NovelToon NovelToon
Anak Yang Terabaikan

Anak Yang Terabaikan

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Wanita Karir / Mengubah sejarah / Kontras Takdir / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:373.4k
Nilai: 4.8
Nama Author: Muliana95

Bagaimana rasanya, jika kalian sebagai seorang anak yang di abaikan oleh orangtuamu sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kuatkan Aku!

Setelah orangtuanya masuk kamar, Vania memilih menaiki lantai atas untuk menemui Adira. Dia ingin tahu apa yang dilakukan adiknya itu.

"Mampus ..." gumam Vania mendengar suara tangisan Adira.

Tanpa permisi, Vania langsung membuka pintu kamar Adira. Dan apesnya lagi, Adira tidak mengunci pintu kamarnya, karena dihatinya masih berharap, jika Ibu atau Ayahnya kembali datang ke kamarnya hanya sekedar untuk mengelus kepalanya.

"Kak Vania? Kenapa kesini?" ujar Adira kaget.

"Mau melihatmu. Emang gak boleh?" sinis Vania. "Kamarmu, ternyata cantik juga ya. Aku suka. Bagaimana jika kita tukar kamar aja?"

"Gak sudi." balas Adira. "Keluar lah, karena aku ingin tidur." usir Adira.

"Ingin tidur? Atau?" menjeda ucapannya.

"Apa?" cetus Adira.

"Mau meratapi nasib?" kekeh Vania.

"Asal kamu tahu ya, kamu gak akan bisa mendapatkan kasih sayang Ayah dan Ibu. Kamu itu anak yang tak diinginkan. Jadi, seharusnya kamu sadar diri." tekan Vania. "Dan jangan coba-coba merebut mereka dari aku." lanjut Vania mendekap tubuhnya.

"Dan kamu pikir, dengan pura-pura lemah didepan mereka, kamu udah bisa mendapatkan perhatian mereka? Kamu salah, mereka cuma sayang sama aku. Cuma melihat aku seorang." sinis Vania.

"Iya kah? Bukannya Ayah dan Ibu menyayangimu karena kamu penyakitan?" remeh Adira mulai kesal.

"Kamu ..." tunjuk Vania.

"Tapi benarkan? Aku dibebas kan, walau main sampai jam berapapun. Sedangkan kamu? Bahkan, pulang sekolah saja, kamu harus dijemput oleh Ibu, Ayah ataupun karyawannya Ayah. Emang kamu gak mau berjalan bebas, bersama teman-temanmu, misalnya?" cibir Adira.

Vania langsung keluar dari kamar Adira sambil menghentak-hentakkan kakinya. Dan Adira tersenyum puas karena melihat kekesalan Kakaknya.

Beberapa saat kemudian, Adira baru saja terlelap. Terdengar bunyi pintu dibuka dengan hentakan yang cukup keras.

"Apa yang kamu katakan pada Kak Vania hah?" berang Ella.

"I-ibu ..." lirih Adira ketakutan.

"Kamu tahu? Kakakmu dengan baik hati ingin melihat keadaanmu. Dia khawatir karena melihatmu pucat. Tapi kamu malah mengatakan hal yang tidak-tidak padanya? Apa sih mau mu? Kamu ingin Kakakmu mati?" teriak Ella, mengguncang-guncang tubuh Adira. "Kenapa kamu menyusahkan sekali hah?"

"Bu, tapi Kak Vania yang mulai. Dia ..."

"Harusnya kamu lebih. sabar, kamu sendiri kan tahu, jika Kak Vania itu sakit. Jadi jangan tambahkan pikirannya." potong Ella. "Sekarang turun dan minta maaflah." perintah Ella.

"Ibu kenapa sih? Apa yang selalu Kak Vania ucapkan, selalu saja Ibu anggap benar. Bahkan Ibu tak pernah mendengar penjelasan ataupun pembelaan dariku. Kenapa Ibu segitunya memperlakukan aku? Apa aku salah? Apa aku tidak boleh membela diri, atas hinaan yang Kakak lontarkan terhadapku? Apa di rumah ini, hanya perasaan dan hati Kak Vania yang harus dijaga? Apakah aku tidak punya hati? Ibu dan Ayah selalu saja mengabaikan aku." teriak Adira sambil terisak.

