" Aku menyukaimu Ran. Aku sungguh-sungguh mencintaimu?"
" Pak, eling pak. Iih ngaco deh Pak Raga."
" Ran, aku serius."
Kieran Sahna Abinawa, ia tidak pernah menyangka akan mendapat ungkapan cinta dari seorang duda.
Duda itu adalah guru sejarah yang dulu mengajarnya di tingkat sekolah menengah atas. Araga Yusuf Satria, pria berusia 36 tahun itu belum lama menjadi duda. Dia diceraikan oleh istrinya karena katanya menderita IMPOTEN.
Jadi bagaiman Ran akan menanggapi perasaan pria yang merupakan mantan guru dan juga pernah menjadi kliennya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DDI 33: Nengokin Korban
" Ohooo Bang, kayaknya bakalan mantu nih."
Plak!
" Auch, sakit Bang, elaah Abang mah. Aku kan bukan bocah yang dikeplak kepalanya. Bang gini-gini aku bagian dari pemilik RSMH. Buset deh, karismaku bisa anjlok kalau gini mah.
" Mbuh, sekarepmu."
Tap tap tap
Kai melenggang pergi, ia yang awalnya ingin masuk ke kamar rawat Raga akhirnya urung. Dan Nataya mengikuti Abang sejuta umat itu pergi. Kenapa Kai dipanggil Abang sejuta umat? Karena dalam circle pertemanan keluarga besar mereka, Kai adalah generasi kedua yang usianya paling tua. Dia adalah idola para adik-adik beda keluarga yang dihormati dan diidolakan.
Ketika dulu mereka masih muda, jika ada pertengkaran dan Kai keluar dan bicara maka semua akan dia. Setiap ada kerusuhan, jika salah seorang berkata " nanti aku bilangin Abang lho, " maka semua pun akan diam. Inilah the power of Abang Kai.
Sraak
Kai menarik salah satu kursi di kantin lalu duduk di sana. Sedangkan Nataya menuju ke tempat pemesanan, ia menginginkan kopi malam itu. Padahal malam ini Nataya tidak sedang jaga malam, tapi karena dihubungi oleh Kai, dia yang sedang tidur pun langsung bangun. Sebenarnya petang tadi Nataya juga sudah mendapat cerita dari putra bungsunya soal Ran. Maka dari itu dia langsung paham saat Kai menelpon.
Bukan hanya itu, sebelum bertemu dengan Kai pun Nataya sudah mengkonfirmasi keadaan Raga pada putri sulungnya. Dan tidak ada yang serius pada luka pria itu.
" Jadi siapa kah pemuda itu wahai kakak besar."
" Mantan gurunya Ran yang belum lama ini jadi duda."
" What?"
Nataya tentu terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Kai mengenai pria yang dibawa Ran ke rumah sakit. Ia tidak pernah menyangka bahwa pria itu sering duda. Tapi selanjutnya wajah terkejut Nataya berubah menjadi senyuman yang begitu lebar.
" Tck duda pun nggak masalah kali Bang, bukannya dulu Abang dapat Kakak Ipar juga Janda hehehe."
Kai terdiam, omongan Nataya jelas tidak salah. Hanya saja yang jadi pertimbangan Kai adalah Raga yang katanya menderita disfungsi ereksi. Meskipun itu belum terbukti karena belum ada pemeriksaan medis ataupun pembuktian secara langsung.
Hingga kopi mereka berdua habis, tidak dada lagi pembicaraan yang berarti. Kai kemudian beranjak dari tempat duduknya dan memilih untuk mendatangi kamar rawat Raga. Meskipun ini situasi khusus, tapi Ran belum pernah berada dikamar bersama seorang pria sama sekali. Kai menjadi sedikit khawatir. Maka dari itu dia Yanga awalnya ingin pulang pun tidak jadi.
" Mau kemana Bang?" tanya Nataya sambil berlari kecil mengikuti langkah besar kaki Kai.
" Nengokin korban," sahut Kai pelan.
