Kekecewaanya terhadap sang Ayah membuat Azzura menerima dengan lapang ketika sang ayah akan memasukannya ke sebuah pesantren.
Ingin menolak namun hatinya terlalu lelah dengan keadaan.
Satu hal yang ia harapkan bahwa langkahnya menerima keputusan sang ayah hanya agar sang bunda kelak akan bahagia dan tak mendapat siksaan atas semua dosa-dosa nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Delapanbelas
..."jika masalaluku tidak baik-baik saja,maka aku berharap masa sekarang dan masa depanku menjadi lebih dari baik-baik saja karena ada kamu yang akan selalu menggenggam erat tanganku"...
...~ Azzura~...
Mata Zura mulai terjaga padahal waktu masih pukul 3,rasa lelahnya sudah mulai menghilang tergantikan oleh rasa hangat dan nyaman.
Saat matanya terbuka indranya melihat pertama kali sesosok laki-laki dengan wajah damai terlelap di sisinya.
Tangannya memeluk erat seakan menandakan bahwa ialah pemilik raga ini.
Tangan Zura terurai mengusap pelan wajah Gus Ilham yang tidur dengan damai.
Satu tetes air mata lolos di pipi putihnya,mengingat semua yang terjadi membuat hatinya teramat perih,tapi ada sedikit celah kebahagiaan karena orang yang berada di hadapannya.
Jika saja tidak ada ibu mungkin ia akan menyerah dengan semua ini.
Tapi mengingat ibu yang jauh merasa lebih sakit dari nya membuat tekadnya kembali menggebu untuk segera menyelesaikannya.
Dan satu lagi yang membuatnya kembali bersemangat,kehadiran Gus Ilham menjadi salah satu alasannya harus segera bangkit dari keterpurukan.
Tak bisa di pungkiri dadanya kembali sesak saat puing-puing kejadian kemarin dan sebelumnya terlintas,rasa sesaknya kembali terasa.
Rasanya ingin teriak menggema di seluruh angkasa agar mereka tahu betapa sakitnya tak bisa lagi terukur.
Namun kenyataan hanya ada isak pilu menyayat hati yang tersisa.
Samar-samar Gus Ilham mendengarnya sampai ia membuka matanya perlahan dan betapa kagetnya ia saat melihat Zura sedang menangis di depannya.
"Astaghfirullah ra,kamu kenapa nangis ? Maaf bukan maksud saya lancang "
Gus Ilham menyangka Zura menangis karena mereka telah tidur bersama dengan Gus ilham yang memeluknya.
Namun gelengan kepala Zura membuat kening Gus ilham mengerut,namun beberapa saat kemudian ia mengerti dan tanpa berkata langsung membawa Zura kedalam pelukannya.
"Sakit Gus...di sini sakit banget,kenapa Gus kenapa Ayah tega sama aku hiks. Segitu tidak peduli kah dengan perasaan aku,kalau memang dia gak peduli sama aku gak apa-apa Gus aku bisa terima tapi kenapa dia juga tega nyakitin ibu yang udah tulus serahin hidupnya dan baktinya buat dia hiks "
Luka yang betahun-tahun ia pendam sendiri ternyata sudah tak mampu ia simpan sendiri,hatinya terluka lebar
"Bertahun-tahun luka ini aku simpan sendiri karena tak mau terlihat lemah,tapi nyatanya aku memang lemah Gus.Aku selalu berharap saat aku lelah dan menangis,ayah yang menjadi sandaranku..yang akan merangkulku agar bisa kembali berdiri tegak,aku rindu pelukan hangat ayah yang akan menjadi obat saat aku sakit dan itu ternyata hanya mimpiku Gus.Aku gak bisa penuhi janjiku sama bunda untuk jadi wanita tangguh karena nyatanya hati ini benar-benar rapuh Gus,luka yang Ayah kasih benar-benar besar dan aku gak sanggup lagi hiks.aku cape Gus,sungguh bolehkah aku iri dengan mu dan mereka yang selalu merasakan pelukan seorang ayah.Gus bolehkah aku menyerah hiks" tangisnya semakin pilu
Tanpa bisa di cegah airmata Gus Ilham ikut mengalir,hatinya ikut sakit melihat wanita tersayangnya terlihat rapuh.
Di balik pintu ada 3 orang yang diam terpaku mendengar tangisan pilu sang gadis.
Saat akan solat tahajud abah,umi dan ibu mendengar suara tangis dari kamar Gus Ilham.Mereka buru-buru mendekati takut mereka sedang berantem tapi nyatanya mereka malah mendengar tangisan Zura yang begitu menyayat hati.
Umi tak kuasa menahan airmatanya mendengar betapa terlukanya hati sang menantu,terlebih Ibu Nay yang merasakan kepedihan yang sama dengannya.
Mereka tidak menyangka jika Azzura yang selama ini mereka kenal terlihat seperti Gadis kuat dan tangguh,mandiri,cuek ternyata menyimpan luka yang begitu dalam sehingga membuatnya seketika menjadi gadis rapuh.