"Oo jadi selama ini kamu mengganggap Ibu abai terhadapmu? Jika Ibu abai, kamu tidak mungkin bisa hidup nyaman sampai sekarang. Bahkan kamu tidak bisa makan dan sekolah." sahut Ella emosi.

"Itu memang kewajiban Ibu. Ibu yang melahirkan aku. Dan sekarang Ibu juga yang membunuh batinku." lirih Adira terisak.

"Kamu kenapa begitu sih Adira? Ibu hanya tidak ingin Vania kenapa-napa. Ibu gak mau dia kembali masuk ke rumah sakit. Kamu sendiri kan tahu, jika tubuhnya lemah. Kenapa kamu begini?" jerit Ella frustasi. "Sekarang turun, dan minta maaf pada Vania." Namun Adira kembali tidur dengan menutupi seluruh tubuhnya.

Karena geram, Ella memaksa mendudukkan tubuh Adira. "Turun dan minta maaf pada Vania. Ibu tidak mau dia kenapa-napa!" paksa Ella.

"Ibu ... Ibu sadar gak, kalau sekarang aku demam. Emangnya Ibu tidak merasa, jika sekarang suhu tubuhku panas? Bahkan Bu Mar, saja tahu, jika aku pucat dan lesu dari pulang sekolah." jerit Adira menangis. "Ibu selalu saja memperhatikan keadaan Kak Vania, lihat aku Bu, aku anakmu." mohon Adira.

"Kamu cuma demam kan? Sedangkan Kakakmu? Dia bahkan pernah merasa sakit lebih dari yang kamu rasa. Kamu baru demam saja sudah ngeluh kan? Seharusnya sekarang kama sadar, jika sakit itu tidak enak. Makanya mulutmu ini dijaga." ujar Ella mencubit pipi Adira karena geram.

"Keluarlah, Bu, karena aku tetap pada pendirianku." tegas Adira kembali tidur.

"Baik, tapi jangan harap besok kamu mendapatkan uang saku dari Ibu, sebelum kamu minta maaf pada Vania." ucap Ella meninggalkan Adira.

Tadi, setelah dari kamar Adira. Vania turun dengan tergesa-gesa, dari tangga dia melihat Ibunya sedang menuju dengan teko ditangannya.

"Bu ..." panggil Vania dengan air mata yang berderai.

"Sayang, kamu kenapa? Kok dari atas." panik Ella.

"Ta-tadi a-aku ke kamar Adira. Mau melihat keadaannya, Ka-karena tadi dia kelihatan pucat." seru Vania terbata-bata. "Terus, dia mengatakan kalau kalian sayang dan kasihan sama aku karena penyakitan. Aku juga ingin sehat Bu. A-aku juga gak mau sakit Bu." tangis Vania. Ella langsung memeluk tubuh Vania yang hampir terjatuh.

"Sayang, udah-udah, itu semua gak benar. Ibu dan Ayah sayang sama Vania, karena Vania anak Ibu. Kebanggaan Ayah dan Ibu." ungkap Ella.

"Ta-tapi kata Adira..." menangis tersedu-sedu.

"Bu, kok lama sih." seru Afandi dari depan pintu kamar. "Eh, ada apa ini?" menuju ke tempat Vania dan Adira.

"Yah, tolong jagain Vania. Ibu mau negur Adira."

"Emang Adira buat salah apa?" tanya Afandi, dan Ella menceritakan seperti yang didengarkannya dari Vania.

"Itu gak benar nak! Udah, jangan nangis lagi." kata Afandi.

"Bu, aku ingin Adira minta maaf, biar dia gak mengatakannya lagi. Aku sedih Bu, sebab sakit bukanlah, pilihanku. Andai pun, bisa. Aku juga ingin seperti dia yang bebas melakukan apa saja. Aku juga tidak ingin selalu merasakan sakitnya tusukan jarum infus ditangan ku." rengek Vania.

