? apa Kakak melihatnya sendiri?"

"Oh, kau tidak akan percaya Ela, wanita itu bahkan menghampiri pria itu dirumahnya."

Mendengar ini Ansela memicing matanya, dia juga teringat mantan Romeo yang datang kerumah.

"Hah, orang-orang jaman sekarang jelas terlalu berani."

Melihat Ansela yang cukup serius dengan cerita miliknya, Aldric mengulas senyum. "Sudah! lupakan saja hal tidak penting itu Ela. Bagaimana denganmu?"

"Aku baik. Aku sedang fokus untuk ujian akhir yang tidak lama lagi."

Mendengar jawaban itu, Aldric menarik sudut bibirnya tak sampai ke mata. Dia yakin, Ansela tahu betul, bahwa bukan itu yang dia maksudkan.

"Apa kau masih melakukan terapi?"

Deg. Jantung Ansela seolah mau berhenti.

Satu pertanyaan belum terjawab, tapi Aldric tidak tahan untuk bertanya hal lain, yang tidak kalah penting untuk dirinya.

"Kenapa memblokir kontak ku? ... aku bisa mengerti kenapa kau pindah sekolah. Tapi pindah apartemen? tidakkah terlalu jelas, bahwa kau menghindari ku dengan sengaja Ela? ... kenapa? apa salahku?"

Suara Aldric semakin berat mendekati akhir kalimatnya. Bersamaan dengan itu, jantung Ansela memacu dengan kencang. "Katakan!"

"Sebenarnya, .... " Ansela memberi jawaban, yang sayangnya adalah kebohongan. Pada akhirnya, dia tidak bisa mengatakan yang sejujurnya.

Aldric sebenarnya tidak puas dengan jawaban yang diberi Ansela. Tapi mengingat kondisi gadis itu, dan fakta bahwa dia sudah tidak melakukan terapi, membuat Aldric akhirnya harus mundur dari membahas hal itu. Walaupun tanda tanyanya besar, tapi kesehatan Ansela lebih penting, bagi Aldric.

"Jangan pernah memblokir kontak ku lagi Ela. Kalau perlu taruh nomorku, di kontak darurat. Tidak peduli di belahan dunia mana, aku akan datang untukmu."

Mendengar ini Ansela mengembangkan senyum nanar. Jika itu dulu mungkin bisa, tapi sekarang mana bisa? Baik dia ataupun Aldric, sama-sama sudah menikah. Meskipun dia sedikit dikejutkan dengan perkataan Aldric, yang akan bercerai kalau Neneknya meninggal.

Tapi tetap saja, menurut Ansela, mereka tidak akan pernah sama lagi.

Hingga akhirnya, tak lama setelah itu, keduanya sampai ke Restoran dan masuk. Karena ini adalah restoran mewah, maka ada pelayan ingin mengambil jaket Ansela, tapi dia menolak.

"Tidak perlu ... aku datang memesan makanan "

"Baik Nona."

"Apa kau tidak enak badan?" tanya Aldric cepat.

Ansela menggeleng. Lagi pula, mana mungkin dia membuka syalnya, dan pamer luka dileher.

"Tidak Kak, aku baik-baik saja. Aku hanya memakai jaket, karena panas tadi."

"Kau ini ...." Aldric tersenyum, sambil mengusap sayang kepala Ansela. Tanpa aba-aba, dia langsung mengambil alih pesanan. "Apa ada temanmu di Apartemen?"

"Mm, tolong pesankan lebih."

Bagi Aldric, dipikirnya itu sudah pasti Eva sahabat Ansela, atau mungkin teman teman yang lain. Jadi untuk itu, Aldric memesankan banyak makanan. Bukan kebetulan juga dia sangat mengenal referensi selera Ansela, jadi hampir tidak ada kendala.

Sementara Ansela? tentu saja dia tidak menolak. Dia masih dengan gayanya yang khas dan tanpa beban.

"Terimakasih Kak."

