"Penting kah pak?" Tanya Hana dengan suara yang datar, berusaha biasa saja.
Pak Arman menganggukkan kepala.
"Sebentar saja, saya mohon" lirihnya.
Hana yang tanpa respon dianggap Arman menyetujui permohonan nya.
Arman dengan sigap menunjuk sebuah meja panjang yang terletak persis di samping pintu keluar kafe.
"Disini ya..." Ucap nya.
Hana mengangguk dan kembali duduk meletakkan tas ranselnya.
Sebelum duduk, Pak Arman terlihat seperti memberi kode kepada pelayan di dalam, seperti nya sedang memesan sesuatu.
Mereka duduk berdampingan menghadap jendela.
"Jadi gini Hana.. saya ingin kamu menjadi istri saya.." ucap pak Arman tanpa basa-basi sedikit pun.
"Apa! Istri?" Dengan suara yang agak keras melengking, Hana di buatnya kaget bukan kepalang.
Suaranya membuat orang - orang di sekelilingnya menoleh ke arah mereka.
"Iyaa istri" kata Arman kembali mengulang kata istri dengan lembut sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yani_AZM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Maukah Kamu Jadi Istriku?
"Hana tunggu..." Katanya.
Hana menoleh sekejap dan berhenti.
Pak Arman berlari kecil ke arah Hana yang sudah berada di luar pintu kafe.
"Iya pak? Ada apa pak? Ada barang yang ke bawa ya? Maaf saya buru - buru pak" sambil kerepotan Hana membuka dan merogoh ranselnya.
"Bukan.. bukan.. saya mau bicara sama kamu" kata pak Arman lirih.
Hana tertegun.
"Bicara apa pak? Kok ngga dari tadi aja, kita tadi hampir sejam loh pak ngopi di dalam tapi bapak diam aja tuh" timpalnya menyindir.
"Boleh kita duduk lagi hana? sebentar saja.." matanya terpancar seperti penuh harap.
Hana di buat salah tingkah dengan tatapannya itu, tapi berusaha mengalihkan pandangan nya.
"Penting kah pak?" Tanya Hana dengan suara yang datar, berusaha biasa saja.
Pak Arman menganggukkan kepala.
"Sebentar saja, saya mohon" lirihnya.
Hana yang tanpa respon dianggap Arman menyetujui permohonan nya.
Arman dengan sigap menunjuk sebuah meja panjang yang terletak persis di samping pintu keluar kafe.
"Disini ya..." Ucap nya.
Hana mengangguk dan kembali duduk meletakkan tas ranselnya.
Sebelum duduk, Pak Arman terlihat seperti memberi kode kepada pelayan di dalam, seperti nya sedang memesan sesuatu.
Mereka duduk berdampingan menghadap jendela.
"Jadi gini Hana.. saya ingin kamu menjadi istri saya.." ucap pak Arman tanpa basa-basi sedikit pun.
"Apa! Istri?" Dengan suara yang agak keras melengking, Hana di buatnya kaget bukan kepalang.
"Iyaa istri" kata Arman kembali mengulang kata istri dengan lembut sekali.
"Duh jangan banyak bercanda ya pak, saya baru lulus loh.. dan saya ingin fokus bekerja untuk bisa melanjutkan kuliah" kata Hana dengan senyum getirnya.
Pak Arman memandang Hana dengan tidak main - main.
"Saya serius! dan saya memang menunggu kamu sejak di SMK" kata pak Arman.
Hana mengernyitkan keningnya tak percaya.
"Boleh kah saya lebih dekat dengan kamu sebagai calon suami kamu, bukan lagi sebagai guru dan murid?" Tatapan matanya terlihat bersungguh-sungguh.
Sebenarnya Hana sudah meleleh, tapi Hana tetap dengan pendiriannya, tidak mau terlalu pede.
"Maaf ya Pak.. pernikahan bukan hal main - main loh, dan jangan mencoba mempermainkan saya walaupun saya anak kemaren sore" jawab Hana dengan tegas.
