Aku yang dikhianati sahabat dan suamiku kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka lagi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30(Pov Dinda)
Aku melihat kostum yang ada di atas meja dengan seksama.
"Lalu kamu?"
"Pakai saja, aku lagi nggak pengen olahraga."
"Nanti kalau pak Bima menghukummu gimana?"
"Nggak usah pedulikan aku, lagian aku sudah terbiasa dihukum juga. Jadi nggak apa-apa."
"Baiklah, aku akan memakainya. Terima kasih." Aku mengambil pakaian Leo dan beranjak dari tempat dudukku. Saat akan berjalan menuju pintu, Leo menghentikan ku.
"Mau kemana?"
"Aku mau ke toilet, ganti pakaian ini." Sambil menunjukkan pakaian yang kupegang.
"Ganti di sini saja!" Aku menganga mendengar ucapannya.
"Apa kamu mau mengintip ku?" Aku meninggikan suaraku sambil menyilangkan kedua tangan ku menutup dada.
Leo segera mendekati ku, dan membekap mulutku. Sepertinya dia takut aku berteriak lagi. Leo bebisik di tepi telinga ku.
"Aku nggak punya pikiran seperti itu. Berhentilah berteriak karena anak-anak akan mendengarmu dan salah paham. Aku hanya ingin bilang kamu ganti di sini, sedangkan aku akan berjaga di luar."
"Wauwah bebabhin bhuwutku." Leo tidak mengerti maksud ku apa. Ia menatapku bingung. Aku menarik tangannya yang membekap mulutku dengan sekuat tenaga. Leo yang menyadari nya, akhirnya segera melepaskan tangannya dengan cepat.
"Kamu bermaksud membunuh ku ya?"
"Maaf, maaf aku nggak sengaja." Leo melihat kondisiku berharap aku baik-baik saja.
"Kamu nggak kenapa-kenapa kan. Sekali lagi maafkan aku."
"Iya, sudah nggak apa-apa. Tadi kalau terjadi sesuatu sama aku, kamu harus bertanggung jawab."
Aku melihat wajah bodoh Leo yang terlihat sedikit menyesal.
"Ngapain masih berdiri di sini, sana keluar! Aku mau ganti. Atau jangan bilang kamu memang ingin mengintip ku." Aku sedikit menggoda Leo. Leo yang mendengar perkataan ku segera keluar dan menutup pintunya dengan wajah yang memerah karena malu.
Huh, Dinda kok dilawan. Malu kan dia.
Aku membuka bajuku dan memakai baju Leo meskipun dari yang kulihat baju itu lebih besar dari ukuran tubuhku.
"Leooooo." Leo yang terkejut mendengar suara teriakan ku, segera masuk ke dalam.
"Ada apa?" Leo yang awalnya khawatir padaku kini menertawakan diri ku saat dia melihat tubuhku yang tenggelam di dalam pakaian itu.
"Hahahah...."
"Ini pakaian manusia apa pakaian raksasa sih?" Aku begitu kesal sampai-sampai ingin merobek kostum yang saat ini menutup tubuhku.
"Kamunya saja yang kekecilan." Ternyata masih ada orang yang ngeselin selain mas Dino.
"Kamu sengaja ya ngasih aku baju ini."
"Aku cuma berniat membantu kok, nggak punya maksud lain." Kata Leo yang menatap ku sambil tersenyum. Aku mengangkat baju itu ke atas berusaha membukanya. Leo yang terkejut dengan tindakan ku segera memalingkan mukanya membelakangi ku.
"Apa yang kamu lakukan?" Aku yang baru menyadari kalau Leo masih berada di situ segera menarik turun kembali baju kostum yang ku pakai. Aku mendorong kuat tubuh Leo agar keluar dari dalam kelas. Dan dengan cepat menutup pintunya kembali.
"Dasar tukang intip."
"Kamu yang bukanya nggak bilang-bilang dulu. Aku kan nggak tahu."
Wajahku kini memerah padam, jantung ku juga bedetak dengan cepatnya. Mungkin merasa malu karena Leo sempat melihat tubuhku.
"Nanti aku laporkan kamu ke pak guru."
"Kok jadi aku yang salah. Kan kamu yang tiba-tiba saja membukanya. Mataku jadi berdosa."
Heh, dasar manusia sudah mendapat tontonan gratis malah bilang aku yang menodai matanya.
Aku secepat kilat mengganti pakaian ku, dan kembali membuka pintu. Leo ternyata masih menunggu di depan pintu. Tapi ia berusaha mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
"Nih, pakaian mu." Aku menyerahkan kostumnya setelah itu berjalan kembali ke kursiku dan duduk dengan tenang. Leo juga kembali ke kursinya, memasukkan bajunya ke dalam laci lalu mengambil posisi tidur.
"Kamu nggak olahraga?"
"Aku kan sudah bilang kalau aku malas." Jawab Leo sambil menatap wajahku. Saat mata kami berdua bertemu, wajah kami masing-masing mulai memerah mengingat kejadian barusan. Aku segera memalingkan pandanganku begitu pun dengan nya.
Loly muncul dari luar kelas dengan napas yang terengah-engah. Sepertinya dia berlari dari lapangan menuju kelas.
"Maaf Dinda, kami sudah menanyakan pada anak-anak tetapi mereka nggak punya kostum lebih." Kata Loly sambil mengatur napasnya.
"Nggak apa-apa kok, makasih ya. Maaf juga karena merepotkan kalian berdua."
"Nggak ngerepotin kok. Itu, aku ke sini karena di suruh pak Bima manggil kalian buat ke lapangan."
Aduh mampus lah sudah, tanda-tanda akan mendapatkan hukuman nih.
Saat di lapangan aku dan Leo berbaris sejajar menghadap pak Bima.
"Apa alasan kalian tidak keluar dari kelas saat jam pelajaran saya? Dan dimana baju kostum kalian? Kenapa belum ganti?"
"Itu pak saya lupa membawa baju kostum saya." Aku memberanikan diri menjawab dengan jujur.
"Kenapa bisa lupa? Kamu tahu nggak ini jam pelajaran saya?" Aku hanya menunduk dan nggak berani menatap wajah pak Bima.
"Kamu Leo?" Leo hanya berdiam mematung tanpa mempedulikan pertanyaan pak Bima.
"Saya pusing menghadapi kalian. Kalian tidak akan mendapatkan nilai dari saya untuk hari ini. Dan saya juga akan memberikan kalian berdua hukuman."
ansk perempuan klu pacaran RUSAKKKK.