NovelToon NovelToon
FOREVER HATE YOU

FOREVER HATE YOU

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:486.3k
Nilai: 4.7
Nama Author: Chyntia R

Jika ada yang paling dibenci oleh Brianna di dunia ini, itu adalah sosok lelaki bernama Arthur Matthews.

Arthur bukan hanya pria yang membully-nya di Universitas, tapi dia juga yang sudah menghancurkan hidup Brianna.

Lalu, apa jadinya jika mereka kembali dipertemukan dalam keadaan Brianna yang sudah berbeda? Apakah Arthur masih bisa bersikap semena-mena padanya? Atau justru ini adalah saat yang paling tepat untuk Brianna membalaskan dendamnya pada lelaki itu?

"Aku bukan lagi gadis yang dulu bisa kau injak-injak. Aku sudah menjadi wanita yang independen dan mampu melawanmu. Apapun yang terjadi, aku akan tetap membencimu, Arthur! Selamanya!" -Brianna Walton.

"Meski penampilanmu sudah berubah, tapi kau tetaplah Brianna yang dulu. Aku tidak sabar untuk kembali mengusik hidupmu karena kau adalah permainan yang selalu menyenangkan." -Arthur Matthews.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Satu Kosong

Brianna sedang memasak di dapur bersih yang ada di kediaman Arthur. Beberapa saat lalu, saat Brianna mengucapkan tidak jadi pulang ke New York, Arthur pun mengatakan bahwa dia batal pergi. Akhirnya, pria itu meminta Brianna untuk memasak makan malam untuknya.

Sebenarnya Brianna ingin menolak, apalagi dirumah tersebut sudah ada pelayan yang biasa memasak makanan untuk Arthur, tapi akhirnya dia menurut juga sebab Brianna terlalu lelah untuk berdebat dengan pria itu.

Brianna mengeluarkan daging asap dari lemari pendingin, kemudian memotong paprika dan mencincang bawang bombai. Namun saat melakukan itu dengan perasaan yang dongkol, tanpa sengaja sedikit bagian jarinya justru terkena irisan pisau.

"Akh ..." Brianna meringiss, lalu melihat jarinya yang mengeluarkan darah. Brianna hendak menghisapp darahnya sendiri dengan mulut--sikap refleks yang biasa dia lakukan jika jarinya terluka--namun ternyata tindakannya terhenti kala ada sebuah tangan yang sengaja menghentikan perbuatannya.

Brianna tertegun untuk beberapa saat ketika melihat Arthur yang kini justru meraih jemarinya, lalu mengarahkan itu ke arah kran air yang dia bukakan di kitchen sink.

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka satu sama lain, Brianna pun diam saja seolah menerima perlakuan pria itu yang mencuci jarinya yang tadi mengeluarkan darah.

"Lain kali, jangan menghisapp jari ssat terluka karena itu akan membuat lukanya terinfeksi kuman. Kau hanya perlu mencucinya dengan air hangat sebentar, lalu mengobatinya."

Brianna tak menggubris, dia spontan menarik jemarinya dari pegangan tangan Arthur.

"Ayo ku obati."

"Tidak." Brianna menyahut ketus.

"Tinggalkan dulu masakanmu, nanti bisa disambung kembali," ujar Arthur meyakinkan.

Brianna menghentakkan kaki ke arah ruang depan, disusul oleh Arthur yang mengikuti langkahnya.

"Aku menurut karena aku sedang malas berdebat denganmu," kata Brianna yang diminta Arthur untuk mengulurkan tangannya pada pria itu yang sudah membuka kotak obat.

"Iya." Arthur menyahut seadanya.

Brianna memicing saat melihat respon dari pria itu. Tidak biasanya Arthur seperti ini. Maksudnya, biasanya Arthur akan mengata-ngatainya dengan ujaran keras atau mencemoohnya. Bukan apa-apa, kalau Arthur dalam mode baik seperti sekarang ini, justru itu membuat Brianna merasa curiga dan semakin waspada padanya.

