NovelToon NovelToon
Mission In Disguish

Mission In Disguish

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Dua anak kembar yatim piatu yang dipisahkan sejak mereka dilahirkan. Gayatri dibesarkan oleh keluarga angkatnya yang kaya raya sedangkan Gayathi diberikan kepada keluarga miskin.
Gayatri yang dinikahkan oleh keluarga yang sederajat dengan orang tua angkatnya mengandung anak perempuan sedangkan posisi untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarga suaminya terancam karena istri kedua suaminya mengandung seorang bayi lelaki. Gayatri dan Gayathi sepakat untuk menukar kedua bayi mereka yang dilahirkan pada hari yang sama. Bayi lelaki Gayathi yang berparas mirip dengan anak bayi perempuan Gayatri ditukar demi menyelamatkan posisi keturunan Gayatri yang nyaris direbut oleh madunya. Apakah misi mereka berhasil? Dapatkah keturunan Gayatri mewarisi harta keluarga ayahnya? Menjadi pewaris tahta kerajaan bisnis ayahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sad Moment

Kondisi Satria membuat kedua orang tua dan pengasuhnya bersedih. Walaupun dokter mengatakan dia akan baik-baik saja tetap saja hal itu tidak melegakan mereka melihat keadaannya yang lemah dan lemas. Wajahnya pucat karena kehilangan banyak darah.

"Apakah dia akan bisa bertahan?" Tanya Gayathi lirih, air matanya kembali mengalir.

Putra memeluk istrinya dan berusaha menenangkannya walaupun hatinya sendiri hancur. Sebagai ayah, dia tidak mampu melindungi putranya sendiri walaupun dia memiliki segalanya tetap saja dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kau dengar kan apa kata dokter? Dia akan baik-baik saja." Ujar Putra sambil mengelus rambut istrinya yang menangis dalam pelukannya.

"Apakah kau dapat menangkap pelakunya?" Tanya Gayathi.

"Aku tidak tahu. Tidak ada petunjuk apa pun yang bisa mengindentifikasi kan pelaku selain masker dan topeng penutup mata. Mereka bukan penjahat biasa. Seperti sudah terlatih. Tahu bagaimana menyerang dan melarikan diri." Sahut Putra. Ada nada tidak berdaya di dalam suaranya yang biasa nya selalu tegas, percaya diri dan teguh.

Semua hal yang berkaitan dengan keluarganya membuatnya menjadi lemah dan tidak berdaya. Banyak ketakutan menghantui dirinya terutama saat ini. Ketidakberdayaan melindungi putranya.

"Apa yang sudah kau lakukan untuk Satria?" Tanya istrinya.

"Aku meminta Raka untuk menyelidiki dan menangkap pelakunya."

"Lalu?"

"Dia belum menemukan apa pun!" Sahutnya resah. Menjauhkan diri dari istrinya. Melepaskan pelukannya.

"Makan lah!" Pintanya pada istrinya.

"Kau sendiri?"

"Baiklah, kita semua harus makan." Sahutnya mengedarkan kue kepada istri dan pengasuh anaknya.

Pintu kamar terbuka. Jejen masuk ke dalam ruangan dibantu supirnya. Membawa aneka makanan dan cemilan yang mereka susun di kulkas.

Supirnya juga membawa makanan berat yang diletakkan di atas meja.

"Untuk apa kau membeli makanan berat? Ini saja belum disentuh." Ujar Putra.

"Aku pikir kalian akan membutuhkannya. Aku membeli nasi kotak Padang, gudeg, rames, masakan cina halal, nasi ayam bakar dan goreng lengkap dengan sambal dan lalapan. Aku juga membeli bento, mie ayam dan mie bakso. Aku tidak tahu apa yang kalian inginkan."

"Banyak sekali. Bagaimana jika tidak habis?"

"Tidak usah khawatir. Akan ku bagi-bagikan hingga tidak bersisa."

"Raka mengatakan padaku tidak ada petunjuk yang bisa mengidentifikasi pelaku." Sahut Putra yang tidak bisa menyembunyikan kecemasan dibalik intonasi suaranya.

"Kau tahu Raka. Dia tidak akan membohongimu." Sahut Jejen.

"Aku tahu justru itu aku merasa gelisah. Aku takut dia akan menyerang Satria kembali. Apakah bisa Satria dikawal bodyguard? Aku tidak ingin kejadian ini terulang lagi."

"Mengikutinya sekolah dan beraktifitas? Aku tidak tahu apakah sekolahnya memperbolehkan hal itu."

"Aku tidak mungkin menyewa anak-anak yang akan melindungi dan menemaninya seperti yang ayahku lakukan padaku. Bagaimana jika mereka terluka? Aku tidak mengalami ancaman pembunuhan seperti yang Satria alami. Hanya sekumpulan anak-anak yang tidak mendapat dukungan dan arahan dari support sistem nya sehingga suka membully, menyakiti dan mengganggu bukan membunuh."

"Aku tidak tahu apakah sekolahnya akan mengijinkan pengawalan semacam itu."

"Harus mengijinkan!" Suara Satria meninggi. Dia tidak dapat menyembunyikan ketakutan sekaligus kemarahannya.

"Mungkin mereka akan menyarankan homeschooling atau sekolah dengan pengawasan sangat ketat? Cctv dimana-dimana. Sistem security yang lebih ketat?"

