NovelToon NovelToon
Nabil Cahaya Hidupku

Nabil Cahaya Hidupku

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Anak Genius / Anak Yatim Piatu
Popularitas:20.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Nabil seorang anak berkepala besar
bayu ayahnya menyebutnya anak buto ijo
Sinta ibu bayu menyebuutnya anak pembawa sial
semua jijik pada nabil
kepala besar
tangan kecil
kaki kecil
jalan bungkuk
belum lagi iler suka mengalir di bibirnya
hanya santi yang menyayanginya
suatu ketika nabil kena DBD
bukannya di obati malah di usir dari rumah oleh bayu
saat itulah santi memutsukan untuk meninggalkan bayu
demi nabil
dia bertekad memebesarkan nabil seorang diri
ikuti cerita perjuangn seorang ibu membesarkan anak jenius namun dianggap idiot

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pindah lagi

Hari berganti hari. Matahari pagi yang hangat menjadi saksi betapa warung Santi kini makin ramai dikunjungi. Wajah-wajah pekerja pabrik datang silih berganti, menyantap nasi uduk hangat, pecel sambal kacang, dan gorengan renyah hasil tangan Santi. Heru dengan senyum lebarnya tak pernah absen membantu, sementara Nabil duduk manis di pojok warung, mencatat, menghitung, dan kadang sibuk mengatur stok dagangan.

Tabungan Santi perlahan bertambah. Dua puluh juta sudah terkumpul di rekening kecilnya. Sebagian hasil dagangan digunakan untuk belanja stok dalam jumlah lebih besar agar tak perlu bolak-balik ke pasar. Hidup seolah mulai tersenyum, meski pelan dan tak sepenuhnya pasti.

Tapi siang itu, senyum itu menguap.

Dewi, tetangga yang sejak awal tak menyukai keberadaan warung Santi, tiba-tiba berdiri di depan warung dengan daster lusuh dan mata bengkak.

“Santi... kamu tega ya nutup warungku?” isaknya.

Santi tertegun, memegangi centong sayur. “Apa maksudmu, Wi? Aku gak pernah—aku gak bisa nutup warung siapa-siapa.”

“Kamu bohong!” Dewi menunjuk dengan gemetar. “Kamu pasti ada hubungan khusus dengan manajer pabrik itu! Buktinya... sekarang warungku harus tutup! Katanya karena kebijakan pabrik!”

Santi menggeleng cepat. “Dewi, sumpah demi Nabil, aku bahkan gak kenal siapa-siapa di kantor manajemen.”

Belum sempat Dewi membalas, suara Pak RT terdengar dari belakang. “Dewi, cukup. Santi nggak tahu apa-apa soal kebijakan itu. Jangan asal nuduh.”

Dewi menoleh tajam. “Kenapa sih kamu selalu belain dia? Jangan-jangan kamu juga punya hubungan spesial sama Santi!”

Wajah Pak RT memerah. “Hentikan omong kosongmu, Dewi!”

“Lalu kenapa kamu selalu pasang badan?”

“Karena bukan cuma warung kamu. Warung Santi juga akan ditutup.”

Deg.

Suasana mendadak hening. Bahkan suara kompor minyak mendesis pun seolah berhenti.

“Apa... maksudnya, Pak?” suara Santi lirih.

“Saya juga kaget,” ucap Pak RT lemah. “Kabar dari kelurahan, pihak pabrik mau sterilisasi area. Semua pedagang, tanpa kecuali, disuruh angkat kaki dalam dua hari.”

Dewi terdiam. Raut wajahnya yang tadi garang berubah bingung. Ia melangkah pulang, dan untuk pertama kalinya, Santi merasa iba padanya.

Malam menjelang. Santi duduk lemas di lantai warung, memandangi barang dagangan yang masih menumpuk. Ia harus segera pindah. Dua hari rasanya tak cukup.

“Kenapa sih kita harus terus diusir?” gumam Heru sambil melipat kardus bekas.

“Ya namanya juga ngontrak, Ru. Harus siap kapan saja ditendang,” jawab Santi lirih.

“Aneh, keputusan pabrik ini. Nyusahin banyak orang,” gerutu Heru.

