NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:682
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Hidupku Seperti Dongeng

Naru tersenyum pahit, seolah mengerti pertanyaan Nuha lebih dari sekadar tentang kamarnya. “Mungkin karena aku sering sendirian di sini,” jawabnya pelan.

Nuha menatapnya, matanya berkaca-kaca. “Naru, aku akan selalu ada untukmu. Kamu tidak perlu merasa sendirian lagi.”

Naru merasa hangat di dalam hatinya mendengar kata-kata Nuha. Dia mendekati Nuha dan memberinya pakaian. “Terima kasih, Nuha. Kamu adalah orang yang sangat berarti bagiku,” katanya dengan suara yang hampir berbisik.

Mereka saling menatap, ada kebahagiaan yang tumbuh di tengah kesedihan yang perlahan memudar. Naru merasa hatinya mulai terasa lebih ringan, seperti beban yang selama ini ia rasakan perlahan menghilang. Dia tahu, bersama Nuha, dia tidak akan pernah merasa sendirian lagi.

“Emm.. Naru, aku bisa ganti baju ini di mana?” tanya Nuha berkedip.

“Oh, di situ ada kamar mandi,” jawab Naru sambil menunjuk.

“Oke, tapi...” sahut Nuha.

“Apa?”

Nuha memperlihatkan punggungnya dan tangannya meraba ke area resleting, namun tidak bisa menjangkaunya. “Bisakah kamu membantuku membukanya?”

Hati Naru langsung berdebar kencang. Pria mana yang tidak tergoda oleh suasana seperti itu? Pemuda Cinderella itu berusaha tetap tenang dan mulai menarik turun resleting itu.

“Aduh,” ucap Nuha.

“Ke-kenapa, Nuha?”

“Rambutku kesangkut, Naru. Hati-hati dong,” kata Nuha sambil menyibakkan rambutnya yang mulai tergerai berantakan.

“Sini, biar aku saja.” Naru mengambil alih tangan Nuha, menyisir rambutnya dengan jemari hingga rapi dan menyilakannya ke samping leher kanan.

Perlakuan Naru membuat hati Nuha berdebar-debar. Kedua insan tersebut menahan debaran hati masing-masing yang semakin kencang ketika resleting itu berhasil ditarik turun.

“U-udah, Nuha,” kata Naru dengan suara bergetar.

“Um, terima kasih,” balas Nuha dengan wajah tertunduk. Dia segera berjalan menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Nuha merasakan debaran hatinya semakin kuat. Napasnya menjadi sedikit berat, membuat pipinya merah merona.

Hal yang sama dirasakan Naru di kamarnya. Pemuda itu duduk dengan tubuh yang melemah, tidak mampu mengendalikan pikirannya. Dia keluar mencari udara segar di balkon kamarnya.

“Malam ini sangat dingin, tapi tubuhku terasa sangat hangat,” ucapnya pelan.

“Aku ingin mengatakannya, tapi aku takut ini akan mengejutkannya. Aku tahu ini hanyalah waktu yang singkat, karena besok dia akan kembali pulang. Aku akan membiarkan waktu berjalan apa adanya. Biarlah waktu berjalan apa adanya. Biarlah waktu berjalan apa adanya...” ucapnya terus menerus.

Nuha selesai berganti baju. Ternyata itu setelan piyama Naru sewaktu dia berusia SMP, sehingga sangat pas di tubuh Nuha. Pemuda itu, pandai memilihkan pakaian untuk Nuha. “Naru,” panggilnya.

“Oh?” Naru menoleh dan memandang sejenak gadisnya yang telah berganti kostum. Dia terpana melihat Nuha begitu cantik dengan piyama tersebut.

“Ini sangat pas, Naru. Apa ini milik adikmu?”

“Eh? Umm...” Naru menggeleng. Dia tidak memiliki saudara. Meski begitu, dia sejenak merasa sedih karena memikirkan keluarganya. Tapi, dia segera mengesampingkan pikirannya. Hanya ada Nuha yang sekarang ada di hadapannya. Dia ingin merasa bahagia. Dia ingin benar-benar bahagia.

“Kamu lihat apa, Naru?” tanya Nuha sambil berjalan mendekat.

“Itu, langit,” jawabnya singkat karena kembali berdebar-debar.

“Kamu suka lihat langit? Aku juga suka melihatnya. Melihat langit, hatiku bisa menjadi tenang. Langit malam sangat damai. Jika kamu melihatnya lagi, langit itu tampak begitu luas dan tidak terbatas. Kalau bisa, aku ingin terbang ke langit,” ucap Nuha dengan senyuman yang mengarah kepada Naru.

