Rafka william Adijaya. seorang CEO yang berstatus duda, sedang membawa anaknya jalan-jalan di sebuah taman bermain. Namun, karena ia sedang mengangkat telpon tidak sadar anaknya menghilang.
Karin Dewanti. seorang gadis yang sedang mengantri membeli minuman, ia tak sengaja melihat dua anak sedang menyeberang dan ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi . Karin yang khawatir langsung berlari dan akhirnya ..
sreeett ... bruukk..
"ssshhh, aww." desisnya.
"kalian tidak apa-apa? apa ada yang terluka? apa ada yang sakit?" cecarnya .
hwaa.. hwaa.. hikss.. Daddy..
akankah Rafka menemukan anak kembarnya ?
yuk, ikuti terus ceritanya sampai habis :)
HAPPY READING ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Di sebuah apartemen mewah seorang wanita tengah duduk di meja makan menghadap kue ulang tahun dengan tatapan nanar. di sana tertera nama kedua anaknya beserta lilin membentuk angka 5. dia adalah Cristin Angeline, Cristin merayakan ulang tahun anaknya sendiri.
"sayangnya Mommy selamat ulang tahun, semoga kalian panjang umur, doa mommy selalu menyertai kalian dimana pun kalian berada. maafkan mommy sayang karena sampai saat ini mommy tidak bisa menemui kalian, selain karena kesibukkan mommy malu untuk bertemu kalian, apakah kalian akan membenci Mommy atau sebaliknya? Mommy harap kalian bahagia di sana, semoga kalian mendapatkan pengganti mommy yang bisa menyayangi kalian dan juga Daddy kalian, mommy ingin kalian membangun keluarga utuh meskipun tanpa ada mommy di sisi kalian sayang." ucap Cristin dengan terisak.
Dia akui memang dia adalah seorang ibu yang egois, karena takut miskin dia memantapkan diri meninggalkan keluarganya. karena dulu dia miskin harga dirinya diinjak, di pandang rendah oleh orang lain.
masa lalu yang sangat tidak mudah dilewatinya sebelum menjadi istri dari Rafka, hal itu yang membuat hubungannya dengan Rafka dari awal menikah sampai akhirnya bercerai tak ada cinta yang terbangun sempurna.
dia akhirnya memilih pergi meninggalkan Rafka dan kedua anaknya, meskipun Rafka memohon dan berjanji akan membangun cinta diantara mereka berdua, namun karena keras kepalanya seorang Cristin akhirnya Rafka pun menyetujui perceraian itu.
********
Seorang pria sedang melamun di balkon kamarnya, sesekali air matanya jatuh tanpa permisi. berbagai masalah menghantam pikiran dan hatinya, ada rasa sesak yang menghimpit dadanya sehingga rasanya dia tak sanggup lagi bernafas.
'mengapa penderitaan ku tak pernah berakhir ya Allah, kenapa? hamba sanggup menahan semua rasa sakit, asalkan jangan kau berikan cobaan yang membuat anakku terluka, demi apapun aku tak sanggup ya Allah.' batinnya.
'seberapapun usahaku menutup kenyataan yang menyakitkan, tapi ternyata itu semua sia-sia saja, anakku mengetahui segalanya meskipun aku tidak tau mereka dapat kenyataan itu darimana.'
Rafka menangis dalam diam, tubuhnya bergetar dengan air mata yang mengalir deras.
Karin yang ingin melihat keadaan si kembar mengurungkan niatnya, dia mendengar suara Isak seseorang dari dalam kamar yang berada di dekat kamar si kembar. Kebetulan pintu kamar itu sedikit terbuka, Karin mengintip ingin melihat siapa yang sedang menangis, alangkah terkejutnya ia melihat Rafka yang sedang terisak dengan tubuh yang bergetar, Karin Dengan ragu menghampiri Rafka.
"tuan kau menangis?" tanya Karin dengan ragu.
Rafka menoleh ke arah Karin yang sedang berdiri menatap dirinya.
"Karin bolehkah aku memeluk mu?" lirih Rafka dengan mata yang sembab.
Dengan ragu Karin menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Rafka langsung menghamburkan tubuhnya ke pelukan Karin, tangisnya langsung pecah.
Karin mengusap punggung Rafka dengan lembut, dia juga ikut menitikkan air matanya. Karin tau apa yang sedang Rafka rasakan, dia tidak tau harus dengan cara apa dia menghiburnya.
Lama berdiri membuat kaki Karin terasa pegal, dia menggerakkan kakinya dengan tidak nyaman membuat kenyamanan Rafka terganggu.
