kesabaran yang di lakukan seorang istri untuk suaminya, yang gemar bermain wanita, bahkan di saat dirinya baru melahirkan!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Intan Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"MEMBAWA ADINDA"
mataku terus menatap nya tanpa membiarkan dia memalingkan walau sedetik.
Anita masih menangis tersedu. dia nampak berat ingin mengatakan sepatah kata pun.
ku lihat ada penyesalan ada kesedihan ada kesakitan di matanya.
cairan bening itu terus saja mengalir dengan deras nya. seperti tak membiarkan nya untuk bicara.
hingga saat Anita memegang tangan ku dan berusaha menatap ku dan menguatkan dirinya.
"Adinda sakit. dan sudah 7 hari tak bangun".
ucap nya terputus putus karena tangis.
aku kaget bukan main. ternyata gadis itu bukan tidur. tapi koma
"Mengapa kamu tak membawa nya ke Rumah sakit?"
"Aku tak ada biaya Tar" ucapnya sambil terus menangis.
sebegitu miris kah kehidupan mu Anita? sampai kamu tidak bisa membawa anak mu berobat.
seorang ibu akan mengorbankan jiwa raganya untuk sang buah hati. lalu mengapa kamu diam saja menyaksikan anak mu di ambang kematian?
apa tidak ada jalan lain. selain hanya pasrah dan membiarkan kematian datang menjemput putrimu dengan cara seperti ini?
tanpa pikir panjang. ku ambil ponsel ku. dan menelpon ojek langganan ku. aku memintanya untuk menjemput ku bersama rekan nya.
.
"Cepat kamu ganti baju. kita bawa Adinda ke dokter" ucapku ketus.
Anita hanya melirik ku. sampai dia pergi dan berganti pakaian.
ku ambil kain jarik dan menggendong Adinda. jelas sekali badan gadis ini amat lemah. aku seperti menggendong sebuah boneka yang tak ada perlawanan sama sekali.
ku tinggalkan Anita di rumah.
aku langsung berlari ke jalan dimana ojek menunggu ku.
"Cepat antar saya ke rumah sakit"
tanpa menunggu lama. ojek pun langsung menancap kan gas nya. nampak pula ibu penjual es campur hanya melihat ku keheranan.
tak ku pikirkan Anita yang ku tinggalkan tadi. si Abang ojek juga pasti tahu aku akan pergi kemana?
sepanjang perjalan aku tak habis pikir dengan pikiran Anita. yang membiarkan anak nya tersiksa sampai seperti ini?
sekitar 25 menit di perjalan dengan kecepatan yang lumayan tinggi.
aku pun tiba di satu rumah sakit umum.
aku langsung berlari ke ruang pendaftaran.
"Mbak tolong. anak ini sudah tidak sadar sejak 7 hari. saya mohon selamatkan dia"
ucapku memohon pada resepsionis rumah sakit.
" Baik Bu. silahkan daftarkan dulu putrinya"
"Saya mohon. saya takut tidak keburu"
akhirnya aku menghampiri dokter yang keluar dari ruang IGD rumah sakit tersebut.
"Dok Dok. tolong saya. anak ini sudah 7 hari tak sadar Dok. saya mohon bantu saya"
dokter tersebut memeriksa denyut nadi Adinda dan nampak ada kegelisahan di raut wajah nya.
kemudian dia mengambil alih gendongan ku. dan membawa Adinda ke ruang IGD.
aku langsung mendaftar ke bagian resepsionis.
sial nya aku tak tahu nama lengkap Adinda dan nama ayah kandung nya.
bagaimana ini?
"Mbak begini. Anak itu bukan anak saya. jadi saya gak tahu data dirinya. begini saja ibu nya sedang dalam perjalanan kemari.nanti biar dia yang daftarkan"
Gimana ya Bu. tapi ini sudah peraturan rumah sakit"
"Saya hanya tahu namanya Adinda."
"Begini aja biar saya bayar saja biaya nya. dan untuk data diri nya. biar nanti ibu nya saja yang isi?"
"Baik Bu silahkan"
setelah memohon dan membayar biaya pengobatan Adinda. aku pun duduk di kursi yang di sediakan di dekat ruang IGD.
tak lama Anita pun tiba. dan dia menghampiri ku.