"Sama-sama." Aldric membelai sayang kepala Ansela lagi-lagi, sambil berpikir, Kalau bukan karena Nenek tua itu masih hidup, aku tidak akan terjebak dalam kerumitan ini.

•••

Sementara di Apartemen, Romeo berulang kali menelfon Ansela. Dia berjalan kesana kemari, untuk menenangkan dirinya. Memang sudah ada pesan masuk dari Ansela, yang mengatakan dia tidak jadi membeli di Restoran depan, tapi ditempat lain. Tapi tetap saja, itu tidak mengurangi kekhawatiran Romeo.

"Astaga kenapa anak itu lama sekali?"

Semenjak pernikahan mereka sah, Romeo merasa dia perlu mengkhawatirkan dan memantau gadis itu setiap saat. Belum lagi setelah kejadian tadi. Ansela yang disandera, tapi dia yang trauma.

Tidak tahan dengan beban pikirannya, Romeo memutuskan turun ke depan. Berpikir, setidaknya dia bisa menunggu kedatangan Ansela di bawah.

~

~

Sementara itu, Ansela yang sudah dalam perjalanan pulang bersama dengan Aldric, mulai lebih santai dari awal pertemuan mereka tadi. Dijalan mereka berbincang-bincang lebih banyak. Berbincang-bincang mengenai masa depan, karena memang Aldric sendiri tidak berani bicara tentang masa lalu.

"Jadi, kau akan melanjutkan pendidikanmu di mana?"

Berbeda dengan Romeo, Ansela cukup terbuka dengan Aldric, karena mereka sudah mengenal lama. "Tidak mau bertanya lebih dulu, soal aku ingin belajar apa!"

Aldric tertawa kecil. "Kenapa harus bertanya, jika aku sudah tahu. Kau ingin belajar Desain Perhiasan bukan?"

Ansela membulatkan matanya, "Wow, kau benar-benar mengingatnya Kak?"

"Tentu saja, mana mungkin tidak. Negara B, adalah tempat terbaik untuk sekolah Desain Perhiasan."

Ansela mengangguk, "Mm ... tapi kualifikasi ku mungkin masih kurang."

Aldric mengerutkan dahi, "Kebohongan apa ini Ela? seperti aku tidak pernah melihatmu mendesain saja."

Ada perubahan besar di raut wajah Ansela.

"Entahlah Kak, aku sudah lama berhenti menggambar dan perlahan-lahan juga tidak terlalu bersemangat."

Inilah yang Aldric takutkan, dari Ansela yang tidak melanjutkan terapinya. "Sela, kau mau tidak, aku perkenalkan pada seseorang?"

"Siapa?"

Sedikit berat bagi Aldric untuk mengatakan, tapi dia pikir ini semua yang terbaik untuk Ansela. "Wanita yang dijodohkan denganku "

"Maksudnya, istri Kakak?"

Aldric mengangguk dengan canggung. Sedikit tidak terduga baginya, ketika Ansela membalas dengan anggukan penuh semangat.

1
V'marbe
ceritanya gak pernah mengecewakan
selalu beda dari yang lain
tapi satu yang PASTI ceritanya selalu bagus
Fairuz Nuna
bagus
Umie Irbie
kenapa anselanya penyakitan siiii,.😒😫
Umie Irbie
ngg suka sama sikap sela,. males nya kebangetan,. 😡😡😡😡😡😡 ngg masuk akal malas nya 😒
Umie Irbie
sweeet bngeeeet dialognya 😀
王贝瑞: Mampir juga kak ke My Secret Lover 😄
total 1 replies
Umie Irbie
romeo bodoh,. 😡😡 berarti ini bener2 ngg ada romantisnya donk 😫
Umie Irbie
ngg suka sama sifat malas sela😩😫 ngg suka wanita pemalas,. bisa di rubah ngg yaaaaa jadi mandiri dan punya martabat 🤭
Sweet_Fobia (ᴗ_ ᴗ )
Ngga kecewa sama sekali.
Umie Irbie
awal yg menarik 😀 mudah di fahami ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!