“Addunya kulluhaa mata', wa khoyru mata’uddunya al mar’atushshalehah”
“Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang shalihah."
Kelanjutan cerita di Balik Cadar Aisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Media Sosial
Hingga pagi hari Lela tak jua keluar dari kamarnya, membuat Zayn yang akan berangkat kerja kelimpungan, dia cemas dan mengkhawatirkan keadaan istrinya, setelah menelepon atasannya untuk meminta izin tidak masuk kerja hari ini, Zayn segera menuju ke rumah kakaknya.
Beberapa saat kemudian.
Anita sedikit menunjukan wajah kecewa ketika Zayn menceritakan apa yang terjadi di pesta tadi malam. Walaupun sebelumnya Zayn sudah menjelaskan tentang bagaimana bisa dirinya dan Meisya bisa berteman.
"Harusnya kamu lebih hati-hati. Keadaan mentalnya belum pulih benar, kejadian yang kamu ceritakan tadi malam pasti telah membuat kondisinya labil, di dalam pikirannya saat ini pasti banyak prasangka tentangmu dan wanita itu yang dia sendiri tak bisa mengendalikannya."
Zayn terdiam mengakui itu.
Anita melihat suaminya.
"Sepertinya aku bisa bolos kerja hari ini. Ada dokter lain yang bisa menggantikan aku."
"Iya. Sebaiknya kamu menemani Lela," jawab Zaidan.
Setelah suaminya pergi bekerja, Anita lalu pergi menuju rumah Zayn, dia mencoba untuk membujuk Lela agar mau membuka pintunya.
"Assalamualaikum."
"Lela ini aku. Bisa buka pintunya?"
Tak ada jawaban. Zayn tampak semakin cemas.
Anita kembali mengetuk pintu kamar Lela, baru dua ketukan akhirnya pintu kamar itu terbuka.
Zayn dan Anita terlihat lega melihat Lela di depan mereka yang tampaknya baik-baik saja. Anita langsung menghampirinya
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Anita sambil memeluknya senang.
"Aku tidak apa-apa," jawab Lela sambil memaksakan diri untuk tersenyum.
"Syukurlah." Anita tersenyum.
Lela lalu melihat suaminya yang hanya berdiri tertegun melihatnya.
"Kamu tidak kerja?"
Zayn yang ditanya malah kaget.
"Tidak," jawabnya pelan.
"Kenapa?" tanya Lela sambil berjalan menuju dapur.
"Pergilah kerja. Aku tidak apa-apa. Aku akan buatkan sarapan." Lela mempersiapkan diri untuk memasak.
Setelah beberapa saat.
Melihat kondisi istrinya sekarang yang terlihat baik-baik saja, akhirnya Zayn memilih untuk pergi bekerja, sebenarnya diapun ingin memberikan kesempatan pada kakak iparnya dan sang istri untuk mengobrol bersama, dia berharap Lela menceritakan apa yang dirasakannya pada Anita mengingat kedekatan diantara mereka. Zayn juga berharap kakak iparnya membantunya menjelaskan tentang Meisya dan bagaimana dia bisa mengobrol dengannya tadi malam.
Anita mengajak Lela duduk di meja makan, dia menatap wajah Lela dengan lekat.
"Apa yang terjadi tadi malam?"
Lela terlihat ragu untuk mengatakannya.
"Katakan saja tidak apa-apa. Ceritakan semuanya padaku."
Lela terdiam sejenak, berpikir jika memang dirinya membutuhkan seseorang untuk menjadi teman berbagi ceritanya, biar bagaimanapun dia tak bisa memendam semuanya sendiri.
Dia lalu mulai menceritakan semuanya, bercerita tentang ketidaksengajaannya melihat Zayn suaminya tengah mengobrol bersama seorang wanita cantik dan juga seksi. Bukan hanya itu saja, dia menceritakan juga bagaimana wanita itu menyerangnya dengan kata-kata yang merendahkannya.
"Maksudmu wanita yang mengobrol dengan Zayn mengatakan itu padamu?" Anita yang kaget tak percaya dengan apa yang Lela ceritakan.
"Iya. Tapi bukan itu yang membuatku kecewa. Aku kecewa kenapa suamiku menceritakan keadaanku pada wanita lain."
"Tapi aku sadar diri. Sebagai seorang istri, aku belum sepenuhnya bisa menjalankan kewajibanku. Mungkin suamiku lelah dengan kondisiku dan dia mencari kenyamanan dengan wanita lain. Saking nyamannya, suamiku bahkan menceritakan perihal penyakitku pada wanita itu."
Anita terdiam, dia berpikir keras ketika merasa jika ada yang aneh disini. Namun Anita memilih untuk meluruskan kesalahpahaman Lela terlebih dahulu. Dia lantas mengatakan apa yang dijelaskan Zayn padanya tadi jika Meisya adalah seorang psikolog.
Lela kaget.
"Suamimu berkonsultasi dengannya. Wanita yang bernama Meisya itu banyak membantu suamimu yang sedang mencari tahu tentang kondisimu. Terapis yang menanganimu juga adalah rekomendasi dari dia."
"Aku sangat mengenal adik iparku, Zayn tak jauh berbeda dengan suamiku yang sangat paham akan ilmu agama. Yakinlah dia tak akan pernah mempermainkanmu dan pernikahan kalian."
