NovelToon NovelToon
Izin Menikah Mengubah Takdir

Izin Menikah Mengubah Takdir

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami
Popularitas:112.5k
Nilai: 4.7
Nama Author: Minami Itsuki

Jika ada yang bertanya apa yang membuatku menyesal dalam menjalankan rumah tangga? maka akan aku jawab, yaitu melakukan poligami atas dasar kemauan dari orang tua yang menginginkan cucu laki-laki. Hingga membuat istri dan anakku perlahan pergi dari kehidupanku. Andai saja aku tidak melakukan poligami, mungkin anak dan istriku masih bersamaku hingga maut memisahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11 MENCOBA MENAHAN

Aku menghela napas panjang. “Aisyah hanya menyampaikan apa yang dia rasakan. Kalau orang-orang membicarakan kita, itu karena keputusan kita sendiri, bukan karena Aisyah.”

Ibu menatapku tajam. "Jadi sekarang kamu membela dia?! Setelah apa yang dia lakukan di pesta pernikahanmu?!"

Aku menggeleng. "Aku tidak membela siapa-siapa. Tapi… aku merasa ada yang salah. Kenapa kita sampai di titik ini?"

Laras yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Bu, Yah… aku lelah. Aku ke kamar dulu.”

Aku melihat wajahnya yang kusut, matanya yang memerah. Dia juga pasti tertekan dengan semua ini.

Saat aku ingin menyusulnya, ibu menarik lenganku. "Kamu jangan sampai berubah pikiran, Reza. Kamu sudah menikah dengan Laras, dia istrimu sekarang! Jangan sampai kamu menyesal!"

Aku terdiam. Menyesal? Kenapa kata itu begitu menghantuiku sejak tadi? Kenapa aku merasa kosong di hari yang seharusnya menjadi kebahagiaanku?

......................

Malam itu, setelah pulang dari rumah orang tuaku, aku duduk di ruang tamu, menunggu Aisyah pulang. Perasaanku campur aduk—aku merasa bersalah, kecewa, dan takut kehilangan. Aku harus bicara dengannya. Aku harus mencoba memperbaiki semuanya.

Waktu terus berjalan, jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi Aisyah belum juga datang. Aku mencoba menghubunginya, tapi seperti sebelumnya, pesan-pesanku hanya centang satu.

Tak lama kemudian, suara mesin mobil terdengar dari luar. Aku segera berdiri, membuka pintu, dan melihat Aisyah turun dari mobil bersama anak-anak. Tapi berbeda dari biasanya, kali ini dia tidak sendiri. Ayah dan ibunya ikut turun, wajah mereka terlihat tegas.

Aku menelan ludah, berusaha menata kata-kata yang ingin aku ucapkan.

"Aisyah… kita perlu bicara."

Aisyah menatapku sekilas, lalu menghela napas. "Aku lelah, Reza. Besok saja."

"Tidak bisa besok, Aisyah. Aku ingin kita bicara sekarang. Aku tidak ingin kita bercerai," kataku dengan suara penuh harap.

Ayah Aisyah tiba-tiba maju selangkah, menatapku tajam. "Reza, kamu masih mau mempertahankan rumah tangga ini setelah apa yang kamu lakukan?"

Aku terdiam. "Aku… aku sadar aku salah. Tapi aku ingin memperbaikinya. Aku ingin kita tetap bersama."

Aisyah tersenyum tipis, tapi bukan senyum yang hangat seperti dulu. "Reza, kamu bilang ingin mempertahankan rumah tangga kita. Tapi pertanyaannya, rumah tangga yang mana? Yang sudah kamu bagi dengan wanita lain?"

Aku tertegun. Hatiku terasa semakin berat.

"Aku sudah mengizinkanmu menikah lagi, bukan? Aku tidak melarang, tidak menghalangi. Tapi aku juga punya hak atas kebahagiaanku sendiri, Reza," lanjutnya.

"Aisyah, aku mencintaimu…" ucapku lirih.

Aisyah tertawa kecil, tapi terdengar pahit. "Cinta? Cinta seperti apa, Reza? Cinta yang tetap memilih menyakiti meski tahu aku akan terluka?"

Aku tidak bisa menjawab.

Aisyah menoleh pada orang tuanya. "Aku akan membereskan barang-barangku malam ini. Besok pagi aku akan pergi."

