Alika tak pernah membayangkan hidupnya bisa berubah secepat ini. Semua berawal dari satu permintaan sepele saudari tirinya, yang menyuruh Alika pergi ke sebuah hotel.
Karena sebuah kekeliruan, Alika justru masuk ke kamar hotel yang salah dan menghabiskan malam dengan Sagara, sang CEO dingin dan arogan yang selama ini hanya dikenalnya dari jauh.
Apa yang terjadi malam itu seharusnya dilupakan. Tapi takdir berkata lain.
Saat Alika mengetahui dirinya hamil. Ia dihadapkan pada pilihan yang sulit, menyembunyikan semuanya demi harga diri, atau menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.
Namun, yang paling mengejutkan, justru adalah keputusan Sagara. Pria yang katanya selama ini tak tersentuh, datang kembali ke dalam hidupnya, menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar tanggung jawab.
Cinta perlahan tumbuh di antara keduanya. Tapi mampukah cinta bertahan saat masa lalu terus menghantui dan realita kehidupan tak berpihak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 07 Hukuman Mengepel Toilet
Alika melangkah keluar dengan tergesa menuju pantry untuk mengambil segelas air. Berharap, air bisa menenangkan dirinya.
Tiba-tiba saja, Alika menabrak seseorang. Tubuhnya seketika limbung dan ambruk ke lantai.
“Dimana kamu taruh matamu itu, hah!” seorang pria membentak Alika.
“Maaf, Tuan. Maafkan saya,” kata Alika buru-buru menunduk, menatap lantai dengan wajah cemas.
Pria itu merapikan kemejanya. “Lain kali perhatikan jalanmu,” ujarnya.
Alika mengangguk.
“Tuan, anda tidak apa-apa?” tanya Asisten Lee.
“Hmm,” jawab pria itu dengan dingin. Ia memperhatikan penampilan Alika sekilas kemudian melanjutkan langkahnya tanpa mengatakan sepatah katapun.
“Saya akan menyuruh Ridwan untuk membereskannya, Tuan,” ucap Asisten Lee.
“Terserah”
Asisten Lee mengikuti pria itu di belakang. Mengabaikan Alika yang masih bersimpuh di lantai.
“Dia siapa?” pikir Alika. Ia buru-buru bangkit dan merapikan pakaiannya.
Sesampainya di pantry Alika langsung mengambil segelas air dan meneguknya hingga tandas. Namun, belum sempat Alika meletakkan gelas itu, sosok yang ditakutinya sudah berdiri diambang pintu.
“Alika!” panggil Pak Ridwan dengan berteriak.
“Iya, Pak,” jawab Alika.
“Aku dengar kamu menabrak tuan Sagara tadi. Apa kamu tidak tahu siapa dia?” seru Pak Ridwan. “Kamu bahkan meminta maaf tanpa menatap orangnya! Ini benar-benar keterlaluan. Gara-gara ulahmu yang sembrono, aku terancam turun jabatan, tahu!”
Alika membeku di tempat. “Jadi, pria yang aku tabrak tadi adalah presiden direktur perusahaan?” gumamnya dalam hati.
“Sebagai hukuman kecerobohan mu, kamu harus membersihkan semua toilet yang ada di kantor ini. Tanpa terkecuali. Dan ingat, jangan pernah membuat masalah lagi! Kalau tidak, tuan Sagara tidak akan segan memecatmu!” Pak Ridwan memperingatkan.
Alika meremas jari tangannya. Bagaimana jika Sagara benar-benar memecatnya karena masalah ini?
“Kenapa malah diam saja? Cepat kerjakan tugasmu!”
“B–baik, Pak!” jawab Alika menarik nafas dalam-dalam dan langsung bergegas menuju ke toilet.
Sementara Pak Ridwan hanya geleng-geleng kepala.
“Sebenarnya aku kasihan. Tapi, dia itu terlalu lemot. Nggak ada gesitnya sama sekali.” gerutu Pak Ridwan.
*****
“Alika, sebenarnya ada apa? Kenapa kamu bisa dihukum seperti ini?” tanya Riska yang tak lain adalah teman satu profesi Alika.
Melihat kejadian dimana Pak Ridwan marah-marah pada Alika, ia merasa prihatin dan kasihan.
“Biasa, dia ngomel-ngomel karena aku terlambat,” jawab Alika.
“Terus?” tanya Riska lagi penasaran.
“Kok terus-terus, nabrak dong?” Alika tertawa.
“Ih, aku sedang serius ya! Jangan malah bercanda dong.” Riska merangkul lengan temannya itu.
Alika menghela nafas. Lalu berkata, “Aku nggak sengaja menabrak tuan presdir. Dan pak Ridwan melihatnya.”
“Kok bisa?!” pekik Riska.
“Pelankan suara kamu. Kalau ada yang dengar dan sampai ke telinga pak Ridwan, aku bisa kena masalah lagi.” Alika mengobrol sambil mengepel lantai toilet.
“Iy, iya. Maaf.”
“Aku nggak tahu kalau dia presdir kita. Ya namanya juga nggak lihat jalan karena cepat-cepat mau minum. Eh malah nabrak.”
“Ya sudah. Yang sabar ya. Resiko jadi office girl. Apapun yang kita lakukan di mata atasan pasti selalu saja salah. Nggak pernah ada benarnya,” ucap Riska mencoba menghiburnya. “Tapi aku yakin kok, kamu bisa melalui ini semua. Kamu kuat, Alika.”
“Terima kasih, ya, Ris.” Alika tersenyum tipis meski jauh di dalam lubuk hatinya, ia masih sedih. Kata-kata Riska sedikit menenangkannya. Namun, tugas membersihkan toilet yang menunggunya membuat Alika lemas seketika.
“Aku selalu ada buat kamu. Jangan pernah merasa sendirian. Kalau kamu butuh teman curhat, datang saja padaku.” Riska memeluk Alika dengan erat, memberikan dukungan yang sangat dibutuhkannya saat ini.
Dari kejauhan, seorang pria sedang memperhatikan apa yang mereka berdua lakukan. Pria itu adalah Rangga–kekasih Alika.
Beberapa hari terakhir, Rangga merasa ada sesuatu yang berubah dari Alika. Gadis itu semakin tertutup dan terkesan menjauhi dirinya.
“Aku kangen kamu, Alika,” gumam Rangga.
Rangga memutuskan untuk menghampiri Alika. Namun, saat akan melangkah Keisha tiba-tiba muncul dan menahannya.
“Mau kemana kamu, Mas?” tanya gadis itu.
Rangga menoleh. “Keisha? Ngapain kamu disini?” tanyanya.
Mengikis jarak diantara mereka, Keisha memeluk Rangga dan mengusap dada bidangnya.
“Ada kotoran di kemeja kamu,” bisik Keisha membuat Rangga meremang, merasakan sentuhan tangannya yang sudah naik ke leher.
lain di bibir....
lain di hati..
bisa2 disuruh manfi kembang 7 rupa dan tidur di luar kamar RS...
😀😀😀❤❤❤❤
bisa saja cindy bohong...
❤❤❤❤❤