Mengejar Cinta MAS Ojol

" Nyariin Sheila?, Sheila engga disini Vin..!" Sahut Iwan, dan Iwan kembali mengingat kejadian tadi di pasar bersama Sheila. Jika pak haji Udin melihatnya. Serta Iwan melihat jika pak Haji mencurigai seseorang yg dibelakang Iwan.

" Sheila itu dah lama nyariin orang didaerah sini. Tapi saya ga tahu siapa yg dicari pak. Nyampai stress begitu" Ucap Vina, kemudian menatap sekeliling kontrakan engkong Sa'i.

" Saya masih muda kali Vin, ga usah panggil pak apa, kalau bukan dikerjaan " Celetuk Iwan, sambil melirik kedalam. Agar Sheila tidak nongol keluar.

" Kirain kemarin kenalan terus janjian, Hayooo...!" Ucap Vina menggoda, namun Iwan hanya melengos.

" Emang dia ngontrak didaerah sini..?" Tanya Iwan, sambil menatap wajah Vina yg ayu. Berbalut pakaian muslimah.

" Di kontrakan ayah yg diseberang.."

" Ohh..." Sahut Iwan.

" Istrinya kemana pak?, kata tukang warung pak Iwan sama istri.." ucap Vina sambil melirik kedalam kontrakan.

" Mandi.." sahut Iwan.

" Oh, ya udah saya pamit dulu.." Ucap Vina, kemudian pergi meninggalkan Iwan yg tampak tersenyum. kemudian masuk kedalam kontrakan.

" Waduuuuhh...!"

Iwan menepuk jidat, karena ada sesuatu yg janggal.

" Kenapa Wan..?"

Sheila yg keluar dari kamar mandi untuk ngumpet, kini keluar melihat Iwan yg tampak kaget.

" Lupa, kalau pak haji tahunya aku bujang. Terus pemilik warung tahunya aku punya istri. Karena kamu sering kesini.." Sahut Iwan, kemudian menatap Sheila. Sheila hanya mengerutkan keningnya.

" Paling digrebeg Wan.." Sahut Sheila cekikikan.

" Mau kalau digrebeg disini kamu Yang..?" Ucap Iwan, tangannya kemudian merangkul Sheila.

" Cie, dah panggil sayang. Emang aku siapa mu..?" Sahut Sheila, menggoda Iwan. Iwan kemudian berfikir, jika Sheila bukan pacar maupun kekasih, bahkan bukan tunangan ataupun istri.

" Maumu apa..?" Ucap Iwan kemudian menatap Sheila lebih dekat.

" Selingkuhan bukan. pacar juga bukan. Apalagi suami istri. Tapi aku ga mau pisah sama kamu mas.." Sahut Sheila kemudian merebahkan kepalanya didada Iwan.

" Cie panggil mas.." sahut Iwan kemudian mengacak rambut Sheila.

" Boleh kan, aku panggil mas..?"

" Kan tuaan kamu 2 tahun Yang.." Sahut Iwan.

" Bodo amat.."

" Ya udah terserah kamu.." Sahut Iwan kembali, kemudian melumat bibir Sheila. Dan Sheila pun membalasnya.

Tangan Iwan sudah meremas bukit kembar Sheila. Membuat Sheila melenguh dan menikmati. Sheila sudah tidak tahan dengan sentuhan sentuhan yg diberikan Iwan saat ini. Hingga keduanya pun melakukan penyatuan seperti malam malam sebelumnya.

Hal itu sudah membuat candu bagi Sheila. Apalagi jika bersama Iwan. Bahkan Sheila ingin lebih dan lebih. Hingga keduanya terkulai lemas saling mendekap erat.

" Kamu narik engga Wan..?" tanya Sheila, berbantal dada Iwan. Enggan untuk melepaskan.

" Aku narik ya!, buat tambah tambah. Kamu sendiri gapapa kan di kontrakan?, atau mau kembali ke kontrakan mu..?" tanya Iwan sambil membelai rambut Sheila yg kusut akibat ulahnya.

" Aku ke kontrakan aja ya, siapa tahu Vina kesana.." sahut Sheila dan Iwan pun mengangguk.

" Ya udah, aku anterin, kita mandi dulu.." Sahut Iwan kemudian keduanya pun mandi bersama. Sudah setiap hari begitu. Namun kali ini hanya mandi. Kemudian mengantar Sheila ke kontrakannya.

...****************...

Pukul delapan malam, Iwan kembali narik untuk mengais rejeki sampingannya. Namun untuk malam ini, ia hanya untuk mengantar makanan.

Iwan berjajar antri untuk mendapatkan orderan bersama teman ojol yg lain. Dan tak lama kemudian Iwan pun mendapatkan pelanggan untuk mengambil makanan siap saji. Berupa pizza untuk diantar ke apartemen.

" Maya, apartemen xxx. Bukankah ini apartemen sama dengan Riska..?" ucap Iwan sambil menyalakan motornya menuju gerai pizza.