Gus Ilham memeluk Zura semakin erat.
"Aa gak akan pernah izinkan kamu nyerah ra karena sekarang kamu gak sendiri,ada saya yang akan menjadi sandaran mu,pelindung mu dan obat mu kala sakit..berbagilah lukamu dengan ku,izinkan saya menjadi alasanmu kuat dan izinkan saya menjadikanmu alasan untuk saya terus berjuang.Menangislah jika itu bisa mengurangi sedihmu,letakan di pundakku agar bebanmu berkurang.Berjanjilah untuk terus berjuang bersama saya"
Zura yang mendengar perkataan Gus Ilham semakin menangis,hatinya menghangat karena masih ada orang yang menyayanginya dan menginginkannya.
"Berjanjilah Gus hati saya hanya terluka oleh Ayah,jangan pernah kamu menambah luka ini"
"Saya tidak berani berjanji ra,tapi sekuat tenaga dan dengan izin Allah saya akan selalu berusaha menjaga dan membahagiakan hati kamu "
Ibu Nay semakin merasa sakit
"Ternyata kamu pandai menyimpan luka nak,ibu malu denganmu.Ibu mohon jangan pernah menyerah karena ibu yakin kebahagiaanmu akan segera tiba.Ibu yakin bersama Gus Ilham kamu akan menemukan kebahagiaan"
karena tak sanggup lagi,ibu nay segera pergi meninggalkan kamar Gus ilham menyusul Abah dan umi yang sudah pergi terlebih dahulu.
Zura melepas pelukannya,duduk tegap berhadapan dengan Gus Ilham.
Tangannya terulur mengusap lembur pipi Gus Ilham
"Terimakasih Gus,terimakasih karena telah hadir di saat yang tepat"
Gus Ilham memegang tangan Zura yang berada di pipinya.
"Tidak perlu berterimakasih pada saya,berterimakasihlah sama Allah karena telah merancang skenarionya yang indah untuk kita berdua.Ana uhibbuka fillah ya zaujati.."
Zura tersenyum manis mendengarnya
"Ahabbakal ladzii ahbabtanii lahu ya zaujii.."
Gus ilham ikut tersenyum bahagia,
kemudian mengecup sayang kening Zura.
"Jangan sedih lagi ya,kita hadapi semuanya bersama "
Ucap gus Ilham
"iya Gus "
jawab Zura masih dengan senyumnya
"Panggilannya di ganti dong,masa masih Gus sih ra "
"Hehe..kamu juga sama ngomongnya masih pake saya saya..kaku banget "
"Ya udah mulai sekarang kita rubah ya,Aa harap kedepannya rumah tangga kita selalu di berkahi Allah SWT "
"Aamiin..ingatkan aku dengan baik-baik ya A kalo aku salah ,tapi tolong jangan bentak Zura "
"Iya sayang,kita belajar sama-sama ya.Kamu juga mulai sekarang kalo mau apa-apa libatkan Aa,udah stop jadi independent womennya.Aa berasa gak ada gunanya kalo kamu semandiri kaya kemarin"
"Hihi...iya tar aku pasti repoti Aa terus deh,aku juga udah bosen jadi independent women terus kalo ada yang bisa di manfaatin kenapa harus repot sendiri " ucap Zura terkekeh
"Dasar ya mulai nakal nih,dengan senang hati Aa siap di repotkan ibu negara haha"
Blush
wajah Zura terasa panas
"udah ah siap-siap ke mesjid gih sebentar lagi adzan subuh "
Zura menyingkap selimutnya bersiap bangun.
Tapi gerakannya tertahan saat Gus Ilham menahan tangannya
"Boleh Aa buka hijab kamu ?" tanya nya ragu
Zura tersenyum,memang sudah haknya Gus Ilham melihat apa yang ada pada dirinya.
Perlahan Zura membuka hijabnya dan menarik ikat rambutnya.
Tak lama rambut panjang hitam legam dengan ujung yang curly alami tergerai indah.
"MasyaAllah...istri hamba cantik sekali ya Allah"
Gus ilham terpaku melihat wajah cantik Zura saat tidak memakai hijab
"Aa mau kaya gini setiap kita sedang berdua,bisa kan sayang?"
"iya A,Zura mau..Udah ah yuk siap-siap "
Zura semakin salting dengan sikap Gus Ilham
"Cie..salting ya " goda Gus Ilham
"Aa ih nyebelin banget sih"
Zura mencubit perut Gus ilham.
" Aduh ampun yang sakit "
Gus Ilham mengusap-usap perutnya yang terasa panas
"A aku solat di kamar aja ya"
"Loh kenapa?"
"Malu A ih,liat ini mata aku sembab gini "
Gus ilham terkekeh dan mengusap kepala Zura
"Ya sudah Aa siap-siap dulu mau ke mesjid,jangan keluar sebelum Aa pulang "
"iya A "
tersenyum manis,dalam hatinya bersyukur dan berdo'a semoga ini awal dari kebahagiaanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
♧R²_Chair♧