Dokter spesialis bedah anak itu hanya terkekeh geli melihat Kai. Ia tahu saat ini pari itu sedang merasa khawatir terhadap putrinya yang mungkin saja sudah mendekati tanda-tanda akan meninggalkan masa lajang. Ya, setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Nataya. Walaupun sebenarnya ia yakin bahwa Kai tidak akan melepaskan putrinya dengan mudah.
" Hei duda, siapapun kamu kayaknya perjuanganmu tidak akan mudah," gumam Nataya pelan.
***
Pagi hari di rumah sakit, setelah berbincang sebentar Kai memutuskan untuk pulang. Ya, dia menanyakan kondisi Raga. Awalnya Raga terkejut saat membuka mata ada Kai dan Ran. Rupanya dia tidak ingat bahwa semalam Ran lah yang membawa dirinya ke rumah sakit.
Namun keterkejutan yang paling besar adalah adanya Kai di sana. Sungguh rasanya amat sangat canggung. Dia merasa malu karena mendapat luka yang seperti ini.
" Istirahatlah 3 hari cukup untuk di rumah sakit, lalu lanjutkan istirahat di rumah."
" Ba-baik Tuan, terimakasih atas perhatiannya."
Hanya itu yang bisa Raga ucapkan. Tidak ada lagi kata-kata yang bisa mewakili apa yang ia rasakan saat ini kecuali ucapan terimakasih.
" Ran, bilang ke Tante Naisha. Minta izin cuti buat Pak Guru. Abi udah bilang sih ke Nataya, tapi lebih baik direktur DIS juga tahu secara langsung."
" Iya Bi, nanti Ran akan ke DIS untuk bertemu Tante Naisha."
Gluph!
Raga menelan saliva nya dengan susah payah. Nama yang disebutkan oleh Kai Dan Ran itu adalah Naisa atau nama lengkapnya adalah Naisha Gita Dewantara, direktur utama DIS sekaligus salah satu dari pemilik DIS. Memang circle pertemanan keluarga Ran itu luar biasa, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa hubungan Ran terlihat begitu dekat. Panggilan Tante pada Dirut DIS itu saja sudah bisa menunjukkan seperti apa kedekatan mereka.
Kai melenggang pergi lebih dulu, disusul Ran. Setelah berpamitan kepada Raga dan berjanji untuk kembali lagi setelah semua urusan selesai, Ran benar-benar meninggalkan Raga di rumah sakit sendiri.
Tapi Ran tidak langsung pulang, ia lebih dulu menemui Neha untuk menyediakan satu perawat pria bagi Raga. Perawat wanita pasti membuat Raga Tidka nyaman, jadi Ran memutuskan meminta perawat pria.
Setelah urusannya selesai Ran pun keluar dari rumah sakit, tapi saat hendak menuju ke tempat parkir dia melihat Rena. Merasa penasaran dengan apa yang Rena lakukan di rumah sakit, Ran memutuskan untuk mengikuti wanita itu diam-diam.
" Dia nggak mungkin kan mau nemuin Mas Raga, lagian dia nggak tahu kok kalau Mas Raga di sini," ucap Ran pelan. Ia masih mengendap-endap agar tidak ketahuan oleh Rena. Dan sebuah hal membuat Ran terkejut, rupanya Rena masuk ke poli kandungan. Kedua alis Ran berkerut, sebuah pertanyaan muncul, mau apa wanita itu ke poli kandungan.
" Apa dia hamil? Tapi sama siapa? Kan Mas Raga kata dia impoten. Jangan-jangan dia hamil anak dari pria itu. Oh astaga, beneran deh wanita itu. Haish, takut takut takut. Takut banget modelan begitu. Weeeh apa jangan-jangan dia minta balikan ke Mas Raga karena tau dirinya hamil. Laah aneh, Napa nggak sama pacarnya aja, kan mereka bisa nikah sekarang. Aah bodo amat dengan urusan wanita itu."
Ran membalikkan tubuhnya dan segera pergi. Masih banyak hal yang harus ia lakukan hari ini, dan memikirkan Rena tentu tidak akan masuk dalam list pekerjaan yang akan dia lakukan.
TBC