Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6 - Kau menghalangi jalanku
Zuya menghentikan serangannya kepada Shawn, ia mendongakkan kepalanya menatap Bowen yang berdiri di depannya. Tatapan mata Bowen seolah mengatakan kepadanya,
Apa yang kamu lakukan dengan laki-laki itu di dalam toilet?
Jelaslah siapapun akan salah paham. Di dukung dengan posisi intens Zuya dan laki-laki yang Bowen tidak tahu siapa namanya itu. Yang jelas laki-laki itu lebih dewasa dari mereka.
Saat menyadari dirinya masih berada di tubuh Shawn, Zuya pun cepat-cepat turun. Shawn sendiri meringis pelan seraya menyentuh bahunya bekas gigitan Zuya. Sudah kesekian kalinya ia digigit oleh gadis itu, dan kali ini bahunya yang kena.
"Bow-Bow, hehe ..." gadis itu menyengir kuda. Sementara Bowen masih memandanginya dengan sorot mata tajam, kemudian pandangan lelaki itu berpindah ke Shawn.
Ketika Shawn berbalik, Bowen menatapnya dengan saksama. Raut wajah Shawn kembali datar, tidak ada lagi seringai nakal dan tatapan iseng yang ia perlihatkan ke Zuya tadi. Dengan orang lain, sifat Shawn berbeda. Perbedaannya jauh sekali.
Bowen sendiri merasa pernah melihat wajah Shawn sebelumnya. Bukan tadi, bukan pada waktu laki-laki itu muncul bersama ibu Tari dan orang-orang yang tadi. Tapi jauh sebelumnya. Otak Bowen berpikir keras, sampai batas dimana kepalanya sakit karena pikirannya terlalu dipaksakan.
"Aku keluar dulu." Shawn menatap Zuya.
"Ingat, kalau kau berani bolos lagi dari kelasku, aku tidak akan segan-segan menghubungi Aerin dan melapor pada kakak iparmu itu kalau kau tidak kuliah dengan benar." kalimat terakhirnya sebelum ia pergi dari situ merupakan kalimat ancaman yang berhasil mempengaruhi emosi Zuya.
"Cih," gadis itu mencebik. Ia hanya bisa melawan Shawn dengan cara menggigit, memukul atau tindakan lainnya yang menggunakan kekuatan fisik. Tapi laki-laki itu selalu berhasil mengalahkan dia dengan menggunakan otak pintarnya. Hasilnya, Zuya tambah kesal dong.
"Apa yang kalian lakukan tadi Zu? Jelasin."
Bowen bersedekap dada di hadapan Zuya. Sebagai salah satu sahabat yang sudah berjanji kepada keluarganya akan menjaga gadis itu, tentulah Bowen harus selalu memperhatikan gadis itu.
"Kamu nggak lihat aku serang tuh om jelek karena udah bikin aku kesal setengah mati? Itu om yang aku ceritain tadi. Yang aku bilang dosen galak pengganti profesor Sunan, kamu ingatkan?"
Ah benar. Jadi begitu rupanya.
"Tapi tadi itu kalian berdua lagi kayak ngapa-ngapain tahu." kata Bowen lagi.
"Ngapa-ngapain gimana?" Zuya yang dasar otaknya masih polos tidak mengerti sama sekali apa maksud Bowen.
"Pokoknya pas aku liat tadi, aku nyangkanya kamu sama tuh dosen lagi nganu-nganu di dalam toilet." Bowen mengatakan kalimat itu tanpa memikirkan Zuya yang otaknya belum sampe ke sana. Orang di otak gadis itu kan hanya main terus dari dulu sampe sekarang. Suka cowok sih pernah, tapi pacaran belum pernah sama sekali.
"Nganu-nganu? maksud kamu apa sih?"
Bowen memutar bola matanya malas. Susah ngomong masalah orang dewasa kalau sama nih bocah, otaknya belum sampe.
"Udah, nggak usah dibahas lagi. Otak kamu belom sampe sana. Ayo keluar, sebelum ada orang lain yang masuk dan ..."
"Bowen?"
Terlambat. Orang lain sudah masuk. Tapi itu seperti suara ... Bowen berbalik,
"Aska?"
Pandangan Aska lurus ke Zuya. Jelaslah dia heran kenapa ada perempuan dalam toilet laki-laki. Sedangkan Zuya yang melihat fans beratnya tiba-tiba muncul di depannya cepat-cepat merapikan rambut dan langsung berubah menjadi kalem dan bersikap malu-malu.
Zuya selalu begitu kalau ada Aska. Maklum, nge-fans berat. Aska tipikal cowok yang cuek, hanya peduli pada apa yang ingin ia pedulikan. Sama Zuya saja dia sering cuek. Cuek sekali malah. Walaupun dia tahu Zuya ini temannya Bowen, namun kalau mereka berpapasan di jalan tanpa ada Bowen, jangan harap Aska akan meliriknya. Tidak sama sekali.