"Aku merasa penjahat yang mengincar Satria tahu bagaimana melakukan tugasnya. Kupikir tanpa pengawalan langsung dan khusus akan sulit melindungi putraku. Homeschooling? Kau ingin membuat putraku semakin kesepian? Aku dan istriku tidak bisa mendampinginya. Dia dan Malik tidak akur. Miranti membenci Satria dan ibunya serta terlalu memanjakan Malik. Tidak ada yang dapat ku ubah atau lakukan sehubungan dengan hal itu. Aku harus menerimanya tanpa bisa melakukan apa pun untuk mengubahnya. "

"Aku akan berbicara ke sekolahnya. Mungkin bukan pengawalan khusus yang mengganggu. Mungkin seperti Karina yang mengasuhnya. Hanya satu orang tetapi bisa menjaga, mengawasi serta melindunginya dengan baik."

"Iya, itu sudah cukup."

"Tidak masuk ke dalam kelas atau terlalu dekat saat Satria sedang beraktifitas atau bersama teman-temannya tetapi tetap mengawasi dan memantau dari kejauhan?"

"Untuk aktifitas sekolah aku tidak punya pilihan lain tetapi saat dia bersama teman-temannya di luar sekolah. Aku ingin pengawalnya mendampinginya seperti halnya Karina. Bagaimana?"

"Baiklah! Tanpa seragam khusus karena itu akan menarik perhatian dan mengganggu pihak sekolah dan juga teman-temannya."

"Tentu saja. Aku sangat setuju. Aku tidak ingin membuat penjahatnya waspada. Tentu saja!"

"Baiklah! Kupikir sekolah bisa menerimanya jika tidak mencolok dan menarik perhatian."

"Terima kasih."

"Sekarang makanlah."

Putra menganggukkan kepalanya. Menyadari bahwa perutnya lapar. Ketegangan dan ketakutannya menghilangkan selera makannya.

"Kita makan bersama." Ajaknya.

"Tidak usah. Aku sudah makan bersama Paijo. Kau saja bersama nyonya dan Karina."

"Baiklah."

Putra dan Gayatri makan di meja makan sementara Karina memilih makan di sofa yang terletak di ruangan yang sama.

"Makanlah bersama kami." Ajak kedua majikannya.

"Aku lebih nyaman makan disini jika kalian berdua tidak keberatan."

"Nyaman kan dirimu." Ujar Putra mengambil nasi kotak berisi gudeg dengan opor ayam dan telur lengkap dengan sambal krecek serta gudeg nangka yang menggugah selera.

Gayathi memilih ayam bakar dengan sambal serta lalapan sedangkan Karina memilih Chinese food halal.

Ketiganya makan dalam diam tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Mimi..."panggil Satria dengan suara lemah seperti mengigau dengan mata tertutup.

Gayathi meninggalkan makanannya. Bergegas menuju putranya. Menggenggam tangan putranya dengan tangan kirinya yang bersih. Tangan kanannya dipenuhi bekas sisa sambal dan butiran nasi. Air matanya kembali mengalir.

Putra mengikuti istrinya. Mengusap kening putranya dengan penuh kasih sayang.

"Mimi disini sayang..." Ucapnya lembut dengan suara terisak"bertahan lah sayang..."

Melihat putra mereka kembali tertidur. Mereka kembali ke meja makan menghabiskan makanan mereka.

"Apakah kau akan menginap di sini?" Tanya istrinya pada suaminya.

"Tentu saja. Kita akan tidur di kamar sebelah. Kau mau tidur di hotel atau di sofa?" Tanya Gayathi pada Karina.

"Aku tidur di sofa. Aku ingin menemani den Satria. Jika dia sudah pulih baru aku kembali ke hotel."

"Baiklah kau bersama kami di sini."

Karina menganggukkan kepalanya. Hatinya demikian sedih melihat keadaan Satria. Tidak tega meninggalkannya walaupun kedua orang tuanya menemaninya. Tetapi mereka berdua selalu bersama. Apalagi Satria dalam keadaan terluka parah.

"Jika kau ingin berjalan-jalan. Kami tidak akan menahanmu." Ujar Gayathi.

"Aku ingin mandi. Paijo membawakan pakaian untuk kita semua dan peralatan mandi." Ujar Karina mengambil pakaian, handuk dan peralatan mandinya.

"Baiklah." Keduanya duduk di samping Satria. Dua buah bangku masing-masing di kanan kiri tempat tidur.

Gayathi menggenggam tangan putranya sementara Putra mengusap kening putranya dengan lembut. Matanya mengaca. Air mata meleleh dari kedua pipinya.

"Kau tidak boleh meninggalkan papa. Kau dengar papa kan? Kau harus bertahan. Apa pun keadaannya. Kau harus bertahan! Keluarga kita membutuhkanmu! Kau pewaris kerajaan bisnis keluargaku!"

1
Aerik_chan
2 iklan buatmu kak
Eka Lita: Terima kasih kak...
total 1 replies
Aerik_chan
jangan usik keluarga cemara ini
Aerik_chan
1 iklan buatmu kak
Aerik_chan
waahhh seru nih...
Salsabila Arman
lanjut
Eka Lita: Terima kasih kakak...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!