Santi melirik Nabil yang duduk sambil menggambar. Tapi bocah itu mendadak berkata, “Padahal, warung-warung ini justru bantu karyawan pabrik. Makan pagi, makan siang... semua lebih gampang. Harusnya mereka diuntungkan.”

Santi terdiam. Ia mengerutkan kening, menatap anak itu.

“Kok kamu ngomongnya kayak orang dewasa, Nak?”

Nabil menoleh, serius. “Karena aku ngerti, Mah. Kita ini selalu dirugikan karena nggak punya kuasa. Karena miskin. Karena nggak dianggap.”

Santi tercekat. “Nggak semua orang kaya jahat, Nak.”

“Tapi semua orang miskin, pasti selalu di bawah, Mah. Makanya... kita harus jadi orang kaya dan berkuasa. Supaya nggak ditindas terus.”

Santi tak bisa menjawab. Antara takjub dan takut. Anaknya... mulai bicara seperti orang besar. Terlalu cepat mengerti luka kehidupan.

“Sudahlah, jangan mikir yang berat-berat. Main aja sana,” ucap Santi akhirnya, menepuk bahu Nabil lembut.

...

Dua hari berlalu secepat hujan deras yang menyapu habis sisa harapan. Santi tak punya pilihan selain menyulap bahan dagangan yang sempat ia stok menjadi aneka lauk dan makanan. Daripada mubazir, ia membungkusnya dalam rantang dan membagikannya kepada para tetangga yang dulu jadi pelanggan setianya.

“Ini, Bu Marni. Masih hangat,” katanya sambil menyodorkan paket nasi uduk. Wajahnya tetap tersenyum, meski dadanya sesak. Di dalam hatinya, ada duka yang hanya ia dan Tuhan yang tahu ukurannya.

Sebuah kamar kos sederhana akhirnya ia sewa, cukup untuk ia, Nabil, dan Heru berteduh. Sempit, pengap, tapi setidaknya tidak di jalanan. Untuk biaya hidup ke depan, ia menjual sebagian peralatan: kulkas laku murah, dua tabung gas ikut dilepas, kompor yang dulu dibeli dengan harapan kini hanya jadi barang yang harus direlakan. Dari semuanya, hanya terkumpul tujuh juta. Jika ditambah tabungan yang tersisa, kini ia punya 28 juta rupiah. Jumlah yang cukup, tapi terasa getir jika diingat dari mana asalnya.

Sebuah mobil pick-up tua menunggu di depan ruko. Barang demi barang diangkat dengan hati-hati. Heru bekerja tanpa banyak bicara, hanya sesekali mengusap keringat. Pak RT pun datang membawa amplop kecil.

“Ini uang sewa kamu yang belum terpakai. Saya kembalikan. Maaf, ya, Santi. Saya sudah coba advokasi, tapi keputusan pabrik mutlak.”

Santi menerima dengan tenang. "Terima kasih, Pak."

Saat semua nyaris selesai, Santi berdiri sejenak di ambang pintu rukonya yang kini kosong. Tempat yang dulu jadi saksi perjuangannya membangun harapan, kini harus ia tinggalkan tanpa perlawanan.

“Ternyata... aku hanya dikasih hidup enak enam bulan. Habis itu... ya diusir lagi,” gumamnya lirih.

Tapi cepat ia menyadari keluhannya. “Astaghfirullah…” bisiknya pelan. “Maafkan hamba, ya Allah. Hamba terlalu banyak mengeluh... terlalu kurang bersyukur.”

Doanya belum usai ketika deru mobil Avanza berhenti di pinggir jalan. Dari dalamnya keluar dua sosok yang paling ingin ia hindari di dunia ini—Bayu dan ibunya, Sinta.

Bayu tertawa keras, penuh ejekan. “Hahaha… kasihan banget hidupmu, Santi.”

Santi menunduk. Tidak karena malu, tapi menahan amarah dan harga diri yang tercabik.

“Santi... Santi... kamu tuh gak akan bisa hidup tanpa aku,” kata Bayu dengan suara sengaja diperbesar, seperti ingin mengundang penonton.

Sinta menimpali sambil melipat tangan di dada. “Kami ke sini bukan cuma mau ngeledek. Tapi juga mau nawarin kamu kerja.”

Santi mendongak, sorot matanya tajam.

