Demi menjauhi pernikahan yang diinginkan oleh papanya, Adilla Atmadja, biasa dipanggil dengan sebutan Dilla pun memilih jalan pintas, yakni dengan melakukan hubungan satu malam bersama pria yang tidak dia kenal sebelumnya, hanya demi bisa mendapatkan bibit yang paling unggul untuk menjadi penerus keluarga Atmadja nantinya dari orang tersebut. Di mana ternyata pria itu merupakan seorang CEO perusahaan ternama yang tengah menyamar menjadi orang biasa.
Bagaimana nasib Dilla nantinya? Baca terus kisahnya hanya di karyaku yang ke-11 ini. Terkmakasih^^
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 16. Dosen Pengganti
Bab. 16
“Ck! Norak banget sih mereka. Pake bawa-bawa begituan segala,” gumam Dilla sedikit berbisik kepada Amira. Karena tidak mau kalau sampai suaranya di dengar oleh mereka dan sampai menyakiti perasaan mereka. Dilla masih punya hati untuk hal yang satu ini.
“Namanya juga mau valletine day, Dill. Ya maklum lah!” balas Amira.
“Dih! Hari kasih sayang tuh nggak perlu jatuhin tanggal kayak gini juga kali. Kalau memang benar-benar sayang, nggak perlu satu tahun sekali nunjukinnya. Setiap hari juga malah bagus.”
Amira menggeleng kepala mendengar ucapan Dilla barusan.
“Emang susah sih kalau ngomong sama orang yang nggak pernah rasain cinta sama sekali, jadi kek ngomong sama pohon pisang. Punya jantung tapi nggak punya hati sama sekali. Ck ck ck … menyedihkan sekali,” ujar Amira sembari meledek Dilla yang memang belum pernah merasakan cinta selama ini.
Hubungannya dengan para lelakinya itu hanyalah untuk kepuasan dan kesenangan semata. Tanpa melibatkan hati atau perasaan sama sekali.
Dilla yang sedikit kesal pun mendorong bahu Amira hingga wanita itu sedikit oleng ke samping. Tetapi segera Dilla tarik dan tahan.
“Dih, biar begitu aku udah pernah rasain apa yang belum pernah kamu rasain selama ini, Mira.” Balas Dilla begitu bangga dengan pencapaian yang baru saja Dilla dapatkan. Yakni melepas keperawanannya dengan cara dan tujuan yang sangat konyol sekali.
"Anj*r lo!" Sahut Amira yang justru mendapat kekehan dari Dilla. "Emang dasar cewek gila sih, lo Dill. Orang digituin malah seneng banget. Dan lebih parahnya lagi tuh gue. Kenapa juga mau temenan sama lo yang kek begini." imbuh Amira yang kemudian memberi jarak dengan Dilla.
"Karena cuma aku yang bisa ngertiin kamu," sahut Dilla sambil memainkan alisnya.
Mereka pun tertawa, menertawakan mereka sendiri yang tidak ada benarnya. Namun, karena kekurangan itulah bisa membuat mereka saling melengkapi.
"Udah deh, mending buruan masuk ke kelas. Keburu Bu Mawar nanti masuk," ucap Dilla yang memang tidak mau ketinggalan sedikit pun kelas dosen yang satu itu.
Amira pun setuju. Ia juga menyukai dosen yang satu itu. Meskipun beliau tahu kehidupan mereka jika berada di luar kampus, akan tetapi beliau sama sekali tidak mengkritik. Tidak seperti beberapa dosen yang tidak sengaja melihat kehidupan malam mereka. Terkadang menceramahi mereka, menganggap dirinya sendiri suci. Padahal dia sendiri juga sama saja. Mungkin malah lebih parah. Soalnya kebanyakan dari dosen yang mereka temui sudah berkeluarga.
Meninggalkan urusan orang lain, Dilla dan Amira pun segera duduk di tempat mereka. Bersiap untuk mengikuti kelas bu Mawar yang akan dimulai beberapa menit ke depan.
Namun, sudah hampir dua puluh menit mereka menunggu, tidak ada tanda-tanda bu Mawar masuk ke kelas mereka. Membuat suasana di kelas mulai gaduh. Ada juga di antara mereka yang memilih untuk segera keluar, atau mungkin langsung pulang. Sebab ini merupakan jam terakhir di kelas mereka hari ini.
"Tumben lama banget bu Mawar," ucap Dilla yang juga mulai bosan.
"Mungkin lagi ada halangan kali, ya?" sahut orang yang duduk di belakang Dilla. Orang itu menyembulkan kepalanya di sela antara Dilla dan Amira.
Sontak, hal itu membuat Amira mendorong kepala pria itu agar kembali ke tempatnya.
"Nggak usah gitu juga kali kepalanya. Kek jerapah aja deh, bisa manjang-manjang gitu."
Pria itu terkekeh melihat Amira yang kesal.
"Daripada kalian cuma berdua aja, kan nggak baik. Mending sama gue juga. Lebih rame," sahut pria itu.
Sedangkan Dilla tidak lagi memperhatikan mereka. Wanita itu sibuk dengan ponselnya yang baru saja ada notif email masuk.
Walaupun masih kuliah, Dilla juga sudah terjun ke perusahaan papanya. Meskipun sifatnya tidak pokok, tetapi Dilla lebih sering di hubungi untuk dimintai konsultasi.
Di saat itulah, ada seseorang yang masuk dengan membawa laptop yang biasa dibawa bu Mawar. Orang itu masuk ke dalam kelas mereka. Bukannya pada diam karena dosen pengganti datang, tetapi suasana kelas bertambah riuh.
Tatapan pria itu jatuh pada sosok Dilla yang tidak peduli sama sekali dengan sekitarnya. Wanita itu tetap menatap ke bawah, sibuk dengan dunianya sendiri. Membuat sudut bibir pria itu tertarik ke atas.
orang lain menjaga keperawanan.
ini malah ngasih gratis