"Kamu daftarin dulu di sana"
"Tapi Tar"
"Sudah ku bayar. tinggal kamu isi saja"
anita pun berjalan pergi ke resepsionis untuk mendaftarkan Adinda.
entah kenapa ada rasa kecewa kala dia membiarkan anak nya koma selama 7 hari.
"Bagaimana ke adaan Adinda?" Anita menghampiri ku.
"Aku belum tahu?"
saat aku diam. aku malah lupa bahwa aku belum membayar biaya ojek. tadi aku langsung lari masuk ke dalam.
aku pun berjalan ke luar rumah sakit. dan mencari keberadaan ojek yang tadi mengantarku.
setelah menjelajah sekeliling rumah sakit. ku lihat ada 2 ojek yang tadi menjemput ku tengah menunggu di pinggir jalan.
dengan sedikit berlari ku hampiri kedua bapak bapak ojek tersebut.
"Ya ampun pak. saya minta maaf saya tadi lupa karna panik langsung masuk ke dalam"
aku pun meminta maaf pada bapak bapak ojek ini.
"Tidak apa apa neng. kami mengerti"
"Makasih banyak pak. jadi total nya berapa?"
"50 ribu saja neng"
aku pun memberikan uang yang di sebutkan bapak ojek ini.
dan setelah menerima uang tersebut. mereka pun kembali.
aku pun langsung berjalan masuk kembali.
semoga dokter itu bisa menyelamatkan Adinda.
saat ku kembali nampak Anita tengah mengintip ke ruang IGD
aku pun duduk kembali di kursi yang sudah di sediakan.
hingga tak lama anita menyadari kehadiran ku. dan menghampiri ku.
"Terima kasih Tar"
"Buat apa?"
"Kamu sudah banyak membantu ku"
"Hem"
aku tak menyambut reaksi nya. aku masih tak percaya dengan apa yang ku lihat tadi.
seorang gadis kecil yang berjuang antara hidup dan mati.
"Mengapa kamu membiarkan anak mu tersiksa begini?"
"Aku tak ada pilihan lain Tar?"
"Banyak jalan jika kamu mau berusaha!"
ucapan ku membuat nya diam dan menunduk.
seberapa susah nya dia. rasanya tak pantas jika dia membiarkan putri nya seperti itu.
"Apa itu berarti beberapa hari yang lalu saat kamu meminta makan ke tetanggamu. kamu membawa Adinda dalam ke adaan sudah seperti ini?"
Anita nampak menatapku. mungkin dia bingung bagaimana aku bisa tahu.
"Iya"
"Kamu membawa anak mu yang sakit tak sadar berkeliling?"
"Iya"
"Untuk apa?"
ya ampun tak habis pikir aku. dia membawa anak nya yang koma berkeliling kampung demi meminta makan.
"Berapa lama Adinda tidak makan?"
Anita menatapku kembali. mungkin pertanyaan ku sedikit membuat nya terkejut.
"3 hari sebelum koma"
Ya Allah gadis kecil itu tidak makan selama 3 hari sebelum dia jatuh sakit dan koma selama 7 hari.
"Apa kamu sadar Anita. anak sekecil itu tidak makan selama 3 hari?"
"Aku tak punya solusi Tar"
"Apa kamu tidak bisa meminjam ke orang? apa kamu tidak berusaha untuk memberinya makan walau sepotong roti?"
kali ini ucapan ku sudah mulai tak terkontrol.
"Aku tak memiliki uang Tar. aku sudah berkeliling mencari pinjaman hanya mungkin karna keadaan ku yang begini membuat mereka ragu untuk membantuku" ucapnya sambil menunduk.
"Tapi apa yang kamu lakukan dengan membiarkan anak mu begitu. itu bukan lah perbuatan yang baik"
Anita hanya diam .
"Sejauh yang aku tahu. seorang ibu akan melakukan apapun demi anak nya bahkan rela mengorbankan nyawa nya"
kini Anita malah menunduk.
"Kemana suami kamu? apa dia tahu jika anak nya koma?"
"Tahu"
siapa nama BPK adinda..
gercep la Tar....
gemes aqu...
iya iya saja..
nuruttt aj ma Adit
kasian kamu Tarii..m
jgn berat2 la konfliknya,Thor
hidup ini sdh sulit ..
terbuka lah terima lah dgn ikhlas