"Sudah-sudah, kamu diam dulu ya. Jangan nangis terus-terusan. Bukannya besok kamu harus kembali ikut olimpiade? Jadi, kamu harus menjaga kesehatan. Jangan pikirkan apa yang Adira ucapkan." bujuk Ella, setelahnya dia langsung menuju ke kamar Adira.

 🍁🍁🍁🍁🍁

Keesokan harinya, dengan keadaan yang masih demam Adira turun dari kamarnya. Dia berniat menuju ke dapur untuk menikmati sarapan. Namun, di meja makan sudah ada Ibu, Ayah dan Kakaknya.

Melihat kedatangan Vania, Bu Mar langsung menghampiri Adira.

"Masih demam?" memeriksa dahi Adira. "Kok, perasaan lebih panas dari kemarin ya." ucap Bu Mar panik. "Kamu gak minum obat? Sekarang sarapan dulu ya."

"Gak ada sarapan, untuk anak yang gak tahu diri."sindir Ella dari meja makan. "Atau kalau kamu memang lapar, minta maaf dulu sama Kakakmu." Vania langsung menunduk begitu namanya disebut.

"Bu, jangan gitu. Sini Adira, kita sarapan sama-sama." panggil Afandi.

"Gak usah Ayah, aku gak lapar. Bu Mar, aku berangkat dulu ya." pamit Adira dalam tatapan kasihan dari pembantunya.

"Gak usah sekolah hari ini ya." pinta Bu Mar, karena kasihan melihat anak dari majikannya tersebut.

"Bu Mar, kerjakan dulu pekerjaanmu." teriak Ella.

"Aku olimpiade hari ini Bu. Pamit ya."

"Kumohon, kuatkan aku." batin Adira.

1
Land19
nyekik boleh ga sih

jadi ortu apa lagi emaknya ga ada empati²nya sama anaknya sendiri
🤯🤯🤯🤯🤯🤯
Land19
lebih baik mendingan keluar dari rumah aja Dira .ada kamu ada di anggap nya seperti ga ada kamu


semangat ya Dira.
Land19
rasanya aku pengin cekik tuh Ella Sama Vania

sabar ya Allah sabar
ini hanya sebuah novel jangan bapeeer
Land19
nyesek banget aku Thor 😭😭😭
tega banget mereka ya Allah .

aaaakkkkkhhhh!!!!!!!!
😡😡😡😡😡
Land19
egois kamu Van
egois!!!
baru pagi aja Mak bapamu perhatian sama Dira , kamu udah merasa ga dikasih perhatian woyyyy!!!
selama ini Dira apa ga ngalah perhatian nya selalu tercurahkan buat Lo !!!


astaghfirullah
gedek banget ya Allah
Land19
baru mampir
udah dibikin nyesek aja ya Allah
harusnya yg jadi ortu jangan kaya gitu lah. Harus bisa membagi kasih sayang
🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺
Tri Utari Agustina
Anak yang disiakan menjadi penolong cerita bagus banget thor semangat
Shinta Dewiana
tamat jadi devan siska azka...aman2 aja...iyaaa
Shinta Dewiana
ya ampun di siram air keras pula....waduhhh
Shinta Dewiana
ck masih aja enggak sadar diri huh...mati aja kenapa..
Shinta Dewiana
tujuan baik...tp hasilnya....yaaaa
Shinta Dewiana
cih dasar jalang enggak punya malu
Tri Utari Agustina
Orang tua pilih kasih bikin emosi aja ini keluarga tonic
Shinta Dewiana
hancurkan...jadi gembel lah
Shinta Dewiana
gila bener
Shinta Dewiana
tuh apa yg di tanam itu yg di panen
Shinta Dewiana
haduh kan hancur sudah lg pingsan pun di hembat...
Shinta Dewiana
mampus jdnya ini
Shinta Dewiana
bodoh2
Shinta Dewiana
gila
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!