Hatiku mencelos. "Aisyah, jangan lakukan ini… Kumohon."

Dia menatapku dengan mata yang berkaca-kaca, tapi tetap teguh. "Reza, kalau kamu benar-benar mencintaiku, lepaskan aku. Jangan buat aku lebih menderita dari ini."

Aku mencoba maju untuk menahan tangan Aisyah, tapi sebelum aku sempat menyentuhnya, ayahnya langsung berdiri di hadapanku. Tatapan matanya tajam, penuh dengan kekecewaan.

"Jangan coba-coba menahan anakku, Reza," suaranya berat dan tegas. "Kamu sudah memilih jalanmu sendiri. Sekarang, biarkan dia memilih jalannya."

"Iya, Nak," ibunya menimpali. "Kami sudah melihat cukup banyak. Selama lima belas tahun Aisyah menjadi istrimu, dia selalu patuh, selalu menghormatimu, bahkan menghormati kedua orang tuamu lebih dari dirinya sendiri. Tapi apa yang kamu berikan sebagai balasan? Kamu biarkan dia tersakiti demi ambisi yang bahkan bukan keinginanmu sendiri."

Aku menggeleng panik. "Bukan begitu, Bu… Aku… Aku tidak ingin kehilangan Aisyah."

Ayahnya mendengus sinis. "Kalau tidak mau kehilangan, kenapa kamu memilih untuk menikah lagi? Jangan pura-pura menyesal sekarang, Reza. Laki-laki harus tegas, harus punya pendirian. Tapi kamu? Kamu bahkan tidak bisa memimpin rumah tanggamu sendiri tanpa diatur oleh orang tuamu!"

Aku menunduk, tidak bisa membantah. Kata-kata itu menusukku dalam-dalam.

"Aku hanya ingin semuanya tetap utuh," kataku lirih. "Aku kira Aisyah akan tetap bertahan, seperti dulu… seperti biasanya…"

Aisyah menatapku dengan mata yang begitu dalam, penuh luka yang selama ini mungkin sengaja tidak aku lihat.

"Kamu pikir aku tidak akan pergi, ya, Reza?" katanya pelan, tapi menusuk. "Kamu pikir aku akan terus menerima, terus bertahan meski hatiku dihancurkan berulang kali?"

Aku membuka mulut, tapi tak ada kata yang keluar.

"Aku bukan wanita yang sempurna, Reza. Tapi aku tahu satu hal—aku pantas mendapatkan lebih dari ini," lanjutnya. "Dan sekarang, aku memilih untuk pergi."

Aku merasakan dadaku semakin sesak. "Aisyah… Aku mohon…"

"Tidak ada yang perlu dimohon lagi," kata ayahnya, kini dengan suara yang lebih dingin. "Mulai sekarang, urus hidupmu sendiri, dan biarkan anakku hidup dengan tenang."

Setelah itu, tanpa menoleh lagi, Aisyah melangkah masuk ke dalam rumah untuk membereskan barang-barangnya.

Walaupun mertua sudah melarangku untuk menyusul Aisyah ke dalam kamar. Tapi tetap saja Aku ingin berbicara dengan Aisyah dan akhirnya Ibu Aisyah pun mengizinkannya.

"Biarkan dia bicara dengan Aisyah, Pak," ucapnya pelan. "Sebentar lagi mereka akan berpisah secara resmi. Setidaknya, beri mereka kesempatan terakhir untuk berbicara sebagai suami istri."

Aku menatap ibu Aisyah penuh harap. Ayahnya mendengus, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain sebelum akhirnya berjalan pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

"Terima kasih, Bu," ucapku pelan.

Tanpa menunggu lebih lama, aku langsung melangkah menuju kamar yang selama ini menjadi tempat kami berbagi suka dan duka. Aku mengetuk pintu pelan. "Aisyah…" suaraku bergetar.

Tidak ada jawaban.

Aku menghela napas dan memberanikan diri membuka pintu. Aisyah ada di sana, sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Gerakannya tenang, seolah semua ini sudah ia persiapkan jauh-jauh hari.

"Aisyah… Jangan lakukan ini," ucapku lirih, mencoba mendekatinya.

