Gadis Rental Ceo Arogan

"Siapa yang kamu katakan brengsek?!" tanya Bima dengan tatapan lurus ke dalam netra bening gadis cantik dihadapannya. Serena tak menjawab tetapi malah mengalihkan pandangannya cepat ke arah lain.

Sungguh, ia takut kinerja jantungnya terganggu lagi jika membalas tatapan mata elang pria arogan tukang maksa itu.

"Kenapa kamu pergi dari ruangan aku? Gak minta izin pula," lanjut Bima menunggu jawaban. Akan tetapi Serena lagi-lagi tak menjawab. Pokoknya ia sedang kesal dan lebih memilih untuk diam.

"Semakin melunjak ya? Berani gak mau menjawab pertanyaan atasan," ucap Bima dengan ujung bibir berkedut ingin tersenyum.

Serena hanya mendengus pelan. Bibirnya manyun. Dadanya mendidih cemburu jika ingat wanita cantik tadi memeluk dan bermanja-manja pada mantan suaminya itu. Rasanya ia ingin mencuci lengan dan tubuh sang bos yang telah dipeluk oleh wanita tadi.

Tapi, ia sadar diri. Ia hanya orang luar dan bukanlah siapa-siapa. Ia tak ada hak untuk marah.

Gadis itu pun semakin keras mengaduk minumannya seraya membayangkan wajah Bima yang ia aduk-aduk untuk membalas rasa cemburunya.

"Eh belum jawab. Lagi puasa bicara ya?" ucap Bima memancing. Serena hanya mencibir dengan ujung bibir terangkat.

Bima berusaha menahan dirinya untuk tidak tertawa. Sungguh, ia semakin suka melihat ekspresi gadis itu yang semakin menggemaskan. Pria itu pun menarik kursi di hadapan Serena kemudian duduk.

"Ternyata begini ya karyawan pilihan pak Arjuna Raka Sastrowardoyo. Seorang sekretaris plus asisten CEO yang lolos tanpa tes sesuai prosedur tapi tak pernah bisa menyenangkan atasan. Humm, kamu sepertinya perlu diberikan sanksi ya."

"Sanksi saja! Dipecat untuk kedua kalinya pun tak masalah!" tatap Serena tajam. Akhirnya keluar juga suaranya yang ikut bergetar karena emosi tertahan.

Bima tersenyum samar. Pancingannya mengenai sasaran.

"Jangan salahkan pak Arjuna yang meloloskan saya menjadi sekretaris bapak! Ini salah saya yang masih ngebet bekerja di tempat ini padahal anda sudah memecat saya sebelum ini," lanjut Serena sengit. Untuk saat ini, Rasanya ingin ia keluarkan semua uneg-unegnya pada pria itu.

"Saya bukan asisten dan sekretaris yang baik. Saya gak profesional. Saya masuk lewat jalur nepotisme. Kalau mau pecat, pecat aja sekarang!"

"Oh jadi kamu mau dipecat?" balas Bima santai.

Serena tak menjawab.

Bima pun meraih minuman gadis itu dan menghabiskannya. Setelah itu ia langsung meraih tangan Serena dan membawanya keluar dari kantin itu.

"Hey pak Bim. Saya mau dibawa kemana heh?!" tanya Serena bingung.

"Aku ada Sanski untukmu!" jawab Bima tanpa mau menghentikan langkahnya. Meskipun Serena sedang marah, ia tetap saja ikut karena tak ingin berdebat di lokasi perusahaan itu.

Apa kata karyawan lain jika ada yang melihat mereka berdua tidak akur seperti itu.

"Naik!" titah Bima saat ia sudah sampai di depan mobilnya.

"Hah? Kita mau kemana pak?!" tanya Serena semakin bingung.

Bima tak menjawab tapi tetap memaksa gadis itu untuk naik ke atas mobilnya. Serena pun ikut dan patuh saja meskipun sebenarnya ia benar-benar kesal pada si tukang maksa di sampingnya.

Baru saja Bima ingin melajukan mobilnya, Ayu kembali datang menemui mereka.