“Emm...” Naru hanya bisa menyetujuinya.

Perasaan cintanya membuatnya bungkam seribu bahasa. Sedangkan, Nuha terus saja bercerita panjang lebar. Pemuda itu tidak bisa menahan perasaannya yang semakin membuncah. Tidak ingin waktu berlalu begitu saja.

“Naru, terima kasih ya. Terima kasih karena sudah menyelamatkanku dan membuatku bahagia malam ini.”

Mendengar kata-kata itu, Naru berkata, “Nuha, bolehkah aku...”

Nuha tersenyum tipis dan mengangguk. Dengan mata terpejam, dia memberikan wajah cantiknya kepada sang Pangeran. Pangeran Cinderella.

Dengan tubuh yang semakin mendekat, Naru memegang pundak Nuha. Dia mencium gadis yang sangat dia cintai, dan Nuha menerimanya. Ciuman mereka saling bertaut, menyelam ke dalam perasaan masing-masing.

Dengan lembut, Naru terus mengecup bibir manis nan mungil itu, tanpa henti, seakan-akan tidak ingin melepasnya. Nafas mereka bercampur, penuh kehangatan dan keintiman.

Di sela-sela ciuman, Naru mengungkapkan perasaannya. "Nuha, aku mencintaimu. Aku tidak tahu esok akan seperti apa, tapi aku... mencintaimu. Aku sangat mencintaimu."

"Um, apa ini sihir?" Nuha hanya mengangguk, wajahnya tersipu malu, membuatnya sulit berkata-kata.

Naru menciumnya lagi, dengan lebih tulus dan dalam. Nafas mereka benar-benar menyatu, seolah-olah tidak ada jarak di antara mereka.

"Nuha, katakan. Apa kamu juga mencintaiku?" tanya Naru meminta kepastian.

"Aku... aku tidak mengerti, Naru. Tapi, aku percaya kepadamu" Lalu Nuha menutup wajahnya dengan kedua tangannya, sedikit tangisan mulai terdengar. "Aku ingin selalu bersamamu. Aku ingin hanya ada kita berdua di dunia ini. Aku tidak ingin siapapun lagi."

Naru kaget mendengar pernyataan itu. Dia membuka kedua tangan Nuha dan bertanya, "Kenapa kamu jadi bicara seperti itu, Nuha?"

"Aku tidak ingin waktu berlalu. Aku ingin waktu terhenti sampai di sini, Naru." Balas Nuha dengan tegas dan tatapan yang tajam.

"Nuha?" Naru jadi cemas mendengarnya.

"Aku tidak ingin sedih lagi. Aku takut menghadapi hari esok setelah apa yang telah aku alami. Aku tidak ingin menghadapi Sifa yang mungkin akan marah kepadaku. Aku gak mau ketemu Dilan lagi. Aku takut mereka (para gadis) akan mengangguku. Aku ingin melawan tapi gak mau melawan. Aku tidak ingin menyakiti hati siapapun. Aku--"

Naru yang tercengang mendengar isi hati Nuha, langsung menempelkan jari telunjuknya ke bibir Nuha, bermaksud untuk menghentikan ucapannya. "Kamu gak akan mengalami hal itu. Semua pikiran burukmu tidak akan terjadi." tuturnya.

"Tapi..."

"Seperti yang kamu bilang, hanya ada kita berdua. Waktu akan terhenti hanya untuk kita berdua. Kamu bisa percaya kepadaku?"

"Um," Nuha mengangguk.

"Aku akan membuatmu tidur dan membawamu ke mimpi yang sangat indah," pungkas Naru, sang Pangeran Cinderella, dengan kembali memberikan ciuman.

Naru terus mencium gadis kesayangannya itu sampai benar-benar terlelap tidur. Setelah Nuha tertidur, dia mengangkatnya dan membaringkannya di kasur dengan hati-hati.

Naru merasa sedih mendengar kesedihan yang dialami Nuha. Dia ingin menghilangkan semua beban dan kutukan yang ada pada diri gadis yang berusia 15 tahun itu. Membuatnya merasa aman dan dicintai.

Naru berjanji dalam hatinya, "Aku akan selalu melindungimu, Nuha. Kita akan melewati semuanya bersama."

Di tengah malam yang tenang, Naru berbaring di sofa kamarnya sambil mendengarkan setiap tarikan napas kekasihnya yang lembut. Dia menyadari betapa dalam perasaannya terhadap Nuha. Dalam keheningan malam itu, Naru bertekad untuk menjadikan setiap hari ke depan penuh kebahagiaan dan cinta bagi mereka berdua.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!