Bagaimana jadinya kalau kita dijodohkan dengan orang yang kita cintai?
Pasti bahagia sekali bukan? Tapi, tidak untuk Nabila. Justru perjodohan inilah yang menjadi pintu awal penderitaannya.
Bagaimana tidak? Nadeo sang suami yang terang-terangan mengatakan tidak menginginkan pernikahan ini dan akan melakukan poligami. Parahnya lagi, nadeo membawa istri kedua tinggal satu atap bersama dengan Nabila. Wanita mana yang tidak sakit hati, melihat orang yang kita cintai bermesraan setiap hari didepan kita.
Bisakah Nabila bertahan dengan rumah tangganya? atau lebih memilih mundur dan kalah? Yuk baca selengkapnya di menepi (mencintai dalam sepi?)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon da alfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Menerima Kamu Apa Adanya
Nabila masuk ke ruangan Egy, setelah tadi Marcel mengatakan padanya, bahwa Egy memintanya ke ruangan.
Hampir sebulan sudah Nabila menjaga jarak dengan Egy, ia benar-benar bekerja layaknya karyawan pada umumnya, dan bersikap formal. Walau tanpa bisa membohongi diri sendiri, bahwa hatinya meronta-ronta ingin kembali seperti dulu, atau hanya sekedar bercanda saja dengan Egy. Apalh dirinya sekarang yang sudah berbeda, dan tak mungkin Egy dapat menerimanya.
Sebenarnya Egy terus-terusan menuntut penjelasan pada Nabila, yang selalu berakhir dengan kata 'permisi Pak, jika tidak ada hal penting yang Bapak ingin bicarakan' lalu Nabila melenggang pergi begitu saja, membiarkan Egy berenang dalam ketidak pastian, karna Nabila yang bungkam dan tak menghiraukannya.
"Bapak manggil saya?" Tanya Nabila yang sepertinya memang sudah mempertahankan bahasa formalnya. Entah mungkin karna sudah terbiasa.
Egy membalikkan badan dari yang tadi memandangi kota jakarta dari jendelanya, ada yang lebih menarik hanya daripada kota jakarta. Nabila. Perempuan yang dirindukan kehangatannya seperti dulu lagi. Perempuan yang membuat hari-harinya akhir-akhir ini begitu sunyam.
Egy mendekat ke arah Nabila.
"Sebenarnya, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan sama kamu Bil."
"Tentang apa Pak?" Tanya Nabila cuek, tapi terkesan formal.
"Aku pengen kamu jujur Bil, kenapa kamu jauhin aku begini? Kamu tahu gak, aku tersiksa karna ulah kamu!"
"Kalau Bapak manggil saya bukan untuk urusan pekerjaan, maaf saya harus permisi Pak, kerjaan saya masih banyak!"
Tuh kan, benar! Nabila ingin menghindar lagi. Nabila membalikkan badan ingin segera pergi, Tapi Egy dengan cepat menarik lengan Nabila dan menatapnya. Ini adalah kesempatannya, Nabila tidak boleh lolos lagi.
"Aku mohon Bil, jangan jauhi aku begini. Aku udah tahu semuanya dari Cinthya!" Pinta Egy mengiba, agar Nabila luluh.
Nabila menunduk, tak sanggup jika ia harus menatap bola mata Egy yang penuh dengan kesedihan.
"Kalau Cinthya udah cerita, berarti Mas udah tahu semuanya kan? Kita gak mungkin sama-sama lagi Mas."
Mas? Benarkah itu? Benarkah Nabila sudah kembali memanggil Egy dengan sebutan itu?
"No! Aku gak mau pisah dari kamu Bil." Tolak Egy tegas.
"Tapi kita gak bisa bersama Mas, aku bukan Nabila yang dulu lagi, yang masih berstatus gadis!" Kini Nabila sudah kembali menatao Egy disertai naiknya intonasi nada bicaranya.
"Aku gak peduli. Aku gak mandang kamu dari itu, aku menerima kamu apa adanya!" Tegas Egy, "Aku benar-benar sayang sama kamu Nabila."
Nabila menghela napas. Andai saja Nadeo yang begini, pasti ia sudah tidak susah-susah memikirkan bagaimana rumitnya peenikahan ini.
"Aku mohon, kasih aku kesempatan ya Bil? Aku bakal buktikan kalau aku benar-benar sayang dan cinta sama kamu. Aku janji aku gak akan kecewain kamu."
Nabila diam sejenak. "Aku harap omongannya Mas bisa di pegang."
Egy tersenyum mendengar penuturan Nabila. Akhirnya ia bisa mendapatkan kepercayaan dan juga kesempatan dari Nabila. Sungguh, ini bukanlah sesuatu yang mudah menurut Egy.
"Aku janji, aku akan buat kamu bahagia dan terlepas dari pernikahan bodoh itu!"
Nabila merespon dengan anggukan.
"Bolehkan kalau aku terlalu mencintai kamu Bil?"
