Di hari pertama masuk kerja di sebuah perusahaan besar tanpa sengaja di tengah jalan menuju perusahaan Safira menabrak sebuah mobil mewah. Karena terburu-buru Safira hanya bisa meminta maaf dan memberikan nomor ponselnya agar dia bisa ganti rugi.
Dan ketika Safira tiba di rumah pria tampan pemilik mobil itu, Safira tidak mampu membayar biaya perbaikan mobil yang terbilang sangat mahal baginya.
"Kebetulan saat ini saya sedang kekurangan pembantu. Jika kamu mau saya bisa membayarmu 10 juta perbulan."
Tawaran seperti itu, bisakah Safira menolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Konspirasi
Saat makan siang bersama, Ferry tiba-tiba mendapatkan panggilan untuk bertugas. Dia pun meminta maaf karena harus pergi lebih dulu.
Selesai makan siang mereka memutuskan untuk berpisah.
Safira membuka pintu penumpang depan, baru saja akan masuk dia di dahului oleh Naomi. Dia hanya bisa berdiri tercengang.
“Apa yang kamu lakukan?” kata Amar kesal.
“Tentu saja aku akan pulang,” jawab Naomi sambil memasang sabuk pengaman.
“Keluar!” teriak Amar.
“Tidak!” tolak Naomi.
“Aku bilang keluar!” Amar geram.
“Sudah Amar. Biarkan dia duduk. Aku akan duduk di belakang,” kata Safira mengalah.
“Bagus lah kalau kamu tahu,” ketus Naomi.
Melihat Naomi yang tidak mau keluar juga, Amar membuka pintu mobil, keluar dan berjalan menuju Safira.
Amar memegang tangan Safira. “Ayo kita pergi,” kata Amar menarik Safira keluar dari tempat parkir.
“Amar, apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu meninggalkan aku sendiri?” teriak Naomi menurunkan jendela mobil.
“Mobil itu milik paman Bram. Kamu bawa saja kembali,” teriak Amar.
“Amar! Kamu benar-benar membuangku!” Naomi turun dari mobil ingin mengejar Amar.
Amar menghentikan taksi dan langsung masuk ke dalam diikuti oleh Safira.
“Amar!!” teriak Naomi yang hanya bisa melihat Amar pergi dengan taksi.
“Sepertinya terlalu berlebihan meninggalkan Naomi seperti itu. Apa kamu tidak merasa kasihan? Dia juga kan sepupumu,” kata Safira khawatir.
“Tidak. Jangan kasihan padanya. Dia lebih licik dari kelihatannya. Kamu tidak akan tahu kapan dia akan menyakitimu,” ucap Amar tenang.
Safira hanya bisa diam mendengar ucapan Amar. Sepertinya Amar membenci Naomi.
°°°°°
Memasuki rumah Safira melihat mama Dafina duduk bersama Naomi diruang tamu.
“Kamu masih tahu cara kembali! Kenapa kamu meninggalkan Naomi sendirian? Kamu tahu, Naomi seorang model ternama. Bagaimana jika ada penggemar gila yang mengganggunya? ” cecar mama Dafina.
“Dia orang besar. Bisa menjaga dirinya sendiri,” balas Amar.
“Benar-benar, ya. Kamu hanya tahu melawan Mama. Sudah tahu Mama sangat menyayangi Naomi dan kamu memperlakukannya seperti ini! Hanya Naomi yang cocok untuk menjadi menantu Mama. Bukan wanita yang nggak jelas asal usulnya,” kata mama Dafina tidak puas.
Safira yang mendengar kata-kata tidak puas mama mertuanya merasa sedih. Dia pikir semua anggota keluarga Amar telah menerimanya, karena semua orang di keluarga Danapati sangat menyambutnya.
Ia tidak menyangka akan mendapat penolakan dari mama Amar. Ya, seharusnya seperti inilah sifat keluarga kaya yang wajar. Tidak menyukai menantu yang miskin.
Tidak, tidak semua orang kaya seperti itu. Buktinya papa, paman, bibi, dan sepupu Amar tidak mempermasalahkan dari kasta mana dia berasal. Safira menyemangati dirinya sendiri.
“Istriku hanya bisa menjadi pilihanku sendiri! Bukan giliran orang lain untuk mencampurinya!” tekan Amar.
Safira merasa hangat mendengar Amar membelanya.
Amar menarik tangga Safira menuju tangga kembali ke kamar mereka.
“Kamu ... Mama belum selesai bicara, Amar. Kamu benar-benar anak yang kurang ajar!” bentak mama Dafina.
”Jangan pikirkan perkataan mama. Hanya kamu yang bisa menjadi istriku selamanya,“ kata Amar berusaha meyakinkan Safira saat keduanya tiba di kamar mereka.
Safira mengangguk. ”Aku tahu. Tidak masalah jika orang lain tidak menyukaiku. Asal kamu menyukaiku saja itu sudah cukup,“ ucap Safira tersenyum meyakinkan.
Amar menarik Safira ke dalam pelukannya. Safira mengangkat tangannya membalas pelukan Amar.
°°°°°
Di teras atas rumah duduk Leon sambil meneguk minuman dari mulut botol. Sebuah rokok terjepit di antara dua jarinya. Setelah minum dia menghisap rokok dan menghembuskan asapnya perlahan.