Lokasi memang agak jauh, sehingga Iwan mendapatkan uang lebih dari jasanya. Iwan kemudian mengambil dan membayar terlebih dahulu. Kemudian mengantar pizza tersebut ke alamat tujuan.

Sesampainya di apartemen, Iwan pun mengantar ke lantai tujuannya saat ini. Dan ternyata berbeda satu lantai dengan tempat Riska berada. Lantai apartemen Riska berada di nomer 9 sementara yg diantar atas nama Maya berada di lantai 10.

Setelah keluar lift Iwan mencari nomor apartemen Maya, dan tak lama kemudian Iwan mendapatkannya.

Iwan menghubungi nomor telepon Maya dan diminta untuk tunggu di pintu. Iwan pun mengikutinya.

Tak lama kemudian pintu pun terbuka, tampak wanita cantik dengan kulit putih mulus berada dihadapannya.

"Sexy. Sepertinya sengaja menggodaku.." ucap Iwan dalam hati.

Bagaimana tidak, Maya hanya menggunakan handuk sebagai penutup dada hingga bawah perut. Dan kulit mulusnya terlihat jelas.

" Masuk dulu mas, belum ambil uang.." Ucap Maya sambil menarik tangan Iwan masuk kedalam. Iwan menelan ludahnya kasar. Karena perlakuan dari Maya. Namun Iwan tidak melepas pandangannya.

Apalagi bagian dadanya yg membusung seakan menantang untuk diremas.

" Disini aja kak.." Sahut Iwan, namun ia tetap mengikuti tarikan tangan Maya. Maya kemudian menutup pintu.

" Gapapa, ga enak kalau ada yg lihat mas. Saya belum pakai baju soalnya.." Sahut Maya sambil mengedipkan satu matanya.

" Engga takut kalau ada yg nerkam apa?, saya normal lho kak.." Sahut canda Iwan. Tapi Maya justru kembali menggoda Iwan. Maya menggigit bibir bawahnya.

Perkiraan Iwan , usia Maya masih 20an. Dan tampak sedang bergairah, karena terlihat dari sikapnya kali ini.

" Mau dong diterkam sama mas. Yuk.."

Iwan kaget dengan pernyataan dari Maya, justru Maya tidak segera mengambil kotak pizza yg Iwan bawa. Iwan diam membeku, apalagi Maya membuka handuknya dengan sengaja.

Tampak tubuh pol00s sexy dihadapannya, membuat Iwan menelan ludahnya kembali. Maya semakin mendekat, dan menaruh kotak pizza pesanannya di sofa. Dan Iwan tidak bergerak sama sekali. Apalagi Maya sudah menyentuh tongkat bisbol milik Iwan yg masih dalam sarangnya.

" Mau mas, *****nya gede ternyata. Tuntasin yaaaahhh.." Ucap Maya sambil membelai. Iwan masih diam, melihat tingkah Maya dihadapannya. Bahkan Maya perlahan lahan membuka kancing celana Iwan. Dan tak lama kemudian tongkat bisbol pun keluar dari sarangnya. Maya langsung melahapnya. Iwan kembali diam sambil menatap Maya dibawah sana.

euuuummmm....

Maya tak henti hentinya menghisap, bahkan menjil*t hingga benar benar basah. Kemudian Maya menurunkan celana Iwan perlahan hingga benar benar terlepas. Kembali Maya mengulum tongkat bisbol yg menantang itu. Tak lama kemudian berdiri.

" Mas.."

Ucap Maya sambil mengalungkan tangannya di leher Iwan.

" Punya mas sangat menantang, bolehkah saya merasakannya.." ucap Maya sambil menatap Iwan kemudian mendekatkan wajahnya. Iwan mengangguk, kemudian melumat bibir Maya yg sudah basah. Bahkan Maya langsung menekan kepala Iwan agar semakin menyesap ke dalam. Lidahnya bersahutan.

Maya pun membuka jaket ojol Iwan dan kaos Iwan yg melekat. Hingga keduanya sudah sama sama b*g*l saat ini.

Iwan meremas bukit kembar Maya dan tampak pas ditangannya.

Tangan kanan Iwan pun berangsur kebawah, memainkan inti milik Maya. Membuat Maya melenguh kenikmatan akibat dari jari jari Iwan yg menari.

" Masnya sangat pengalaman ternyata.." Ucap Maya. Sambil mendesaaaahh menikmati sentuhan sentuhan Iwan.

" Apakah.."

" Saya bukan gig*lo.." Sahut Iwan, kemudian menelusuri setiap inci wajah Maya. Bahkan hingga ke ceruk leher Maya. Kemudian berpindah ke dada Maya yg membusung. Jemarinya menari dibawah sana. Bergerak naik turun secara cepat.

Uggghhh....

Maya sudah tidak tahan, hingga mengajak Iwan duduk disofa. Maya duduk dipangkuan Iwan menari nari disana.

" Engga takut hamil..?"

" saya tidak bisa hamil.." Sahut Maya sambil menengadahkan wajahnya. Kembali Iwan menjelajahi leher Maya.

...****************...