Tak ada jawaban. Diam berarti iya, karna kalau tidak, pasti akan ada larangannya. Dan akhirnya, untuk hati Nabila, saat ini Egylah yang menjadi pemenangnya. tak apa jika nantinya ia menikah dengan Nabila yang sudah tidak lagi perawan, toh perawan itu dinikmati hanya untuk semalam saja. Karna untuk malam selanjutnya, rasanya akan sama. Menurut Egy, perawan juga bukanlah suatu hal yang amat penting, baginya yang penting adalah siapa yang dapat menaklukkan hati Nabila. Jangan salah, Egy tak menganggap Nabila barang taruhan, justru maksudnya Nabila layak diperjuangkan.
...****************...
"Cin, apa aku menggugat cerai Mas Nadeo saja ya?" Tanya Nabila pada Cinthya sore itu, berharap Cinthya dapat memberikan saran terbaik untuknya.
"Hati kamu sendiri bilangnya gimana?"
"Aku juga gak tahu. Tapi kayaknya aku gak sanggup lagi deh sama pernikahan ini," Jawab Nabila bingung, "Aku capek!"
"Saran dari aku, ikutin kata hati kamu aja, kalau memang kamu sudah gak sanggup lagi, ya bubar aja. Lagian selama ini cuma kamu foang yang berkorban."
Nabila diam. Ia tengah merenung apa yang dikatakan Cinthya. Cinthya benar, karna selama ini hanya dialah yang berkorban untuk Nadeo, Nadeo bebas melakukan apa saja, sedang dirinya? Sepertinya memang sudah seharusnya ia mengakhiri segala ketidak jelasan ini.
Betapa waktu yang hampir empat tahun ini ia korbankan demi kebahagiaan Nadeo, tapi apa balasnya? Bahkan Nadeo tak pernah menganggapnya ada. Sepertinya ia juga berhak bahagia, dan menghapus Nadeo dari hatinya. Rasanya juga tidak mungkin ia terus-terusan berada dalam pernikahan yang semakin hari menjadi makin rumit.
"Kayaknya hati aku udah mantap Cin," Putus Nabila, "Aku ingin keluar dari pernikahan rumit ini. Aku gak pengen terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan masalah akan bertambah besar."
"Kalau kamu memang udah yakin, kamu bisa ngomong langsung ke Pak Nadeo. Dan dia gak berhak untuk menolak loh Bil." Tegas Cinthya.
Nabila mengangguk.
"Nah setelah kamu ngomong ke Pak Nadeo, baru deh setelah itu kamu ngomong ke Pakde dan Bude.Kasih pengertian ke mareka, dan aku yakin mareka juga bakal ngerti kok!"
"Aku yakin deh bil, Pakde dan Bude sangat setuju kalian bercerai kalau mareka tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana perlakuan Pak Nadeo ke kamu selama ini. Ditambah kamu sama sekali tidak bahagia dengan pernikahan ini." Tambah Cinthya lagi.
"Tapi gimana sama ibu mertua aku? Aku gak tega sama dia."
"Pleas deh Bil, stop mikirin orang lain. Yang harus kamu pikirin sekarang adalah diri kamu. Kamu udah cukup berkorban selama ini, kamu berhak menentukan masa depanmu. Kamu mau masa depanmu berada dalam genggaman Pak Nadeo terus menerus?"
Nabila menggeleng.
"Iya maka dari itu, kamu harus tegas. Jangan menye-menye, kayak di novel-novel. Ini kehidupan nyata Bil, bukan drama di novel yang akhirnya nanti akan sadar, lalu berakhir bahagia. Jangan berharap seperti itu, yang pasti-pasti aja!"
"Iya!" Nabila mengangguk.
"Kesel aku sama kamu." Gerutu Cinthya.
"Udah, nanti cantiknya hilang..." Goda Nabila sambil melayangkan senyum.
"Mulai deh..., eh bye the way kamu udah jadian lagi ya sama Mas Egy? kemarin dia cerita ke aku loh!"
"Hah! Emang ceritanya gitu?" Tanya Nabila terkejut.
"Iya"
"Aku gak tau hubungan aku sama Mas Egy layaknya dibilang apa. Karna terlepas dari statusku yang masih sah sebagai istri Mas Nadeo. Apa kata orang, sudah bersuami malah pacaran sama laki-laki lain."
"Aku ngerti kok maksud kamu. Tapi Mas Egy itu baik kok bil, dan kalian itu cocok banget!"
"Mulai deh!"
"Beneran loh, aku yakin Mas Egy gak akan kecewain kamu. Soal harta dia malah jauh lebih kaya daripada Pak Nadeo, soal tampan ya..., sebelas dua belas lah. Nah kalau soal sifat, heummm Mas Egy jauh lebih baik daripada suami kamu!" Celetuk Cinthya.
"Aku masih belom bisa bilang apa-apa tentang masalah ini Cin, aku mau selesaikan satu persatu!"
"Iya, pokoknya aku dukung kamu deh!"
n
🥰🥰😝
🥰🥰cegukan