“Kerja jadi babu di rumahku,” lanjut Sinta tanpa tedeng aling-aling. “Daripada susah payah cari pembantu baru, ya aku pakai kamu aja. Tapi ingat! Jangan bawa anak cacat kamu itu!”

Dada Santi bergetar hebat. Ingin rasanya ia membalas, memukul, menjerit. Tapi air matanya tak keluar. Terlalu sakit bahkan untuk menangis. Karena yang mengucapkan itu... bukan orang asing, melainkan nenek kandung anaknya.

“Aku gak mau,” ucap Santi pelan, namun penuh api. “Lebih baik aku mati daripada kerja di rumah manusia setan seperti kalian.”

Bayu melotot. “Cih! Udah miskin, belagu!”

Sinta maju selangkah. “Kamu tahu kenapa warungmu ditutup? Karena kamu belagu! Udah aku bilang, calon istri Bayu manajer pabrik ini! Aku yang minta supaya warung kamu ditutup. Dan lihat sekarang! Kamu tinggal di kosan, jual barang, kayak pengemis!”

Deg.

Santi menahan napas. Kata-kata itu seperti belati yang menancap dalam di hatinya.

"Astaga... begini amat jadi orang baik," gumamnya dalam hati. "Dan begini menyedihkannya jadi orang lemah. Andai aku punya ruko sendiri... andai aku punya tanah sendiri... mungkin aku gak akan diusir seenaknya..."

“Makanya, Santi... jadi perempuan itu jangan durhaka sama suami, apalagi sama mertua. Lihat nasibmu sekarang! Hina dan menyedihkan. Dasar pembangkang! Aku doakan hidupmu makin susah, dan anakmu... makin menderita!” ucap Sinta dengan suara setajam belati.

Santi menatap tajam, tak ada air mata, hanya luka yang sudah terlalu sering dihina.

“Hey, kau… nenek peot,” ucapnya dingin. “Usiamu tak sebijak ucapanmu. Sudah bau tanah, bukannya tobat malah terus menebar kutukan. Dengar baik-baik, semua doamu… aku aminkan. Tapi bukan untukku, untuk kalian!”

Bayu melangkah maju, matanya nyalang hendak melayangkan pukulan. Namun Heru, berdiri sigap, menacungkan pisau dapur.

“Jangan coba-coba lukai kakakku! Aku sudah biasa menderita. Hidup di penjara pun tak masalah... asal demi membela Kakaku!” ancamnya.

1
Wanita Aries
Wah asik liburan
indah
/Sob/ mungkin ini hanya sebuah cerita, tapi banyak pelajaran yang bisa di ambil.
DISTYA ANGGRA MELANI
Ayo bayu dituntut 2 orang sekaligus apa bisa tu si pengacara bantuin dy apalagi ada kasus kdrt jg wow masuk penjara langsung lah si bayu
Wanita Aries
Hadeh si bayu gk ada berentinya buat onar
Wanita Aries
Bayu edan
Nur Syamsiah
lanjut
Nur Syamsiah
GG as terus
Vina Nuranisa
semakin seruu , LANJUT THORRR
Wanita Aries
Ihh pede kali bayu kl laras masih cinta
Arlis Wahyuningsih
wah seru nihhh..the power of emak2...ras terkuat dibumi bergabung...siap2 jadi peyek kau bayu..😂😂😂💪💪
Wanita Aries
Wahhh seru nihhh gmn kira2 nnti bayu liat santi sama laras barengan
Arlis Wahyuningsih
cerita yg menarik dan juga inspiratif..karna walaupun punya fisik tak sempurna tp ada kelebihan dan kemampuan yg bisa dibanggakan.
Ninik
Bayu laki laki mokondo
Arlis Wahyuningsih
selamat ya pak bayu..😂😂😂😂
mantap sekali bu laras..😘😘😘
Irma Minul
lanjut kak 👍👍👍
Wanita Aries
Rasakan dah nasibmu laki gk modal. Tkt aj sih ngusik santi lagi
Rizky Sandy
cari tuh selingkuhanmu si Dewi yg LBH muda,,,,,
Wanita Aries
MasyaAllah nabil ganteng dan pinter
Wanita Aries
Ihh kepedean amat si bayu. Udh pengangguran, tempramen, trllu berambisi. Sbntr lg jd gelandangan.
Vina Nuranisa
dasar bayu gatau diri ,
yukk lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!