JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selalu Salah Dhev!
Dhev menghentikan langkah kakinya di pintu utama.
"Tega bener si brekele nggak maksa gue!" batin Dhev.
Sementara itu, Jimin sedang berhitung dalam hati. Benar saja, pada hitungan ke lima, Dhev sudah kembali ke ruang makan dan menarik kursi meja makan.
Dhev menarik piring Jimin dan langsung menyantap bihun goreng tersebut.
Jimin menggelengkan kepala dengan sedikit tersenyum, sedangkan Nala hanya memperhatikan dia sahabat itu.
Jimin mengambil bihun goreng yang baru.
Beberapa detik tidak ada obrolan, sekarang Nala membukanya.
"Om," lirih Nala seraya menyantap sarapannya.
"Iya," jawab Dhev dan Jimin bersamaan lalu Dhev dan Jimin saling menatap, keduanya mengira kalau Nala memanggilnya.
Melihat itu, Nala menatap satu persatu pria yang ada didepannya.
"Aku manggil Om Jimin," kata Nala yang kemudian meminum air putihnya.
"Ck," decak Dhev yang kemudian kembali menikmati sarapannya. Tetapi Dhev juga memasang telinga, ingin tau apa yang Nala bicarakan dengan Jim.
Dhev melirik pada Nala yang dianggapnya memasang wajah imut, padahal Nala memang imut dan setiap hari seperti itu, apakah Dhev baru menyadari?
"Iya, ada apa? Uang belanja habis?" tanya Jimin membuat Dhev hampir tersedak saat mendengarnya.
"Lo kenapa Dhev?" tanya Jimin seraya menepuk punggung Dhev.
Dhev tidak menjawab, tetapi pria itu mengambil gelas yang Nala berikan lalu meminum airnya sampai habis.
"Gila, udah kaya suami istri aja mereka sampai bahas uang belanja!" batin Dhev.
Sekarang, Dhev bersedekap dada memperhatikan dua manusia yang sedang mengobrol itu.
"Iya kebetulan isi kulkas habis, nanti Nala nggak bisa masak lagi," kata Nala, "tapi bukan itu aja, Om," lanjut Nala seraya menatap Jimin dan Dhev bergantian.
Dan sebenarnya Nala merasa risih saat Dhev menatapnya tajam seperti itu. Tatapan yang tak bisa Nala artikan.
"Nala udah kerja sekarang, hari ini mulai kerja, jadi kasir di toko roti," kata Nala dengan tersenyum, merasa senang karena akhirnya mendapatkan pekerjaan yang dinilainya cocok.
"Bagus dong, semangat kerjanya yang rajin!" kata Jimin seraya menganggukkan kepala, merasa sedikit tidak senang karena apabila Nala sudah berkerja, Jimin berpikir Nala akan pergi meninggalkan tempatnya dan Jimin akan merindukan Nala, masakan Nala, keceriaan Nala.
Sedangkan, Dhev merasa sedang menonton drama, pria itu meraih kopi yang ada meja, setelah meminumnya sampai habis, Dhev bangun dari duduk dan pergi dari tempat Jimin.
"Makasih, woi!" teriak Jimin mengarah pada Dhev.
"Dia mah kanebo kering, Om," kata Nala pada Jimin.
"Gue denger!" seru Dhev seraya terus berjalan ke arah pintu keluar.
****
Selesai sarapan, Jimin pun bersiap untuk bekerja. Dan Nala sebelum bersiap untuk bekerja membersihkan dapur lebih dulu.
"Ini uang belanjanya, kamu atur aja," kata Jimin seraya memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada Nala.
Dan Nala mengatakan kalau dirinya sudah menyiapkan bekal untuk Jimin.
"Biar agak hemat, Om. Kan Om udah keluarin uang belanja, biar di kantor enggak ngeluarin uang makan siang lagi," ujar Nala.
"Hey, aku tidak semiskin itu, Nala," kata Jimin yang tak terbiasa membawa bekal dan sekarang harus membawa bekal.
"Masakan aku nggak enak ya, Om?" tanya Nala yang masih berdiri di samping meja makan, tangannya berada di atas punggung kursi sementara kotak nasi itu sudah siap berada di meja.
Jimin yang sudah berada di depan pintu kamarnya itu menatap Nala tak tega apabila menolaknya.
"Ehm, baiklah," kata Jimin yang kemudian masuk ke kamar, bersiap untuk bekerja.