Brianna kembali meringis saat Arthur mengolesi lukanya dengan semacam obat oles.

"Sebentar ya, ini sedikit lagi selesai, tinggal memakaikan plester saja," tutur Arthur pelan sembari meniup jari Brianna yang sempat terluka.

Sekali lagi Brianna tertegun, dia melihat sisi lain dari seorang Arthur Mattews. Tapi bukannya senang diperlakukan seperti itu, Brianna justru merasa aneh.

"Terima kasih." Brianna berucap setelah jarinya benar-benar selesai ditangani Arthur, serta sebuah plester tampak sudah melekat di jarinya. "Bersikaplah menyebalkan seperti biasanya, karena jika kau terus seperti ini, ini seperti bukan dirimu," lanjutnya sambil beranjak berdiri.

Arthur terkekeh sekilas, namun dia tidak membalas ujaran Brianna. Dia tau, dia telah melewatkan banyak hal tentang wanita itu, termasuk soal darah dagingnya yang mungkin dipertahankan Brianna dengan susah-payah.

"Mulai sekarang, aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi," gumam Arthur. Dia sadar bahwa semua perilaku dan sikap yang dia berikan pada Brianna selama ini sudah keterlaluan. "... meski sebenarnya mengerjaimu selalu menyenangkan, tapi aku harus mulai belajar untuk tidak melakukan itu lagi, Bri," sambungnya menatap Brianna yang sudah tak nampak diujung koridor menuju dapur.

Beberapa saat menunggu, akhirnya Arthur diminta menikmati makanan yang Brianna masak. Ternyata wanita itu sudah selesai melakukan kegiatan itu, meski tadi sempat terjadi sedikit accident.

"Wah, sepertinya enak." Mata Arthur berbinar melihat makanan yang disajikan didepannya, terlebih itu adalah makanan yang dibuatkan Brianna khusus untuknya. Sebenarnya tidak juga, dia yang memaksa wanita itu agar memasak untuknya.

Perasaan Arthur mendadak menghangat, dia menginginkan hal semacam ini terjadi disetiap harinya. Apa bisa?

"Kau tidak ikut makan?" tanya Arthur saat melihat Brianna yang hendak pergi dari ruangan tersebut.

"Bersamamu?" Ada seulas senyum sinis yang ditunjukkan Brianna saat mengatakan itu.

"Ya, disini bersamaku."

"Aku tidak mengerti apa maumu. Memintaku memasak untukmu lalu mengajakku ikut makan bersamamu."

"Apa itu salah?" tanya Arthur menatap Brianna lekat.

"Tentu saja. Apa kau tidak takut aku meracunimu? Aku memiliki dendam yang sangat besar padamu," akui Brianna terus terang.

Arthur malah terkekeh. Dia mengambil makanan ke piringnya dan menyuap itu dihadapan Brianna yang masih berdiri didepannya. "Lihat, aku tidak mati," jawabnya kemudian, dengan enteng.

Brianna menggeleng samar, kemudian merasa tidak nyaman dengan tatapan Arthur yang berbeda.

"Kau tak makan?"

Brianna mengibaskan tangan sembari terus berjalan menjauh dari posisi Arthur.

...***...

"Apa dia mulai gila? Kenapa sekarang dia menatapku dengan cara berbeda?" gumam Brianna sembari memeluk bantal dikamar yang dia tempati sekarang.

"Ah, sejak dulu dia memang sudah gila, kan?"

Brianna mendengkus, dia takut sikap baik Arthur padanya hanyalah kamuflase yang pada akhirnya ada sebuah rencana tersembunyi yang Arthur buat untuk menghancurkannya.

Semalaman, Brianna tidak bisa tidur dengan nyenyak, padahal fasilitas kamar yang dia tempati sangat nyaman. Brianna hanya berguling kesana-kemari tanpa bisa terlelap.