"kau kenapa ? apa kau merasa tidak nyaman?" tanya Rafka pelan.
"hihi, maaf tuan udah lama berdirinya jadi pegel kakinya." jawab Karin dengan cengengesan.
"ya sudah, kita duduk saja di sofa." ucap Rafka.
Karin menganggukkan kepalanya dan mengikuti Rafka dari belakang, dia duduk di sofa yang memanjang bersebelahan dengan Rafka.
"Karin apa kau sudah mengantuk?" tanya Rafka.
"belum tuan. entahlah rasanya masih enggan untuk tidur, memangnya kenapa tuan?"
"maukah kau mendengar ceritaku?"
"silahkan tuan, jika itu membuat tuan merasa lebih baik."
Rafka merebahkan tubuhnya di paha Karin dengan memejamkan matanya, Karin hendak protes namun Rafka langsung menyelanya.
"biarkan seperti ini dulu, aku mohon."
Karin menghela nafas panjang, membiarkan Rafka berada di atas pahanya. untung saja Karin tadi mengganti pakaiannya yang di berikan mama ayu, sebuah pakaian tidur dengan lengan panjang.
"Karin apa kau memiliki seorang pacar atau teman dekat laki-laki?" tanya Rafka memulai kembali percakapannya.
"tuan aku heran kenapa sekarang banyak sekali pertanyaan yang kau lontarkan padaku? apa kau sedang mewawancarai ku? sekarang aku merasa sedang interview pekerjaan." gerutu Karin.
Rafka menyunggingkan senyumnya mendengar Karin yang menggerutu padanya.
"kau memang sedang interview, tapi bukan untuk pekerjaan namun interview untuk menjadi ibunya si kembar." ucap Rafka terkekeh.
deg!
jantung Karin berdegup kencang. bagaimana tidak, selain jaraknya sangat intim dengan Rafka dia juga terkejut dengan ucapan yang Rafka lontarkan.
"aku tidak memiliki kekasih ataupun teman dekat pria, aku tidak punya waktu untuk itu semua karena fokus ku adalah bekerja untuk masa depan adikku, memenuhi keinginan kedua orang tuaku yang ingin anaknya menjadi sarjana meskipun itu salah satunya." ucap Karin jujur.
Rafka mendengar jawaban Karin senang bukan kepalang, dalam hati dia bersorak gembira.
'ternyata dia jomblo, uhh senangnya hatiku' batinnya.
"maafkan ucapan si kembar tadi. aku tidak tahu mengapa mereka bisa berfikir seperti itu? padahal kalian baru kenal selama satu minggu? tapi entah mengapa mereka bisa merasakan kenyamanan saat bersamamu? bahkan aku pernah menyewa baby sitter beberapa orang keluar karena si kembar mengamuk tidak suka dengan semua orang yang aku pilih untuk menjadi pengasuh mereka, apa kau pakai pelet sehingga anakku bisa begitu lengket dengan mu?" Ucap Rafka.
"sembarangan aja pakai pelet" ucap Karin kesal dan mencubit pinggang Rafka dengan keras.
"aku tidak perlu pakai hal begituan, lagi pula tanpa aku pakai pelet banyak laki-laki yang antri padaku. tau!"
"aww.. sakit" pekik Rafka
"syukurin, siapa suruh nuduh sembarangan."
"aku kan hanya menduganya saja, kenapa juga kau mencubit pinggangku?"
"habisnya ngeselin sih, pake ngomong aku gunain pelet segala lagi, aku gak mungkin memakai hal yang musyrik seperti itu!! aku juga bingung kenapa si kembar bisa-bisanya memintaku untuk menjadi ibunya? aneh bukan?"
"huh, ini semua salahku yang terlalu sibuk bekerja yang membuat mereka jadi seperti ini." ucap Rafka menyesal.
Rafka menyesali apa yang sudah terjadi, karena sakit hati dia melampiaskan semuanya ke dalam pekerjaan yang mengakibatkan dia agak mengabaikan anaknya. Rafka menyibukkan dirinya ingin membuktikan bahwa dia bisa sukses, tanpa dia sadari ia telah mengorbankan perasaan anaknya, andaikan saja dia memiliki seorang istri sesibuk apapun dia pasti ada yang bisa mengurus anaknya dengan kasih sayang penuh.
kalau waktu bisa di putar rasanya Rafka ingin mengubah semuanya, ia ingin menghabiskan waktunya bersama anaknya tanpa harus memikirkan pekerjaan. tapi, apalah daya semua sudah terjadi, benar apa kata pepatah penyesalan datangnya di akhir bukan di awal.