"Mas Bima mau kemana?" tanya Ayu. Serena yang sedang duduk di jok depan langsung merasa tak nyaman. Sungguh, ia seperti seorang pelakor yang sedang kedapatan bersama suami wanita lain. Ia pun bersiap untuk turun dari mobil itu tapi tangannya langsung digenggam erat oleh Bima.

"Aku ada urusan penting Yu. Kamu pulang ke rumah atau pergilah kemana saja," jawab Bima seraya menghidupkan mesin mobilnya.

"Gak mau! Katakan dulu Mas Bima mau kemana? Inikan masih jam kerja!"

"Ayu! Aku bilang pulang sekarang!" tegas Bima dan bersiap melajukan mobilnya.

"Ih, terus makanan yang aku bawain dari rumah mas gak mau makan?" tanya gadis itu seraya menatap wajah Serena yang sedang menundukkan wajahnya.

"Mau makan di luar ya?!" lanjut Ayu dengan ujung bibir berkedut ingin tersenyum. Bima tak mau lagi menjawab dan langsung melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.

Meladeni Ayu tak akan ada habisnya. Dan ia takut akan kehilangan waktu berharga dengan Serena lagi.

"Mas Bimaaa!" teriak Ayu kesal karena langsung ditinggalkan.

"Aku lapor sama mama papa ya!" teriaknya lagi seraya mengangkat kedua tangannya dengan terkepal.

"Ngapain sih gangguin orang yang lagi mau kencan?" tanya Amar yang tiba-tiba saja muncul dari arah belakang Ayu. Gadis itu langsung mendengus karena Amar datang lagi.

"Aku tuh sengaja untuk cari hiburan. Daripada sama mas Amar terus, bosan tahu gak;" balas Ayu dan bersiap untuk naik ke dalam mobilnya. Akan tetapi Amar langsung menggantikannya menyetir.

"Ini mobil aku mas. Bisa gak sih kasih aku waktu sendiri saja. Aku ingin ketemu sama teman-teman," kesal Ayu.

"Ya udah. Temuin aja. Aku cuma jadi sopir aja kok." Amar menjawab dengan santai.

"Aku mau nemuin Daren pacar aku. Mau jadi obat nyamuk juga?!" tatap Ayu tajam.

"Temuin aja. Aku 'kan hanya jadi sopir," balas Amar masih dengan ekspresi santainya.

"Ish!

Amar tak perduli. Ia pun melajukan mobil itu keluar dari area perusahaan. Hari ini Ayu ada konsultasi dengan dosen pembimbingnya dan ia yang akan mengantarnya lagi sampai gadis itu selesai ujian.

Sementara itu, di dalam mobil Bima,

"Pak, tolong bawa saya kembali bekerja. Saya masih banyak hal yang ingin saya kerjakan," ucap Serena meminta kembali.

Bima tak menjawab tetapi lebih berkonsentrasi dengan jalanan di hadapannya.

"Pak Bima, tolong. Saya ingin bekerja dengan baik. Saya tidak ingin melakukan hal-hal yang melanggar aturan perusahaan. Jadi kumohon bawa saya kembali bekerja pak," mohon Serena khawatir. Sungguh, ia sangat takut kalau istri Bima yang tadi itu akan melaporkannya sebagai seorang pelakor.

"Saya juga tidak ingin jadi orang ketiga dalam keluarga bapak."

Bima mengernyit tapi tak ingin membalas.

"Jadi plis, turunkan saya di sini saja pak. Saya lebih baik pulang naik taksi saja."

"Udah selesai ngomongnya?" balas Bima seraya menghentikan kendaraan roda empat itu di depan sebuah bangunan berlantai ratusan yang merupakan sebuah hotel bintang lima.

Serena semakin takut saja dibuatnya.

"Untuk apa kita kesini pak? Bapak 'kan gak ada jadwal ke hotel ini hari ini."

Bima tak menjawab tapi langsung turun dari mobil kesayangannya itu dan mengitarinya untuk membukakan pintu untuk sang pujaan hati.

"Turunlah," ucapnya seraya meraih tangan Serena untuk membantunya keluar dari mobil itu.

"Gak. Saya gak mau turun pak," tolak Serena.

"Mau jalan sendiri atau aku gendong?!"

🌺🌹🌺

*Tobe Continued.

Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?