Caca dan Kiano memutuskan untuk bercerai setelah satu tahun menikah, yaitu di hari kelulusan sekolah. Karena sejak pertama, pernikahan mereka terjadi karena perjodohan orang tua, tidak ada cinta di antara mereka. Bahkan satu tahun bersama tak mengubah segalanya.
Lalu bagaimana ceritanya jika Caca dinyatakan hamil setelah mereka bercerai? Bagaimana nasib Caca selanjutnya? Mampukah ia menjalani kehamilannya tanpa seorang suami? Dan bagaimana reaksi Kiano saat tahu mantan istrinya tengah mengandung anaknya? Akankah ia bertanggung jawab atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Inne melambaikan tangannya saat melihat Caca yang baru keluar dari kelas. Caca pun tersenyum ke arahnya. Gadis tomboy itu langsung berlari mendatanginya.
"Kantin yuk? Laper gue." Ajaknya tanpa sungkan lagi.
"Tapi jangan bakso ya? Sebenernya enek gue pas liat lo makan kemaren." Pinta Caca.
"Lah, kenapa gak bilang Ca? Iya deh tar gue pesen yang lain. Atau kita cari makan di luar aja?" Ajak Inne memberikan opsi.
"Terserah elo aja deh, tapi naik motor ya?" Caca tersenyum mesem.
"Lah, ketagihan ni anak." Inne pun ikut terkekeh. "Ya udah yuk berangkat. Udah laper banget gue." Tanpa babibu Inne pun menarik Caca pergi dari sana. Dan keduanya pun benar-benar mengendarai motor. Beruntung hari ini Inne membawa dua helm karena sudah memprediksinya.
Lagi-lagi Caca terlihat senang karena bisa merasakan hembusan angin diwajahnya.
"Kali ini kita jalan agak jauh, awas kalau elo ngeluh sakit pinggang." Inne sedikit berteriak agar Caca mendengarnya.
"Gak akan." Balas Caca yang juga sedikit berteriak.
"Pegangan, gue ngebut." Dengan patuh Caca pun berpegangan. Ia tertawa bahagia sambil sesekali bersorak saat Inne berhasil menyalip kendaraan lain.
"Gue serasa naik sama Rossy." Teriak Caca yang kemudian tertawa senang.
"Gini-gini gue anak muridnya Rossy. Percaya gak lo?"
"Enggak."
Inne tertawa mendengar jawaban Caca barusan. "Kalau lo percaya nambah rukun iman."
Caca pun ikut tertawa. Lalu mereka pun berhenti karena lampu merah. Caca melihat sekeliling dengan raut bahagia. Untuk pertama kalinya ia bisa sebahagia ini.
Ternyata bahagia itu sederhana banget ya? Pikirnya sambil tersenyum lembut.
Dan kini mereka sudah berada di warung pecel lele tempat langganan Inne. "Dari semua warung pecel lele di sini, cuma ini yang mantep."
Caca terkekeh lucu mendengarnya. "Emang elo udah nyoba semua gituh?"
"Kalau belum gimana bisa gue bilang di sini paling enak, Ca. Kadang-kadang elo ini aneh bin ajaib."
Caca terkekeh lagi. Kemudian melihat sekeliling. Ternyata tempat itu lumayan rame juga.
"Lo beneran gak pesen makan, Ca? Gak laper emang?" Tanya Inne heran.
Caca menggeleng. "Gue belum bisa makan nasi. Yang ada keluar lagi entar."
"Ck, ribet juga hamil ternyata. Tar kalau gue kawin, gue bakal minta lakik gue aja yang hamil dah."
Mendengar itu Caca pun tergelak. "Dari mana asalnya cowok bisa hamil, Ne? Ups lupa, lo kan lakik."
"Kampret lo." Kesal Inne yang kemudian tertawa geli. Caca ikut tertawa.
Di tempat yang sama, Kiano juga terlihat sedang makan di sana bersama Agra. Namun ia tak menyadari jika Caca juga ada di sana.
"No, itu bukannya temen SMA kita ya? Wajahnya familiar. Siapa ya gue lupa namanya?" Tanya Agra saat melihat Caca. Refleks Kiano pun mengikuti arah pandangan Agra. Seketika mata Kiano pun terbelalak.
"Caca?"
Mendengar itu Agra menoleh. "Lo kenal dia juga?"
Kiano mengangguk dengan tatapan masih tertuju pada Caca dan Inne.
Caca bareng cowok? Siapa dia? Batin Kiano.
Agra menatap Kiano curiga. "Kenapa muka lo kayak orang cemburu? Jangan bilang lo naksir tu anak lagi? Sejak kapan? Bukannya lo bucin banget sama si Anya." Celetuknya panjang lebar.
"Berisik lo." Sahut Kiano ketus dan terus melirik ke arah Caca yang terlihat sangat senang.
Agra tersenyum geli. "Samperin kali kalau emang penasaran banget, mana tahu mereka cuma temenan. Lagian elo juga jomblo sekarang, apa salahnya dicoba?"
Kiano menatap malas sahabatnya itu. "Dia mantan istri gue, puas lo!"
Agra tertawa geli mendengarnya karena berpikir Kiano hanya membual. Dan itu membuat Kiano mengerutkan kening.
"Aduh, lo kalau naksir ya naksir aja. Gak perlu halu, pake ngaku dia mantan istri lo lagi. Kapan lo kawain hah?" Agra tertawa mengejek.
Kiano menghela napas. "Terserah lo percaya apa enggak."