Tapi tidak apa-apa. Karena Zuya tetap nge-fans berat sama dia. Apalagi wajah Aska ada campuran Indo-China-Barat yang ganteng sekali dan bikin Zuya klepek-klepek.
Bowen yang menyadari Aska terus menatap Zuya pun menjelaskan.
"Dia nggak sengaja masuk ke toilet cewek Ka. Zuzu, ayo keluar cepet." Zuzu adalah panggilan khusus Bowen, Keno dan Igo ke Zuya. Kayak Zuya yang manggil ketiga cowok itu Bow-Bow, Kenken dan Gogo. Semacam panggilan sayanglah.
Zuya menurut saja ditarik Bowen keluar, meski matanya tidak berpindah sedetikpun dari Aska. Siapa suruh Aska tampan sekali.
...Aska...
"Lombanya sudah selesai?" Bowen bertanya pada Aska yang ikut keluar bersama mereka. Saat Aska melirik Zuya lagi, gadis itu cepat-cepat membuang muka ke arah lain. Malu dong jelas. Ia hanya berani mencuri-curi pandang diam-diam saja.
Sebenarnya ketampanan Aska dan si om jelek tadi sama. Yang anehnya kalau Zuya melihat Shawn, bawaannya kesal terus, pengen dia gigit terus. Tapi kalo cowok yang sedang berbincang dengan Bowen sekarang, Zuya jadi kalem. Biar dilihat bukan gadis pembuat ulah.
"Mm, kau sudah selesai?" Aska balas bertanya.
"Selesai latihan maksudmu?"
Aska menganggukkan kepala.
"Iya. Kamu masih mau sambung latihan?" lelaki itu menganggukkan kepala lagi.
Aska rajin sekali latihan renang. Ia tetap konsisten latihan walau tidak pernah mengikuti lomba, hanya menjadi pengawas saja. Itu pun karena perintah pelatih kampus mereka. Tidak ada orang dikampus ini yang tahu kalau Aska pernah meraih juara dunia sebagai perenang terbaik waktu dia masih duduk dibangku SMA.
Dulu Aska pernah menjadi atlit renang international yang sangat hebat. Dia adalah anggota tim termuda di Fina, induk organisasi renang seluruh dunia. Namun ada masalah yang terjadi sehingga Aska memutuskan keluar dari organisasi tersebut dan pindah ke kampus negara ini untuk menenangkan diri dan menjadi perenang biasa.
Semenjak peristiwa dulu, Aska pulang ke kampung halaman neneknya dan memutuskan mengubur cita-citanya sebagai atlit terbaik dunia. Bersembunyi dari semua orang yang mengenal dia. Bahkan dia tidak pernah memakai nama Inggrisnya lagi. Untuk menutupi keberadaannya, ia sekarang mengenakan nama pemberian ibunya. Aska Stone.
"Kalau begitu kau latihan saja, aku mau ganti pakaian dulu. Zu, tunggu di sini sebentar ya. Jangan kemana-mana sebelum aku balik, ingat." kata Bowen mengingatkan. Kalau tidak dikasih ingat, Zuya pasti sudah keluyuran kemana-mana.
"Iya-iya bawel." celetuk Zuya.
Gadis itu kembali memperhatikan Aska yang kini membuka atasannya, menyisakan celana renangnya. Ya ampun perut kotak-kotak itu. Zuya menelan ludah. Dia dapat tontonan gratis nih. Nggak apa-apa deh pria itu cuek sekali ke dia, yang penting Zuya puas dengan tontonannya hari ini.
Byurrr
Whoaaa.
Indah sekali gaya berenang Aska. Ini momen yang sangat langka bagi Zuya. Saking keasyikan menonton pria itu, Zuya sampai tidak sadar tubuh Aska menyembul keluar dari air tepat di depan dia. Ketika sadar barulah dia terkejut. Zuya sedang duduk di tepi kolam, dan Aska berada di depannya sekarang, di bawah air.
"Namamu Zuya kan?
Mata Zuya berkedip-kedip. Hari ini adalah pertama kalinya laki-laki itu bicara sama dia. Zuya menganggukkan kepala.
"Minggir dari situ, aku mau naik. Kau menghalangi jalanku." kata pria itu dengan gaya cool-nya. Tak ada lembut-lembutnya sama sekali.
Hufft ... Zuya pikir Aska mau ngajak ngobrol asyik atau apalah gitu, eh ternyata malah ngusir.
Terpaksa deh dia berdiri dan menjauh dari situ dengan mulut manyun-nya.
lucu bgt s Zuya..