Jimin mengambil kaos kakinya yang ada di lemari, kaos kaki yang biasanya dipakai sampai bau busuk sekarang menjadi harum.
"Baru kenal beberapa hari aja gue udah sayang, pokoknya dia nggak boleh pergi dari sini," kata Jimin dalam hati.
Setelah siap dengan pakaian kantornya, Jimin keluar dari kamar dan mengambil bekalnya.
"Nala, Om berangkat dulu!" teriak Jimin dan Nala yang sedang berada di balkon untuk menjemur baju itu menjawab, "Iya, Om."
****
Sesampainya di rumah, Dhev melihat Amira sedang menyiram tanamannya. Amira dan Kenzo masih diam pada Dhev yang telah tega mengusir Nala.
Dhev tidak menghiraukan itu, Dhev berpikir kalau lama-kelamaan mereka akan melupakan Nala dan kembali lagi seperti semula, seperti sebelum ada hadirnya Nala.
Dhev menghentikan langkah kakinya di depan kamar Kenzo saat Bi Rasiah memanggilnya.
"Tuan," lirih Bi Rasiah seraya menunduk, wanita tua sedikit kurus itu baru saja keluar dari kamar Kenzo.
"Iya," jawab Dhev seraya menatap BI Rasiah.
"Aden Demam, Tuan."
"Kalau begitu, panggilkan dokter!" perintah Dhev.
"Baik," jawab Bi Rasiah.
"Astaghfirullah, bukannya dilihat dulu anaknya, cuma gitu aja respon tuan?" tanya Rasiah dalam hati.
Setelah menghubungi dokter, Rasiah memberitahu Amira. Amira pun segera menyudahi aktivitasnya, Amira paling takut kalau Kenzo demam atau sakit.
Amira memberikan selang yang di tangannya pada Rasiah.
"Rapikan!" perintah Amira dan Rasiah pun menggulung selang itu.
Amira berjalan cepat ke kamar Kenzo dan berpapasan dengan Dhev yang sudah rapih akan bekerja.
"Anak kamu sakit, Dhev!" Amira yang sudah memegang gagang pintu kamar Kenzo itu menatap tajam Dhev.
"Harus apa? Dhev bukan dokter, Dhev tidak tau harus memberikan resep obat seperti apa," jawab Dhev yang ternyata memancing amarah Amira.
Amira yang sudah menahan amarahnya dari kemarin, akhirnya pagi ini tak dapat menahannya lagi.
Amira menampar Dhev dengan sedikit keras. "Jangan jadi batu kamu! Setidaknya bawa anak kamu ke dokter!"
Dhev yang merasakan perih itu mengusap pipinya, baru kali ini Amira menamparnya.
Membuat Dhev menyadari kalau dirinya sudah keterlaluan.
"Dhev, bukannya lo mau memperbaiki hubungan sama Kenzo? Ayo... lihat dia di dalam!" kata hati yang terdalam Dhev.
Dhev pun membuka pintu kamar Kenzo, terlihat wajah yang memerah dari putranya. Amira yang berada di belakang Dhev itu segera menaruh telapak tangannya di dahi Kenzo.
Terdengar suara lirih Kenzo yang terus memanggil 'Tante Nala'.
"Ini semua salah kamu, kenapa kamu harus mengusir Nala, Dhev! Cepat bawa Nala kembali atau kamu akan menyesal seumur hidup kamu!"
Dhev hanya diam, pria itu merasa tidak yakin untuk membawa Nala kembali ke rumah, Dhev juga berpikir kalau Nala akan menolaknya.
Tidak lama kemudian dokter keluarga Amira sudah tiba.
Karena demam yang tinggi, dokter menyarankan untuk membawa Kenzo ke rumah sakit.
Entah apa yang terjadi pagi ini, Dhev menggendong Kenzo dan pemandangan ini membuat Amira menangis.
Setelah sekian lama, akhirnya Dhev mau sedikit meruntuhkan egonya dan menunjukkan sedikit sisa kebaikannya.
Dhev mengantar Kenzo ke rumah sakit.
"Apa Kenzo sangat merindukan Nala?" batin Dhev, pria itu tetap fokus mengemudi dan Amira duduk di belakang memangku kepala Kenzo yang berada di pangkuannya.
Bersambung.
Apakah Dhev akan menjemput Nala demi Kenzo?
Dukung karya author dengan like, komen dan difavoritkan, ya. Terimakasih.