"Bukti apa yang kamu mau? Kalau boleh melamar mu malam ini juga, saya pun berani" pak Arman makin menantang.
Hana mengangkat alis kanan nya, menggigit bibir bawahnya, terbesit di wajahnya penuh dengan keraguan.
"Saya masih ingin melanjutkan pendidikan saya pak! Saya kan juga punya cita - cita!" Jawab Hana yang mulai agak terbawa emosi.
"Saya tidak menghalangi pendidikan kamu.. saya hanya ingin kamu menjadi istri saya.." timpalnya.
Hana menggeleng - gelengkan kepala tak percaya. Ia tidak habis pikir dengan maksud pak Arman.
"Sekali lagi, saya tidak menghalangi pendidikan kamu. Saya tau betul kamu murid berprestasi. Saya hanya mengungkapkan perasaan saya selama ini" kata nya dengan serius tanpa terbata - bata.
"Perasaan???... Sejak kapan pak?" Tanya Hana.
"Semenjak pertama kali saya melihat kamu di sekolah!" timpalnya.
Hana diam membisu, Hana masih tidak percaya, ternyata ke ge-eran nya selama ini ternyata benar.
"Masa sih pak! Bapak bisa suka sama saya? bapak kan ganteng dan pasti banyak kan perempuan yang suka sama bapak!" kata Hana.
"Apa? Kamu bilang saya ganteng? Makasih loh Hana.. " pak Arman tertawa cekikikan menutup mulut nya.
"Duh salah ngomong kayanya aku!" gumam Hana menimpali tawa Arman.
Suasana seperti agak mencair, dan pak Arman melanjutkan ceritanya.
"Oiya, Dan kedatangan saya waktu itu kerumah mu adalah maksud hati memperkenalkan diri saya dan mengungkapkan perasaan di depan orang tua mu. Sebelum kamu di ambil orang." kata pak Arman.
Hana terkejut mendengarnya..
"Jadi ibu sama bapak tau semua ini?" Tanya Hana terdengar ketus.
Pak Arman mengangguk.
"Tapi kami memang sepakat merahasiakan ini" jawabnya.
"Tapi kenapa bapak setiap mengajar sangat menyebalkan menyuruh saya maju ke depan mengerjakan soal random terus" ungkap Hana kesal.
"Loh saya kan masih guru kamu waktu itu, profesional dong.." jawab Arman.
Hana memejamkan matanya.
Teringat tentang ibu.
Tentang do'a ibu.
Tentang semua pesan yang ibu katakan kepada Hana.
Hana juga teringat waktu pemakaman ibu dulu, pak Arman turut hadir, dan sampai datang di acara tahlilan.
"Ternyata ibu dan bapak merahasiakan ini?" Gumam nya dalam hati.
Hana masih diam membisu..
"Hana, boleh kan?" Tanya pak Arman lagi.
Memecahkan lamunan Hana.
"Boleh apa pak?" Jawab Hana.
"Saya mendekati kamu sebagai calon suami kamu.." jelasnya.
"Saya ngga bisa jawab sekarang pak, maaf" kata Hana.
"Memang nya kenapa? sudah punya pacar ya?" Arman.
"Nggak! saya ngga punya pacar. Dan memang belum pernah pacaran" jawab Hana.
Pembicaraan mereka pun terjeda, seorang pelayan mengantar 2 gelas berisi kopi dan coklat hangat.
"Terimakasih mas" kata pak Arman kepada pelayan.
"Ayo Hana di minum" kata pak Arman.
Hana hanya melirik, dan kembali terdiam..
Hana menjadi melamun menatap di luar kaca.
Tapi pak Arman tak kehabisan akal untuk membangun suasana yang asik.
Pak Arman dengan mudah mengalihkan pikiran Hana.
Hingga Hana, tanpa sadar memberikan nomor WhatsApp nya, dan mulai memberi tawa.
Waktu terus berputar tak terasa mereka melewati 1 jam bersama.
Hana pun mulai terbawa suasana dengan santai sambil menyeruput coklat hangat di hadapannya.