Lela terdiam sejenak.
"Jika wanita itu psikolog kenapa dia malah mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkan padaku?" Lela mengingat kembali ketika wanita itu merendahkannya.
"Itu yang harus kita cari tahu. Kamu tenang saja, aku tidak akan tinggal diam, aku akan mencari tahu apa maksud wanita itu sebenarnya." Anita geram.
***
Tak disangka, usaha yang dibangun Andre mengalami kemajuan yang pesat, bisnis pertaniannya bahkan sudah merambah pemasarannya hingga ke luar kota, berkat tangan dinginnya dengan dibantu oleh orang-orang yang ahli di bidang pertanian ditambah dukungan alat-alat yang modern, kini pamor Pondok Pesantren semakin naik, yang bukan hanya mengajari dan membekali anak-anak dengan ilmu agama saja, namun juga ilmu berbisnis yang untuk di praktekan ketika mereka sudah keluar nantinya.
Walaupun begitu, Andre tetap memfokuskan pendidikan agama sebagai yang utama, keuntungan dari hasil bisnisnya dia gunakan tetap untuk memajukan Pesantren seperti halnya membangun lebih banyak asrama juga kelas karena semakin banyak santri yang mendaftar. Tak lupa dia juga mendatangkan para guru dan pendidik yang profesional di bidangnya untuk menyeimbangkan antara banyaknya santri yang semakin bertambah banyak.
Tak hanya itu, setelah berembuk dengan semua kakak iparnya, dia membeli banyak komputer dan mendatangkan guru pembimbing untuk mengajari para santri akan teknologi informasi. Dia sangat tahu di zaman sekarang semua orang harus pandai dalam berteknologi seperti halnya piawai dalam menggunakan komputer begitu juga dengan para santri yang juga tidak boleh gagap teknologi sehingga ketinggalan zaman.
Berbicara mengenai teknologi, Andre baru tahu jika Siti istrinya tak bisa menggunakan komputer.
"Hanya Aisha yang bisa memakai alat ini, aku dan saudariku yang lain tidak."
"Alat ini? Ini namanya komputer sayang." Andre menunjuk komputer di depannya.
Siti tersenyum.
"Kenapa komputer ini dibawa kesini."
"Aku membawanya kesini satu agar kamu bisa belajar."
"Belajar?"
"Iya sayang. Kamu juga harus belajar komputer." Andre mendudukkan paksa istri di depan meja, dia lalu menyalakan komputer di depannya. Andre lalu menarik satu bangku lagi lalu duduk di samping sang istri.
Siti hanya melihat ketika suaminya mengotak atik komputer di depannya.
"Apa kamu punya akun media sosial?" tanya Andre sambil fokus memainkan komputer di depannya.
"Apa itu?" tanyanya heran.
Andre langsung melihat istrinya, kemudian menepuk keningnya.
"Iya maaf. Kamu pasti tidak punya."
"Bisa beri tahu aku apa itu?"
"Facebook, Instag..." Andre melihat istrinya.
"Oh iya. Instagram. Twitter Facebook. Aku tahu kalau itu." Siti memotong perkataan suaminya dengan cepat.
"Jadi punya?" tanya Andre cepat.
"Tidak." Siti menggelengkan kepalanya. "Aku tahu dari anak-anak bimbinganku yang sering menceritakannya."
"Kenapa tidak buat?"
"Untuk apa?" tanya Siti balik.
"Sayang. Semua orang mempunyai akun di media sosial sekarang."
"Oh ya?"
Andre mengangguk.
"Termasuk kamu."
"Tentu saja."
Siti terdiam.
Andre langsung melihat sang istri di sampingnya.
"Kenapa?"
"Sayang. Seorang wanita muslimah sudah memakai pakaian tertutup, memakai niqob dan benar-benar tertutup hingga tak ada yang bisa melihatnya kecantikannya kecuali diperuntukkan hanya untuk suaminya, dia menghias dirinya juga hanya untuk sang suami. Bayangkan bagaimana perasaannya jika satu-satunya sumber perhatian yang dia miliki yaitu suaminya malah sibuk membolak-balikkan layar ponsel untuk melihat kecantikan wanita lain."
Andre tertegun.
"Sayang. Seandainya agama kita tak mengajari rasa malu, seandainya nabi tidak mengatakan jika wanita adalah sebesar-besarnya fitnah di dunia ini, maka ingin rasanya aku memperlihatkan tubuh ini, parasku ini dan berhias secantik mungkin untuk diperlihatkan kepada dunia dan dipuji oleh manusia. Namun Apalah arti pujian mereka jika diakhirat nanti tubuh ini yang akan menjadi kayu bakar di neraka."
"Maafkan aku sayang." Andre terlihat sangat menyesal.
Dia kembali melihat layar komputer di depannya.
Dia lalu mulai menutup semua akun media sosial miliknya.
"Aku akan membuat akun mediasi sosial baru yang lebih bermanfaat."
Siti mengerutkan keningnya tak mengerti
"Kita akan membuat akun media sosial untuk Pondok Pesantren." Andre mulai mengotak-atik komputer dengan ide cemerlang di kepalanya, dia akan mengenalkan pondok pesantren ke seluruh penjuru dunia.
soalx jau dri suami😚😚
sy suka ceritax dan akan slalu menunggu kelanjutanx
smangat thor km hebat🙏🙏