“Arga, ini aku bawain sandwich buat kamu. Dimakan ya, semoga kamu suka,”
Argantara datang menjemput Shelina tunangannya hasil perjodohan karena suruhan orangtua. Ketika Shelina sudah masuk ke dalam mobil, Ia langsung mengemudikan mobil dengan kecepatan yang tinggi dan mengabaikan ucapan Shelina.
Tunangannya itu langsung panik ketika Argantara melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi tanpa memedulikan dirinya yang merasa trauma pernah mengalami kecelakaan lalu lintas di usia kecil.
“Arga tolong jangan ngebut, aku takut,”
“Lo pantes dapat hukuman ini ya. Nyokap gue nyuruh gue untuk jemput lo! Emang gue supir lo?! Hah?!”
“Tapi ‘kan—-tapi bukan aku yang minta, Ga,”
“Lo harus tau satu hal, gue benci sama lo! Walaupun gue udah putus dari cewek gue, dan dia ninggalin gue nggak jelas sebabnya apa, tapi gue masih cinta sama dia, dan gue nggak akan buka hati buat siapapun itu selain dia! Gue yakin dia bakal balik lagi,”
“Tapi ‘kan kita udah tunangan, Ga,”
“BARU TUNANGAN! GUE BENCI SAMA LO, PAHAM?!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arzeerawrites, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
“Oh tunangan Mas yang lagi sakit? Semoga cepat sembuh ya, Mas,”
Pelayan cukup kaget mendengar Argantara menjawab dengan ketus. Argantara paling tidak suka diajak basa-basi sebenarnya. Apalagi dengan orang yang tidak dikenalnya. Tapi ketika pelayan itu mendoakan kesembuhan Shelina, tentu Argantara mengamininya.
“Ini, Mas,”
Pelayan menyerahkan parsel buah dan juga belanjaan makanan ringan yang telah dihitung totalnya kepada Argantara.
Argantara langsung menyerahkan kartu debitnya sebagai alat pembayaran. Tidak lama kemudian transaksi pun selesai. Argantara segera membawa apa yang Ia beli barusan ke mobil.
Niat hati ingin pulang setelah dari rumah Shelina. Tapi entah kenapa hatinya menyuruh Ia untuk singgah ke supermarket untuk membelikan sesuatu yang mungkin diperlukan oleh Shelina.
Argantara tidak tahu kenapa ada dorongan untuk melakukan ini. Entah apa tanggapan Shelina nanti yang pasti akan bingung kenapa tiba-tiba Ia jadi baik. Argantara sudah pusing memikirkan alasannya sekarang, padahal jalan ke rumah Shelina juga belum.
******
“Kamu harusnya istirahat, bukan malah nonton, Shel,”
“Aku nggak bisa tidur, Ma. Pengen nonton sebentar di sini dan ternyata Mama Papa lagi nonton juga. Maaf ya kalau aku ganggu,” ujar Shelina seraya tersenyum usil menatap kedua orangtuanya.
“Nggak ganggu kok, Sayang,”
“Serius? Mama Papa ‘kan lagi berduaan,”
“Ya berduaan nonton, Sayang. Bukan berdua mesra-mesraan. Udah bukan zamannya lagi,”
Shelina terkekeh mendengar ucapan Shefia mamanya yang melirik suaminya dengan sebal. Lihatlah, terlalu menikmati tontonan, suaminya itu tak fokus dengan apa yang Ia bicarakan.
“Ya ‘kan, Pa?”
“Hah?”
“Hah heh hoh aja. Udah persis kayak anaknya kalau lagi diajak ngomong tapi nggak dengar karena sibuk sendiri,”
Shelina langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan ketika dibicarakan oleh sang mama.
Tiba-tiba ada bunyi bel yang membuat mereka bertiga kompak menatap satu sama lain dan Shelina bertanya pada mama juga papanya “Siapa itu ya?”
“Nggak tau, Sayang. ‘Kan kita sama-sama di sini, belum liat tamunya,”
“Coba aku liat dulu ya,”
“Sayang, biar Mama aja,”
“Udah, Mama Papa duduk aja di sini ya. Aku yang bakal liat tamunya,”
“Ya udah jangan langsung dibuka pintunya, liat dulu dari jendela ya,”
“Siap, Ma. Aku selalu ingat pesan Mama kok,”
Shefia memuji anaknya dengan ibu jari. Shelina tersenyum lantas melangkahkan kakinya untuk mencari tahu siapa tamu yang datang.
“Papa tebak itu Arga,”
“Kenapa Papa tebak begitu?”
Shefia mengernyitkan keningnya bingung mendengar suaminya tiba-tiba menebak kalau yang datang adalah tunangan dari putrinya.
“Ya karena—-hati Papa bilang gitu sih, Ma. Nggak tau juga deh benar atau hati Papa sok tau,”
“Ya kenapa Arga? Kenapa nggak uang lain aja?”
“Karena Arga tadi ‘kan datang ya? Dan ketemu Mama ‘kan? Nah mungkin dia belum tenang kalau belum ketemu Shelina, jadi dia datang ke sini lagi deh,”
“Oh feeling Papa begitu ya?”
“Iya, kayaknya sih Arga, coba sana Mama liat deh,”
Shefia langsung menganggukkan kepalanya. Ia zegera beranjak meninggalkan sofa untuk memcari tau sendiri sebenarnya siapa tamu yang datang itu. Benarkah Argantara? Atau mungkin yang lain.
“Sayang, siapa?”
Shelina sedang terdiam menatap tamunya lewat jendela. Kalau saja Mamanya tidak datang, Shelina mungkin akan diam saja dengan waktu yang lebih lama. Shelina sedang bingung melihat kedatangan Argantara ke rumahnya dengan membawa parsel buah dan juga paper bag yang entah apa isinya.
“Ada Arga di luar, Ma,”
“Terus kenapa nggak kamu bukain pintunya?”
“Tadi aku sempat bingung, aku ngelamun dulu. Aku nggak tau kenapa dia datang lagi,”
“Ya langsung dibuka pintunya, Sayang. Kenapa malah ngeliatin dari jendela aja?”
Shelina tersenyum sambil menggaruk pelipisnya. Ia terlalu bingung, gugup, tidak tahu juga harus bersikap seperti apa ketika melihat Argantara datang ke rumahnya tiba-tiba.
.