Melihat wajah serius Kiano, Agra pun langsung terdiam beberapa saat. Kemudian ditatapnya Caca dan Kiano bergantian.
"Serius dia mantan istri lo?" Tanya Agra antara percaya dan tidak.
Kiano mengangguk. "Kita nikah diam-diam."
Mulut Agra ternganga mendengarnya. "Sumpah demi apa?"
Kiano memberikan tatapan serius pada Agra. "Kita dijodohin. Gue nikahin dia menjelang kenaikan kelas. Pas lulus gue cerein dia."
Agra terkejut lagi mendengarnya. Lalu ditatapnya Caca lekat. "Cewek secantik itu lo cerein, No? Sumpah lo makhluk paling bodoh. Anya mah kalah kali, No. Cantikan mantan istri lo ke mana-mana. Kalau gue jadi elo, gak akan gue lepasin."
Kiano mendengus sebal mendengarnya, lalu ia pun ikut menatap Caca. Ya, ia akui Caca memang jauh lebih cantik dari Anya. "Gue gak cinta sama dia."
"Yaelah, cinta mah bisa dipaksain kali. Lagian punya istri secantik itu gak mungkin gak jatuh cinta. Terus lo sama dia pernah ngapain aja?" Tanya Agra penasaran.
Kiano tersenyum getir. "Gue sama dia nyaris gak pernah ngomong. Setahun pernikahan, sama sekali gak ada cemistery. Mungkin karena gue terlalu jaga jarak sama dia. Gue juga lakuin itu buat kebaikan sama-sama."
Agra menghela napas berat. "Lo beneran cowok paling bodoh, No. Setahun tinggal seatap sama cewek cantik tapi lo anggurin. Beneran gak normal lo. Kalau gue jadi elo, gue gak mungkin tahan. Udah gue minta kelonin tiap malam."
Kiano tersenyum. "Lo gak akan paham posisi gue saat itu, Ga. Gue lagi bucin-bucinnya sama Anya. Caca sama sakali gak ada artinya buat gue pas itu."
"Bucin lo gak ngotak." Cibir Agra lagi karena merasa Kiano itu benar-benar bodoh. Menyiakan cewek secantik Caca. "Terus hati lo gimana? Aman? Setahun serumah gak mungkin kan kalian gak punya perasaan secuil pun. Seatap, udah pasti tiap hari ketemu."
Kiano tersenyum masam. "Gue gak tahu. Yang gue tahu pas itu cuma gak mau nyakitin Anya, jadi gue gak pernah peduliin dia."
"Wah, parah emang lo."
"Lo gak akan paham posisi gue, Ga. Pas itu gue baru aja pacaran sama Anya, gue lagi cinta-cintanya sama dia. Tiba-tiba Bokap sama Nyokap jodohin gue sama Caca. Dan yang bikin gue kesel, dia sama sekali gak nolak perjodohan itu. Karena itu gue benci banget sama dia. Gue merasa dia itu cewek licik." Jelas Kiano apa adanya.
Agra mendengus sebal. "Terus kenapa elo juga gak nolak hah? Lo cowok, semua pilihan ada sama elo."
"Pas itu Daddy lagi sakit parah, kondisinya gak memungkinkan buat gue nolak. Bisa aja gue tolak, tapi kemungkinan besar gue harus kehilangan Daddy."
Agra menghela napas lalu kembali melirik ke arah Caca. "Ribet juga hidup lo. So, cowok itu pacarnya yang sekarang dong? Bagus juga dia gak jatuh cinta sama elo, kalau enggak kasian banget dia. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Hah, harusnya dari dulu gue deketin tu anak. Jadi pas lo buang bisa gue ambil."
Mendengar itu Kiano pun langsung melayangkan tatapan tajam. Sontak Agra mengerutkan kening.
"Kenapa lo mandang gue gitu? Gak terima? Bukannya lo yang bilang sendiri, lo gak cinta sama dia? Muna lo." Agra tersenyum mengejek.
Kiano mendengus sebal lalu lanjut makan. Sedangkan Agra masih setia menatap Caca. "Tapi gue rasa dia bahagia sama kehidupannya yang sekarang. Lo lihat sendiri, cowok barunya bisa bikin mantan istri lo sebahagia itu. Hebat."
Kiano menoleh lagi, memperhatikan wajah ceria Caca. Bahkan mantan istrinya itu terus tersenyum lebar. Entah kenapa ia merasa tak senang akan hal itu.
Tentu saja Agra bisa melihat kecemburuan di wajah Kiano. Pemuda itu tersenyum geli. "Hati sama mulut lo gak singkron, No. Mulut bilang enggak tapi hati lo bilang iya. Jangan-jangan lo gak nolak dia dulu karena udah kepincut duluan. Tapi elonya aja yang gengsi. Lagian setahun itu bukan waktu singkat, No. Kalau elo gak beneran tertarik sama dia, lo gak akan nahan dia selama itu. Apa lagi ada Anya disisi elo."
Kiano kembali menatap Agra tanpa memberi tanggapan.
Agra menghela napas berat. "Gini aja, sebaiknya yakinin hati lo dulu. Bener gak lo sama sekali gak ada perasaan sama dia? Kalau udah yakin, silakan lo ambil keputusan. Jangan sampe lo nyesel kemudian hari."
Kiano terdiam, memikirkan perkataan Agra barusan sambil sesekali melihat ke arah Caca.
tetap semangat ya kak upnya 💪💪💪
semoga terus berlanjut dan lancar hingga ending nya nanti 👍👍🤗🤗🤗