Tepat pukul 1 dini hari, ponsel Brianna bergetar. Dia mendengkus melihat jika itu adalah panggilan dari Arthur.

Benar saja, dia akan mengerjaiku, batin Brianna.

Bukankah hal konyol seperti ini sudah terpikir oleh Brianna? Arthur akan menghubunginya dan meminta bantuannya di jam-jam yang diluar nalar.

"Kenapa?" Brianna akhirnya menerima juga panggilan tersebut. Dia menyahut dengan suara yang ketus seperti biasanya.

"Bawakan aku kopi."

"Astaga. Kau tidak tau jam berapa sekarang!"

"Lakukan atau kau akan menyesal."

"Baiklah." Brianna menarik nafas dalam, dia tak tau apa arti ancaman Arthur kali ini, yang jelas dia benar-benar mati kutu karena meski barang-barangnya sudah dikembalikan oleh pria itu, tapi paspor milik Brianna tetap ditahan oleh Arthur.

Brianna menuju dapur dan membuat kopi untuk Arthur, karena dia kesal dia berniat mengerjai Arthur.

"Ini." Brianna menyerahkan cangkir kopi pada pria yang baru saja membuka pintu kamar dihadapannya.

"Thanks," jawab Arthur. Dia menerima kopinya.

"Sudah, kan? Aku bisa melanjutkan tidurku sekarang," ujar Brianna kemudian.

Arthur mengangguk, dia sudah bertekad untuk tidak menyakiti Brianna lagi, kan? Tapi dia masih ingin mengerjai Brianna sesekali hanya untuk mendengar kata-kata pedasnya saja.

Brianna segera ngacir begitu melihat anggukan dari Arthur. Dia terkekeh saat memasuki kamarnya.

"Rasakan itu!" batin Brianna merasa senang bukan main.

Sementara disana, Arthur menyusul pintu kamar setelah melihat Brianna benar-benar berlalu dari hadapannya. Dia menyeruput kopi dan ...

Byur !!!!

"Sia lan!" Arthur mengumpat, kopinya asin. Brianna pasti sengaja mengerjainya.

Bukannya marah, Arthur malah terkekeh.

"Baiklah, kau yang memulai peperangan ini." Arthur menyeringai. "Aku tidak akan membiarkannya menjadi satu kosong, Baby. Aku akan menaikkan skor nya," katanya sambil mengelap ujung bibirnya sendiri.

...To be continue ......

1
Syarifah Syarifah
Luar biasa
Henny Aprilaz
bagus ceritanya
Henny Aprilaz
keren thor🥰
Henny Aprilaz
nah lho...gaskeun arthur🤣
Henny Aprilaz
wkwkwkw...cing garong🤣🤣🤣🤣
Henny Aprilaz
Haha ketemu c arthur...jodo yaaaa
Henny Aprilaz
loading otak c Arthur...tak menyadari bahwa dia mencintai c Bri....😇😇😇
Henny Aprilaz
semangat Bri🥰
Henny Aprilaz
kampret lo Arthur 😡😡😡
Henny Aprilaz
apakah Brianna mendapat pelecehan dari Arthur...d masa lalu
Henny Aprilaz
kayaknya waktu masa kuliah juga Arthur sudah menyukai Brianna dengan cara membully Brianna...menurut qu yaaaaa🤭
ncapkin
Luar biasa
Sry Handayani
flo bener" perempuan tulus
Lilis Ernawati
ceritanya bagusss... tp yg like kok ga byk yaaa
Sri Udaningsih Widjaya
Bagus ceritanya thor
Sry Handayani
bisa tur bisa
Lilis Ernawati
baguuuss bgt ceritanyaaa...
Sry Handayani
Luar biasa
Naruto Kurama
maksdnya 🫣 tiba2 the end,😁
sakura
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!