Dia tidak menghentikan kegiatannya, bahkan tidak menoleh sedikit pun. "Reza, untuk apa kamu ke sini?" suaranya datar, tanpa emosi.

Aku menelan ludah, lalu duduk di tepi ranjang, menatap punggungnya yang terasa begitu jauh. "Aku… Aku ingin kita bicara, Aisyah. Aku tidak ingin semua ini berakhir seperti ini."

Kali ini dia berhenti, menarik napas panjang sebelum berbalik menatapku. "Tidak ingin berakhir seperti ini?" ucapnya, matanya menatapku dalam. "Lalu, kamu ingin aku tetap bertahan? Tetap menjadi istrimu sementara kamu berbagi hidup dengan wanita lain?"

Aku terdiam. Aku tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku mencintaimu, Aisyah," kataku akhirnya, penuh dengan rasa putus asa.

Dia tersenyum miris. "Kamu mencintaiku, tapi kamu juga mencintai wanita lain. Kamu mencintaiku, tapi kamu tetap memilih menyakitiku. Kamu mencintaiku, tapi kamu membiarkan orang tuamu menentukan hidup kita."

Aku mencoba meraih tangannya, tapi dia mundur selangkah. "Jangan sentuh aku, Reza. Aku sudah selesai dengan semua ini."

Hatiku terasa begitu sakit. "Aku tahu aku salah, Aisyah… Aku tahu aku sudah menyakitimu. Tapi kumohon… beri aku kesempatan…"

Dia menatapku lama, lalu tersenyum tipis. "Kesempatan?" ucapnya pelan. "Aku sudah memberimu banyak kesempatan, Reza. Aku sudah bertahan selama ini, berharap kamu akan berubah. Tapi nyatanya? Kamu tetap memilih jalan ini."

Matanya mulai berkaca-kaca, tapi dia tetap tegar. "Kamu sudah memilih, Reza. Dan sekarang, aku juga memilih. Aku memilih untuk pergi."

Aku merasakan dadaku semakin sesak. "Aisyah… Aku mohon…"

Tapi dia hanya menggeleng pelan, lalu kembali melanjutkan membereskan barang-barangnya. "Sudah terlambat, Mas."

1
Kamiem sag
kemana Aisy
Ambo Nai
silaras pelakor sok bijak.pelakor murahan.
Arin
/Heart/
Arin
Sokor.....
Arin
Sudah nikmati saja pilihanmu sekarang Reza..... Apalagi didukung kedua orang tua mu. Manjakan istri barumu kan dirimu punya duit. Menikah kedua saja orang tuamu sudah membedakan dengan pernikahan pertamamu. Tapi nanti jangan menyesal jika istri keduamu tidak seperti yang kamu inginkan
Arin
Biar-biar dia menyesal Raka. Reza kan cuma nurut sama kedua orang tua nya. Tanpa memikirkan perasaan istrinya....... sakit
Arin
Makanya jangan sekali2 mengusik seorang istri dengan izin untuk poligami. Kalau aku di kayak gituin sih terus terang bilang..... Silahkan jika ingin menikah lagi aku izinkan, tapi syaratnya ceraikan aku.

Dikira gak sakit apa istri pertama harus menerima suami menikahi orang lain???
Sri Rahayu
Luar biasa
martina melati
terima kasih thor atas karyamu ini. tetap semangat berkarya y.

mohon berkenan jika komentar saya terlalu tajam /Pray/
martina melati
menyesal kemudian tiada guna
martina melati
gk usah menghargai orang, sama menantu aplg cucu perempuan aja gk sayang... mauny sm cucu laki2 aja
martina melati
astagaaa... nih yg perlu diobati ibuny reza, terlalu obsesi cucu laki2
martina melati
turut prihatin y...
martina melati
maksudny? syndrom 1000wajah?
martina melati
br komen nih... pdhl drpd nikah cari istri br jaman skrg canggih bisa program bayi dg jenis kelamin.
martina melati
astagaaaaa
martina melati
bgm jika lahiran nti bayi perempuan y
martina melati
kasihan nti jabang bayiny lahiran bisa ngileran krn bumil ngidam gk ksampean
martina melati
jd suami bukanny mengerti malah mengintimidasi
martina melati
bahaya nih... bisa mengganggu perkembangan janin jika bumil stress ato depresi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!