”Kenapa bersembunyi di sini?“ ucap Naomi yang baru saja naik. Dia berjalan ke kursi dan duduk di depan Leon.
”Kamu pasti sedang kesal. Bagaimana kalau aku menemanimu minum?“ katanya lagi.
Leon menatap Naomi yang menuangkan minuman ke dalam gelas dan meneguk nya.
”Ada apa menemuiku? Model yang super sibuk tiba-tiba punya waktu menemui orang tidak penting sepertiku?“ sindir Leon setelah beberapa saat.
”Bukankah pujaan hatimu ada di sini. Kenapa tidak pergi padanya?“ lanjutnya tersenyum kecut.
”Sang pujaan hati telah menambatkan kapalnya di sebuah dermaga kecil dan lusuh. Dia tidak menyukai dermaga besar dan mewah yang di siapkan untuknya. Dermaga besar sangat sepi, dia membutuhkan kapal yang mau bekerja sama dengannya,“ ucap Naomi menggunakan kiasan.
Leon hanya diam-diam mendengarkan sambil terus menghisap rokoknya.
”Akankah kapal di depan aku ini mau menambatkan kapalnya pada dermaga besar itu?“ tanya Naomi.
”Apa yang kamu inginkan?“ tanya Leon serius.
”Aku tidak menyukai dermaga kecil itu. Aku ingin kamu membantuku merusaknya,“ ungkap Naomi tersenyum licik.
”Tidak akan mudah merusak sebuah dermaga, meski itu dermaga kecil. Apa yang akan aku dapatkan jika aku membantu kamu?“ ucap Leon sedikit tertarik.
”Bukankah kamu pernah berkata kamu menyukaiku dan dapat melakukan apapun untukku?“ kata Naomi mengingatkan.
”Itu dulu. Kamu tidak menyukaiku. Jadi untuk apa aku menjadi kuli gratis untuk kamu. Tidak ada hal yang tanpa imbalan di dunia ini, Naomi,“ balas Leon.
”Baiklah. Jika kamu bisa menghilangkannya. Aku akan jadi pacarmu,“ jawab Naomi menyerah.
”Kenapa tiba-tiba berubah pikiran begitu cepat?“ tanya Leon curiga.
”Karena aku tahu meskipun tanpa wanita itu. Dia tetap tidak akan pernah menyukaiku. Aku sudah menyerah.“
”Oke. Kita sepakat,“ kata Leon mengulurkan tangannya ke atas meja.
Naomi menjabat tangan Leon. ”Besok mereka akan menonton balapan mobil. Ini adalah kesempatan yang sangat tepat untuk beraksi.“
Naomi dan Leon sama-sama tersenyum dengan pemikiran mereka sendiri.
°°°°°
Keesokan harinya, Amar membawa Safira mengunjungi beberapa tempat menarik di Las Vegas. Baru pada sore hari mereka menuju lokasi balap mobil yang di katakan Ferry.
Lokasi balapan berada di daerah pegunungan, tempat yang di pesan Ferry merupakan tempat di mana spot pemandangan yang terlihat sangat bagus dan strategis.
Amar dan Safira dibimbing oleh pelayan menuju ruangan yang di pesan Ferry. Di dalam ruangan sudah ada Ferry yang menunggu mereka.
Ruangannya sangat luas dengan beberapa sofa yang empuk dan sebuah meja kopi dan ada layar lebar yang bisa di gunakan untuk menonton saat balapan berlangsung.
Di luar ruangan ada teras yang menghubungkan semua ruangan dengan beberapa meja dengan sofa dan kursi yang di sediakan.
Duduk di bagian luar memungkinkan kita melihat pemandangan di sirkuit yang merupakan bagian belokan.
”The match will soon be started. I think you don’t come (Pertandingan sebentar lagi akan di mulai. Aku pikir kalian tidak jadi datang),“ ucap Ferry menyambut keduanya.
”We stopped next to another place. So it's a little late (Kami mampir ke tempat lain tadi. Jadi sedikit terlambat),“ kata Amar.
Safira dan Amar duduk di sofa menghadap layar besar yang sudah menayangkan jejeran mobil balap yang sudah bersiap-siap di sirkuit.
”See the red car numbered 14. He’s a newcomer I mean (Lihat mobil merah bernomor 14 itu. Dia pendatang baru yang aku maksud),“ tunjuk Ferry pada mobil di layar.
”I want to see what he is as good as you say (Aku ingin melihat apa dia sebagus yang kamu katakan),“ ujar Amar.
Safira tidak mengerti apa yang mereka katakan, dia hanya bisa melihat mobil-mobil di layar.
Ini pertama kalinya dia menonton pertandingan balap mobil dan itu pun secara langsung. Biasanya dia hanya melihat balapan motorgp di tv.
Semua mobil itu terlihat sangat keren.
Di depan layar semua mobil sudah mulai berlari meninggalkan garis start.
°°°°°
kasian itu
♥️♥️♥️♥️
Suka banget cerita kayak gini, tentang CEO konglomerat yang baik hati dan nggak angkuh.
ayo ajukan kontrak...
agar mkn bnyak pembaca..